More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Zvi Yehuda Kook - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zvi Yehuda Kook - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Zvi Yehuda Kook

  • مصرى
  • Čeština
  • Deutsch
  • English
  • Français
  • Galego
  • עברית
  • Italiano
  • Lietuvių
  • Português
  • Русский
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rabi Zvi Yehuda Kook
הרב צבי יהודה קוק
PosisiRosh yeshiva
YeshivaMercaz HaRav
Mulai1952
Berakhir1982
Penjelasan pribadi
Lahir23 April 1891
Zaumel, Kegubernuran Kovno, Kekaisaran Rusia (sekarang Žeimelis, Lituania)
Wafat9 Maret 1982(1982-03-09) (umur 90)
Yerusalem
DimakamkanBukit Zaitun, Yerusalem
KewarganegaraanIsrael
DenominasiOrtodoks
OrangtuaAbraham Isaac dan Reiza Rivka Kook
PasanganChava Leah Hutner

Zvi Yehuda Kook (bahasa Ibrani: צבי יהודה קוק‎, 23 April 1891 – 9 Maret 1982) adalah seorang rabi Ortodoks ultranasionalis Israel.[1][2] Ia adalah putra Abraham Isaac Kook, rabi kepala Ashkenazi pertama di Mandat Palestina.[3][4] Keduanya dianggap sebagai pendiri zionisme kookian, yang menjadi bentuk zionisme religius yang paling dominan.[5] Ia adalah Rosh Yeshiva (dekan) yeshiva Mercaz HaRav.

Ajaran fundamentalis Kook merupakan pedoman utama dalam pembentukan dan kegiatan gerakan pemukim religius modern di wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terutama dalam perkumpulan Gush Emunim, yang didirikan oleh murid-muridnya.[6] Banyak anak ideologisnya yang mendirikan permukiman Yahudi, dan ia dianggap berjasa menyebarkan gagasan ayahnya yang turut membentuk dasar zionisme religius.[7]

Kook memimpin yeshiva Mercaz HaRav (terj. har. 'Markas Sang Rabi') selama hampir enam dekade yang didirikan oleh ayahnya di Yerusalem, yang menjadi pusat pengajaran zionisme religius,[8] di mana ratusan calon militan masa depan, yang menentang kompromi wilayah dan mempromosikan permukiman Israel di Palestina, mengenyam pendidikan formal mereka.[1]

Biografi

[sunting | sunting sumber]
Kook (kiri) bersama rabi Shlomo Goren (tengah) dan Abraham Shapira (kanan) di Mercaz HaRav, 1981

Zvi Yehuda Kook lahir pada malam Paskah[9] tahun 1891 di Zaumel, Kegubernuran Kovno, Kekaisaran Rusia (sekarang Žeimelis di Lituania), di mana ayahnya menjabat sebagai rabi dan pemuka zionis lokal.[9] Ibunya adalah istri kedua ayahnya, Reiza Rivka, keponakan Eliyahu David Rabinowitz-Teomim, Rabi Kepala Yerusalem yang menjabat bersama Shmuel Salant. Nama Kook diambil dari nama kakek dari pihak ibu, Zvi Yehuda Rabinowitz-Teomim.[10]

Pada tahun 1896, ayahnya, bersama seluruh keluarganya, pindah ke Boisk, Latvia, di mana ia mengelola sebuah yeshiva dan menjabat sebagai rabi paroki. Di sana, Kook muda belajar Talmud di bawah bimbingan Rabi Reuven Gotfreud, menantu Yoel Moshe Salomon, salah seorang pendiri Petah Tikva. Kemudian, sejak tahun 1899, Kook dibimbing oleh Benjamin Menashe Levin. Ayahnya, hingga akhir hayatnya, tetap menjadi guru utama Kook, meskipun pada saat itu, ia juga membayar seorang guru privat untuk mengajari putranya bahasa Rusia.[11]

Pada tahun 1904, di usia 13 tahun, Kook pindah ke Jaffa, ketika ayahnya diangkat menjadi rabi kepala di kota tersebut, yang saat itu merupakan teritori Turki Utsmani. Seperti ayahnya, ia merayakan hari aliyah-nya setiap tahun pada tanggal 28 bulan Iyar.[12]

