More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Ucu Agustin - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ucu Agustin - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ucu Agustin

  • مصرى
  • English
  • Español
  • Fulfulde
  • Polski
  • Українська
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ucu Agustin
Ucu Agustin, Penulis, Pembuat Film Dokumenter
Lahir19 Agustus 1976
Sukabumi, Indonesia
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PekerjaanPembuat film dokumenter
Dikenal atasJurnalisme, pembuatan film dokumenter
Tinggi155 m (508 ft 6+1⁄2 in)
IMDB: nm3296979 Allmovie: p620550 Modifica els identificadors a Wikidata

Ucu Agustin (lahir 19 Agustus 1976) adalah seorang jurnalis, penulis, dan pembuat film dokumenter dari Indonesia.

Ketika belajar di pesantren (dia masuk pesantren pada umur 13 tahun), saat ia pulang untuk pertamakalinya dalam perjalanan seorang diri ke Sukabumi, Ucu mendapati kenyataan bahwa ada banyak perempuan dari Sukabumi yang menjadi istri simpanan. Kenyataan tersebut membuat Ucu yang waktu itu duduk di kelas 3 Tsanawiyah mempertanyakan banyak hal dan kelak pertanyaan-pertanyaan itu menjadi alasan untuk ketertarikannya pada dunia jurnalistik setelah ia menyelesaikan kuliahnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mulai menulis di koran sejak semester 6 di kampusnya, setelah lulus Ucu menjadi kontributor pada Majalah Berita Pantau lalu bergabung dengan Kantor Berita Radio 68H dan menjadi penulis untuk INGO yang bergerak di bidang transformasi konflik sambil tetap menulis artikel dan cerita pendek di koran-koran. Dari menulis di media cetak, Ucu pindah ke pembuatan film dokumenter karena merasa terbatas dalam pembuatan pelaporan liputan.

Keterbatasan halaman pada media cetak serta sempitnya durasi pelaporan radio (yang sifatnya memang sekali dengar) membuatnya tak leluasa bergerak dan tak memungkinkan untuk mengeksplore lebih dalam sebuah isu, terlebih yang bersifat human interest. Dengan audio visual dan media dokumenter, Ucu ingin membawa audience untuk langsung berada di lapangan dan melihat sendiri apa yang terjadi. Film dokumenter pertamanya, Death in Jakarta, dibuat dengan bantuan dana dari Jakarta International Film Festival. Dokumenternya yang lain adalah Bab Akhir Pramoedya, Ragat'e Anak dan Konspirasi Hening. Ucu juga menulis beberapa buku anak-anak dan cerpen.

Oleh media-media di Indonesia, Ucu disebut sebagai "salah satu pembuat film dokumenter Indonesia yang terbaik"[2] yang sering memuat isu sosial dalam karyanya. Ragat'e Anak pernah ditayangkan di Festival Film Internasional Berlin pada tahun 2009.

Ia juga pernah bermain dalam film 9808 Antologi 10 Tahun Reformasi Indonesia.

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]

Kehidupan awal, pendidikan, dan awal karier

[sunting | sunting sumber]

Ucu lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 19 Augustus 1976 di tengah-tengah keluarga Muslim yang taat. Sewaktu kecil, ia belajar di Pesantren Darunnajah di Jakarta selama enam tahun; karena tidak berhubungan dengan dunia luar, ia merasa terkejut ketika mengetahui bahwa banyak perempuan dari Sukabumi yang menjadi istri simpanan dan pelacur.[1][3] Kenyataan ini menyebabkan ia lebih kritis pada dunia sekitar hingga membuatnya tertarik dengan jurnalisme.[1] Krismantari menjelaskan Ucu sebagai "wanita kecil yang sangat kuat", yang menunjukkan pada tubuh Ucu yang kecil dan otaknya yang kuat.[1] Ucu di kemudian hari kuliah di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.[1]

Setelah lulus, Ucu mulai bekerja di media cetak,[1] dengan berkontribusi di Majalah Pantau setelah menerbitkan beberapa cerita pendek dan artikel di media lain.[4] Namun karena kecewa dengan tidak adanya kesempatan untuk membuat peliputan human interest yang berkaitan dengan isu sosial, ia pindah ke media audio-visual.[1] She has also cited the intense amount of editing that her works went through as a reason for the change, noting that there "always seemed to be a wide space between the reality that happened and the 'reality' that was reported".[4]

Ucu juga sangat aktif dalam menulis. Pada tahun 2003 ia menerbitkan lima buku anak-anak bertema Islam, dan minta agar mendapatkan royalti daripada biaya flat.[5] Ia juga pernah menulis cerpen berjudul "Lelaki yang Menetas di Tubuhku", yang dimasukkan dalam antoligi cerpen Un Soir du Paris (Suatu Sore di Paris).[6] The book also included stories by Clara Ng, Seno Gumira Ajidarma, and Agus Noor.[6]

Pembuatan film

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2005, Ucu membuat film dokumenternya yang pertama, Death in Jakarta yang berdurasi 28 menit.[1] Film dokumenter ini, yang menceritakan apa yang dialami fakir miskin ketika ada keluarga yang meninggal, diinspirasi oleh pengamatan Ucu pada keadaan di sebuah taman pemakaman di Utan Kayu, Jakarta Timur.[7] Film tersebut diproduksi setelah menjadi salah satu dari empat pemenang pada Lomba Penulisan Skenario Jakarta International Film Festival.[7] Dengan uang hadiah sebanyak Rp. 25 juta, Ucu membuat film Death in Jakarta dengan kamera yang dipinjamkan pihak lomba; itu merupakan pertama kali dia menggunakan kamera profesional.[7]

