Westinghouse Electric Company
![]() | |
Jenis perusahaan | Perusahaan patungan |
---|---|
Industri | Tenaga nuklir |
Pendahulu | Westinghouse Electric Corporation |
Didirikan | 1999Monroeville, Pennsylvania | , di
Kantor pusat | , Amerika Serikat |
Wilayah operasi | Seluruh dunia |
Tokoh kunci | Patrick Fragman, Presiden dan CEO[1] |
Pemilik | Brookfield Renewable Partners (51%) Cameco (49%) |
Karyawan | 9.000[2] |
Anak usaha |
|
Situs web | westinghousenuclear.com |
Westinghouse Electric Company LLC adalah sebuah perusahaan tenaga nuklir asal Amerika yang dibentuk pada tahun 1999 dari divisi tenaga nuklir dari Westinghouse Electric Corporation.[3] Perusahaan ini menawarkan produk dan jasa nuklir untuk perusahaan di seluruh dunia, seperti bahan bakar nuklir, serta perbaikan, perawatan, instrumentasi, pengendalian, dan perancangan PLTN. Perusahaan ini berkantor pusat di Cranberry Township, Pennsylvania.
Produk utama dari perusahaan ini adalah AP1000, sebuah reaktor air bertekanan yang dilengkapi dengan sejumlah fitur keselamatan pasif dan diproduksi secara moduler untuk mengurangi biaya dan durasi konstruksi. Sebanyak 12 unit reaktor AP1000 saat ini aktif beroperasi, sementara 19 unit lainnya sedang dalam tahap perencanaan.
Perusahaan ini dibentuk sebagai hasil pemisahan bisnis industrial dari CBS Corporation (sebelumnya bernama Westinghouse Electric Corporation). Sebagian dari bisnis nuklir dibeli oleh Siemens pada tahun 1998, sementara sisanya dibeli oleh British Nuclear Fuels Limited (BNFL) pada tahun 1999 untuk membentuk perusahaan ini dengan nama Westinghouse Electric. Pada tahun 2005, BNFL menjual perusahaan ini ke Toshiba.
Pada tahun 2017, perusahaan ini bangkrut, terutama akibat kerugian dalam proyek ekspansi PLTN Vogtle. Perusahaan ini kemudian dibeli oleh Brookfield Business Partners asal Kanada, yang kemudian menjual perusahaan ini ke Brookfield Renewable Partners dan Cameco.
Sejarah
Westinghouse Electric Company dibentuk pada tahun 1999, setelah Westinghouse Electric melakukan serangkaian divestasi dan penggabungan selama pertengahan hingga akhir dekade 1990-an, antara lain membeli CBS pada tahun 1995, berekspansi ke bisnis komunikasi dan penyiaran, serta menjual sebagian besar bisnis non-penyiaran pada tahun 1998, dan mengubah namanya menjadi CBS Corporation.
Pada tahun 1998, CBS Corporation menjual unit bisnis Westinghouse Power Generation ke Siemens. Pada tahun 1999, CBS Corporation menjual bisnis nuklirnya ke British Nuclear Fuels Limited (BNFL).[4] Pada tahun 2000, CBS Corporation digabung ke dalam Viacom (1971–2005).
Penjualan ke Toshiba
Pada bulan Juli 2005, BNFL mengkonfirmasi bahwa mereka berencana menjual perusahaan ini yang saat itu diperkirakan bernilai $2 miliar.[5] Rencana tersebut pun menarik sejumlah perusahaan, termasuk Toshiba, General Electric, dan Mitsubishi Heavy Industries. Pada tanggal 23 Januari 2006, Financial Times memberitakan bahwa Toshiba telah memenangkan lelang untuk mengakuisisi perusahaan ini dengan tawaran sebesar $5 miliar (£2,8 miliar).[5] Pada tanggal 6 Februari 2006, Toshiba mengkonfirmasi bahwa mereka akan membeli perusahaan ini dengan harga $5,4 miliar.[6]
Penjualan tersebut pun mengejutkan sejumlah pihak, karena perusahaan ini merupakan salah satu produsen reaktor nuklir terbesar di dunia dan tenaga nuklir diperkirakan akan tumbuh pesat, karena Tiongkok, Amerika Serikat, dan Britania Raya diperkirakan akan berinvestasi besar-besaran pada tenaga nuklir.[7] Pasca kesepakatan nuklir India-Amerika 2005, muncul juga harapan bahwa rencana India untuk berinvestasi besar-besaran pada PLTN akan membantu menghidupkan kembali industri tenaga nuklir di Amerika Serikat.[8]
Pada tanggal 16 Oktober 2006, Toshiba resmi menyelesaikan akuisisi terhadap 77% saham perusahaan ini dengan harga $5,4 miliar, sementara The Shaw Group mengakuisisi 20% saham dan Ishikawajima-Harima Heavy Industries mengakuisisi 3% saham.[9] Pada tanggal 13 Agustus 2007, Toshiba menjual 10% saham perusahaan ini ke Kazatomprom asal Republik Kazakhstan dengan harga US$540 juta. Walaupun begitu, Kazatomprom tidak memiliki hak suara dan hak veto terhadap pengambilan keputusan di perusahaan ini.[10]