Pada tahun 1906, Kook, yang saat itu berusia 15 tahun, belajar di yeshiva Torat Haim di Yerusalem[13] di bawah bimbingan rosh yeshiva-nya, Zerah Epstein.[9] Beberapa tahun kemudian, ia pulang ke Jaffa, tempat ia melanjutkan studinya.[9] Pada masa inilah ia menjalin hubungan dekat dengan Yaakov Moshe Harlap, yang mengajarinya Kabala. Harlap merupakan bagian dari lingkaran pertemanan ayahnya.[9] Pada tahun 1908, Kook mulai menyunting tulisan-tulisan ayahnya, sebuah tugas yang ia teruskan hingga kematiannya, karena ayahnya menganggap Kook sebagai satu-satunya orang yang mampu menafsirkan karya-karyanya secara otoritatif.[9] Kook juga diklaim ikut berkontribusi pada kata pengantar tentang halakha (syariat agama Yahudi) mengenai heter mechirah (izin penjualan) di Tahun Sabat yang dilampirkan dalam karya ayahnya Shabbat Haaretz, yang terbit pada tahun 1910.[14]

Merasa belum cukup meluangkan waktu untuk menekuni Taurat, Kook mula-mula pergi ke yeshiva Porat Yoseph, yeshiva Sefardi terkemuka di Yerusalem. Kemudian, atas saran Binyamin Levin, ia berangkat ke Halberstadt, Kekaisaran Jerman untuk mengajar di yeshiva lokal dan mendalami filsafat.[15] Selain belajar, Kook juga mengajar Talmud, halakha, dan Alkitab Ibrani kepada pemuda di kota tersebut.[16]

Setelah pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914, Kook ditangkap oleh pemerintah Jerman karena statusnya sebagai WN Rusia, yang pada waktu itu merupakan musuh Jerman. Setelah beberapa pekan menghabiskan waktu di sebuah kamp tahanan di Hamburg, ia dibebaskan dan diizinkan pulang ke Halberstadt, di mana ia harus melapor setiap dua hari di kantor pemerintah setempat. Baru pada tahun berikutnya, di akhir tahun 1915, ia diberi izin untuk meninggalkan Jerman dan menemui ayahnya, yang terjebak di St. Gallen, Swiss,[17] karena perang. Di sana, ia terus belajar di bawah bimbingan ayahnya, hingga ayahnya pergi untuk mengisi jabatan rabi di London pada tahun 1916.[18]

Pada tahun 1920, ia kembali ke Palestina (saat itu di bawah Mandat Britania) dan mulai mengajar di sekolah Netzakh Israel. Setahun kemudian, ia pergi ke Eropa untuk mempromosikan gerakan baru ayahnya, Degel Yerushalayim (terj. har. 'Panji Yerusalem'), gerakan yang menjadi landasan spiritual zionisme.[19]

Pada tahun 1922, ia menikah dengan Chava Leah Hutner di Warsawa. Chava Leah meninggal tanpa dikaruniai anak pada bulan Februari 1944, dan Kook menolak untuk menikah lagi, dan hidup menduda hingga kematiannya hampir 40 tahun kemudian.[20] Sejak tahun 1923, ia menjabat sebagai kepala administrasi yeshiva Mercaz HaRav. Setelah Harlap meninggal pada tahun 1952, ia menjadi dekan di sana hingga kematiannya.