Filmnya yang berikutnya, Ragat'e Anak, menceritakan kehidupan dua pekerja seks paruh-waktu di taman pemakaman Gunung Bolo di Tulungagung, Jawa Timur.[1] Ragat'e Anak adalah satu dari empat film dokumenter pendek yang adadalam antologi Pertaruhan atau AT STAKE, yang diproduseri Yayasan Kalyana Shira.[2] Pada tanggal 4 Juni 2009, pemerintah Tulungagung menutupi lokalisasi karena citra buruk yang dibawakan Ragat'e Anak; dalam menanggapi tindakan pemerintah daerah tersebut, Ucu menyatakan bahwa dia menyesali keputusan penutupan sepihak yang dilakukan oleh pemerintah setempat tersebut.[8]

Film dokumeter berikutnya, Konspirasi Hening atau "Cosnpiracy Of Silence" diproduseri Nia Dinata dan mengambil judulnya dari pernyataan Kartono Mohamad, mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bahwa sebuah "konspirasi hening" telah membuat semua peraturan di Indonesia tentang pelayanan kesehatan menjadi tidak dapat ditegaskan.[9] Film ini mendalami isu tentang pelayanan kesehatan di Indonesia dengan mengikuti kehidupan tiga orang; dua yang mengalami malapraktik dan satu orang miskin yang tidak bisa mendapatkan akses pada layanan kesehatan.[9] Film tersebut menarik kesimpulan bahwa otoritas kesehatan dan pemerintah harus bertanggung atas pelayanan kesehatan.[2]

Pada tahun 2011 Ucu bekerja sama dengan Nia lagi dalam film Batik: Our Love Story, sebuah film dokumenter tentang batik.[10] Nia menyutradarai, dan Ucu menjadi penulis.[10]

Tema

[sunting | sunting sumber]

Buku anak-anak Ucu bertema Islam moderat.[5]

Ika Krismantari, menulis untuk The Jakarta Post, mencatat bahwa Ucu sering memuat tema yang "menantang", seperti keadilan sosial, jaminan kesehatan, dan ketidaksetaraan gender, dalam film dokumenternya;[1] isu gender sering muncul di filmnya.[2] Ucu sendiri pernah menyatakan bahwa orang yang "inspiratif" adalah topik yang bagus untuk film dokumenter, sebab penonton mungkin dapat dipengaruhi oleh kesulitan hidup yang pernah dilalui subjek.[1]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Krismantari menyatakan bahwa Ucu adalah "salah satu pembuat film dokumenter Indonesia yang terbaik".[2]

Ucu salah satu pemenang Lomba Menulis Skenario yang diselenggarakan Jakarta International Film Festival pada tahun 2005, yang menjadi alasan mengapa dia bisa membuat Death in Jakarta.[7] Pertaruhan, yang memuat Ragat'e Anak, diputar di seksi Panorama di Festival Film Internasional Berlin pada tahun 2009; bersama dengan Laskar Pelangi (yang juga dipertontonkan tahun itu), filmnya ini merupakan film Indonesia pertama yang diputar di Panorama.[11] Ucu menghadiri tayanganya di Berlin bersama Nia.[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
  1. ^ a b c d e f g h i j k Krismantari 2010, Ucu Agustin: Small.
  2. ^ a b c d e Krismantari 2010, Tackling the tough questions.
  3. ^ Mohamad 2008, Pelacur.
  4. ^ a b Engage Media 2011, Featured Filmmaker: Ucu.
  5. ^ a b Sembiring 2008, Writing for Muslim Children?.
  6. ^ a b Sembiring 2010, Reading Between The Lines.
  7. ^ a b c d Yazid 2006, Script-winners' films given.
  8. ^ Osman 2009, Film About the Struggle.
  9. ^ a b Siregar 2010, Indonesia's Health Care.
  10. ^ a b Hidayati 2011, Cinta dalam Selembar.
  11. ^ a b Sasono 2009, Pelangi Indonesia di Berlin.
Daftar pustaka
  • Hidayati, Nur (2 October 2011). "Cinta dalam Selembar Batik". Kompas. Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011.
  • Krismantari, Ika (20 December 2010). "Tackling the tough questions". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Krismantari, Ika (20 December 2010). "Ucu Agustin: Small but powerful". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Mohamad, Goenawan (15 December 2008). "Pelacur". Tempo. Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011.
  • Osman, Nurfika (9 June 2009). "Film About the Struggle of Women Sees Red-Light District Closed Down". The Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Sasono, Eric (23 February 2009). "Pelangi Indonesia di Berlin". Tempo (dalam bahasa Indonesian). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ; Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Sembiring, Dalih (27 September 2010). "Reading Between The Lines". The Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Sembiring, Dalih (18 November 2008). "Writing for Muslim Children? Use Your Imagination". The Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Siregar, Lisa (3 December 2010). "Indonesia's Health Care Conspiracy of Silence". The Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;
  • Yazid, Nauval (12 December 2006). "Script-winners' films given big-screen premiere". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-12-17. Diakses tanggal 17 December 2011. ;

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Ucu Agustin di IMDb (dalam bahasa Inggris)
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ucu_Agustin&oldid=27082615"
Kategori:
  • Orang hidup berusia 49
  • Kelahiran 1976
  • Tokoh dari Sukabumi
  • Sineas Sunda
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Pages using infobox person with unknown parameters
  • Infobox person using religion
  • Articles with hCards
  • Semua orang hidup
  • Tanggal kelahiran 19 Agustus
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Maret 2025
  • Artikel mengandung aksara Prancis
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui

Best Rank
More Recommended Articles