Pada bulan September 2011, Toshiba diberitakan sedang berdiskusi untuk mengakuisisi saham perusahaan ini yang dipegang oleh Shaw.[11] Toshiba dan Shaw kemudian mengkonfirmasi berita tersebut. CEO Shaw, James Bernhard, menyatakan[per kapan?] bahwa Toshiba akan membeli 20% saham perusahaan ini dengan harga US$1,6 miliar atau 50% lebih tinggi dari jumlah utang Shaw dalam mata uang yen dalam lima tahun terakhir. Pada akhir tahun 2012, Toshiba menyatakan bahwa mereka terbuka terhadap perusahaan lain yang ingin membeli saham perusahaan ini. Penjualan tersebut akhirnya selesai pada bulan Januari 2013.[12][13]
Pindah ke Cranberry Township, Pennsylvania
Setelah beberapa tahun berkantor pusat di Energy Center di Monroeville, Pennsylvania, pada tahun 2007, perusahaan ini memutuskan untuk memindahkan kantor pusatnya ke Cranberry Township, Butler County, Pennsylvania.[14] Alasan utama di balik pemindahan tersebut adalah untuk mengimbangi perkembangan dari industri nuklir global. Kantor pusat baru tersebut pun mulai dibangun pada bulan Juli 2007 dan dapat diselesaikan pada bulan Juni 2009.
Segmen bisnis Perbaikan, Penggantian, dan Otomasi menjadi yang pertama untuk dipindah ke Cranberry Township, yakni pada musim semi tahun 2008, guna mengatasi kurangnya luas lahan di Monroeville. Sebagai bagian dari pemindahan tersebut, Westinghouse menyediakan angkutan dari Monroeville ke Cranberry Township tiap hari. Angkutan tersebut dihentikan pada 2012, setelah kantor pusat di Monroeville resmi dijual.
Masalah akuntansi 2015
Pada tahun 2015, muncul kekhawatiran bahwa nilai aset dan goodwill dari perusahaan ini dilebih-lebihkan. Pasca sebuah skandal akuntansi yang menyebabkan pernyataan laba dari Toshiba dilebih-lebihkan, yang menyebabkan CEO Toshiba mengundurkan diri, Toshiba menyatakan bahwa perusahaan ini telah mencetak lebih banyak laba daripada saat diakuisisi pada tahun 2006.[15][16]
Pada bulan Desember 2016, Toshiba menyatakan bahwa mereka berencana menghapusbukukan investasi mereka di perusahaan ini sebesar US$2,5 miliar,[17] dengan menambahkan bahwa investasi mereka di perusahaan ini mungkin akan bernilai negatif, karena mengalami kerugian dalam memproduksi reaktor nuklir di Amerika Serikat.[18]
Pada bulan Februari 2017, Toshiba mengungkapkan kerugian sebesar 390 miliar yen ($3,4 miliar), terutama pada bisnis nuklirnya di Amerika Serikat yang merugi sebesar 712 miliar yen ($6,3 miliar). Pada tanggal 14 Februari 2017, Toshiba menunda penyajian laporan keuangan, dan chairman Toshiba, Shigenori Shiga, yang sebelumnya menjabat sebagai chairman di perusahaan ini, mengundurkan diri.[19][20][21] Toshiba pun mempertimbangkan untuk menjual bisnis nuklir dari perusahaan ini.[22]
Kebangkrutan Bab 11 tahun 2017
Pada tanggal 29 Maret 2017, perusahaan ini mengajukan kebangkrutan Bab 11, dengan alasan bahwa kerugian Toshiba dapat melampaui $9 miliar atau hampir tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya.[23][24]
Proyek yang menyebabkan kerugian tersebut terutama adalah proyek pembangunan empat unit reaktor AP1000 di PLTN Vogtle di Georgia dan PLTN Virgil C. Summer di South Carolina.[25][26] The Wall Street Journal pun memberitakan bahwa empat unit reaktor nuklir yang sedang dibangun di tenggara Amerika Serikat akan ditelantarkan.[27]
Pada bulan Juli 2017, salah satu pemilik dari PLTN V.C. Summer mengumumkan bahwa proyek tersebut dihentikan.[28] Pada tanggal 24 September 2017, Post & Courier memberitakan bahwa perusahaan ini telah mempekerjakan orang yang tidak berlisensi untuk membuat rancangan mekanikal dan elektrikal dari ekspansi PLTN V.C. Summer tanpa diawasi oleh insinyur profesional. Tindakan tersebut pun melanggar peraturan yang berlaku di South Carolina.[29] Rancangan tersebut terbukti bermasalah dan mengakibatkan penundaan yang signifikan.[30] Pemerintah Amerika Serikat sebelumnya telah memberikan jaminan sebesar $8,3 miliar atas pembiayaan yang diberikan untuk membangun empat unit reaktor nuklir tersebut.[24]
Referensi
- ^ "Westinghouse Electric Company's Leadership". Diakses tanggal 2020-03-22.
- ^ {{cite web |url=https://www.westinghousenuclear.com/about/regional-operations |access-date=2020-03-22|title=Westinghouse Locations}}
- ^ "Division of Corporations - Filing". icis.corp.delaware.gov.
- ^ "Sale of Westinghouse Businesses to MK/BNFL Complete". PR Newswire. 22 March 1999. Diakses tanggal 17 January 2014.
- ^ a b Terry Macalister and Mark Milner (24 January 2006). "Toshiba to buy BNFL's Westinghouse". The Guardian. Diakses tanggal 17 January 2014.
- ^ "Toshiba Acquires Westinghouse from BNFL". Press Release. Toshiba. 6 February 2006. Diakses tanggal 2008-03-08.
- ^ "BNFL to sell U.S. power plant arm". BBC News. January 23, 2006. Diakses tanggal 2006-02-06.
- ^ Chellaney, Brahma (30 Mar 2017). "US-India nuclear deal falls prey to Toshiba woes". Nikkei Asian Review. Diakses tanggal 11 April 2017.
- ^ "Toshiba Completes Westinghouse Acquisition". Toshiba. October 17, 2006. Diakses tanggal 2008-03-08.
- ^ "Kazatomprom buys 10% stake in Westinghouse". World Nuclear News. 2007-10-22. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-12-15. Diakses tanggal 2008-04-19.
- ^ "Toshiba reportedly to buy 20% of Westinghouse", MarketWatch, Sept. 5, 2011, 6:53 pm EDT. Retrieved 2011-09-05.
- ^ "Toshiba confirms it will buy Shaw stake in Westinghouse", Bloomberg via gulfnews.com, September 8, 2011. Retrieved 2011-09-08.
- ^ "Toshiba buys Shaw Group's stake in Westinghouse". 7 January 2013. Diakses tanggal 2 March 2013.
- ^ "Westinghouse memo to employees". Pittsburgh Tribune-Review. March 20, 2007. Diarsipkan dari asli tanggal December 11, 2007. Diakses tanggal 2008-04-04.
- ^ Ritsuko Ando (21 July 2015). "Toshiba CEO quits over accounting scandal". Reuters. Diakses tanggal 5 December 2023.
- ^ Ritsuko Ando and Taiga Uranaka (21 July 2015). "Toshiba says Westinghouse has grown more profitable since acquisition". Reuters. Diakses tanggal 5 December 2023.
- ^ Reynolds, George (2018). Ethics in Information Technology. Boston, MA: Cengage. hlm. 38. ISBN 978-1-337-40587-4.
- ^ Mochizuki, Takashi (27 December 2016). "Toshiba Expects Write-Down of as Much as Several Billion Dollars". Wall Street Journal. Diakses tanggal 28 December 2016.
- ^ Makiko Yamazaki, Taiga Uranaka (14 February 2017). "Delays, confusion as Toshiba reports $6.3 billion nuclear hit and slides to loss". Reuters. Diarsipkan dari asli tanggal February 14, 2017. Diakses tanggal 14 February 2017.
- ^ "Toshiba chairman quits over nuclear loss". BBC News. 14 February 2017. Diakses tanggal 14 February 2017.
- ^ Karishma Vaswani (14 February 2017). "Toshiba: Why troubled Japanese firms survive". BBC News. Diakses tanggal 14 February 2017.
- ^ "Toshiba looking to sell Westinghouse nuclear business". BBC News. 14 March 2017. Diakses tanggal 22 March 2017.
- ^ "Westinghouse files for bankruptcy". Nuclear Engineering International. 29 March 2017. Diakses tanggal 4 April 2017.
- ^ a b Yamazaki, Makiko; Kelly, Tim (29 March 2017). "Toshiba's Westinghouse files for bankruptcy as charges jump". reuters.com. Diakses tanggal 29 March 2017.
- ^ Robert Walton (24 March 2017). "Reports: Nuclear firm Westinghouse Electric to file for bankruptcy next week". Utility Dive.com. Diakses tanggal 24 March 2017.
- ^ Fuse, Taro (24 March 2017). "Toshiba decides on Westinghouse bankruptcy, sees $9 billion in charges: sources". Reuters. Diakses tanggal 25 March 2017.
- ^ Gold, Russell; Negishi, Mayumi (March 29, 2017). "Toshiba's Westinghouse Electric Files for Bankruptcy Protection ". Wall Street Journal. New York City, New York, United States. Diakses tanggal March 30, 2017.
- ^ Plumer, Brad (2017-08-01). "U.S. Nuclear Comeback Stalls as Two Reactors Are Abandoned (Published 2017)". The New York Times (dalam bahasa American English). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2020-12-27.
- ^ Brown, Andrew (2017-09-24). "Stamped for failure: Westinghouse and SCANA used unlicensed workers to design abandoned S.C. nuclear reactors". Post and Courier (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-24.
- ^ Id.