Abraham Isaac Kook meninggal dunia pada tahun 1935, ketika para pemikir agama hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap komunitas Yishuv dan gagasan-gagasannya gagal menarik banyak perhatian, baik di kalangan Yahudi religius maupun Yahudi zionis.[21] Nasib yeshiva tersebut meredup, dan sulit bertahan hingga tahun 1960-an, ketika hanya berhasil memiliki 20 siswa.[22] Pada pertengahan dasawarsa enam puluhan, reputasinya membaik dengan cepat sebagai akibat dari frustrasi yang dialami oleh para lulusan elit Bnei Akiva ketika upaya mereka untuk mendapatkan pengaruh di Partai Keagamaan Nasional ditolak. Setelah itu, kelompok ini, yang membentuk persaudaraan rahasia bernama Gahelet (yang beranggotakan tokoh-tokoh seperti Eliezer Waldman, Moshe Levinger, dan Haim Drukman) mengalihkan perhatian mereka kepada Kook dan yeshiva pimpinannya.[22] Setelah Perang Enam Hari pada 1967,[23] ia berhasil membujuk pemerintah Israel untuk menyetujui pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta mengirimkan murid-muridnya untuk menjalankan misi tersebut. Ia meneruskan pandangan ayahnya bahwa Kepala Kerabian Israel adalah cikal bakal lembaga Sanhedrin di masa depan.[24]

Kook hanya menulis sedikit karya di tahun-tahun terakhirnya. Pernyataan-pernyataannya tidak tajam karena merujuk secara samar-samar pada tradisi-tradisi rabinik yang tidak familiar bagi banyak pengikutnya, dan otoritasnya lebih bertumpu pada sosoknya yang karismatik – karisma adalah sesuatu yang ditekankan oleh ayahnya – daripada tulisan-tulisannya.[25] Ia wafat di Yerusalem pada 9 Maret 1982, bertepatan dengan hari raya Purim di tahun itu,[26] dan jasadnya dikebumikan di Pemakaman Yahudi di Bukit Zaitun.[1] Kematiannya menciptakan kekosongan kepemimpinan di gerakan Gush Emunim, yang kemudian beralih ke arah pengambilan keputusan secara kolektif.[25]

Ideologi

[sunting | sunting sumber]

Zionisme bermula sebagai gerakan sekuler yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak beriman, yang banyak di antaranya menolak tradisi-tradisi keagamaan Yahudi seperti pendapat bahwa "kembalinya" orang-orang Yahudi secara kolektif, alih-alih aliyah secara sendiri-sendiri, bergantung pada campur tangan langsung Mesias. Inovasi keluarga Kook adalah mengembangkan teologi yang menjembatani kesenjangan antara keyakinan yang menganggap zionisme sebagai bidat, dan program zionis untuk membangun negara sekuler bagi orang Yahudi. Sebagaimana diungkapkan ayah Kook, sebuah pemerintahan Yahudi harus "membangun secara sekuler lalu menjadikannya kudus setelah itu."[27]

Proses penebusan

[sunting | sunting sumber]
Rabi Zvi Yehuda Kook menyalakan obor di malam perayaan hari kemerdekaan, 1957

Zvi Kook, bersama Harlap, adalah pewaris tradisi pemikiran mesianis sejak zaman Judah Alkalai yang menganggap penebusan orang Yahudi di Tanah Israel sebagai pendahulu bagi penebusan seluruh umat manusia secara umum. Zvi Kook melangkah meyakini bahwa negara Israel yang sekuler merupakan awal dari zaman penebusan mesianis. Tugas suci ini akan dilanjutkan di zaman modern dengan memperluas kekuasaan Yahudi atas tanah yang diduduki Israel pada tahun 1967, juga melalui gerakan pemukiman.[3] Proses penebusan lintas generasi ini, menurutnya, akan melibatkan tiga tahap, yang pertama telah tercapai: (a) pendirian Negara Israel, sebuah ekspresi kontemporer dari Kerajaan Daud; (b) pemulihan kedaulatan orang Yahudi sepenuhnya atas orang Amalek; dan, setelah kedua prasyarat ini terpenuhi (c) Bait Ketiga akan berdiri di Haram al-Sharif/Bukit Bait Suci di Yerusalem.[28]

Di Gush Emunim, yang sekarang sudah bubar,[29] kata-katanya sering dikutip dan dianggap setara dengan nubuat.[25] Dalam pandangan Kook, orang Yahudi itu unik, tolok ukur bagi umat manusia, di mana Yudaisme merupakan inti dari kemanusiaan dan realitas itu sendiri, dengan Israel diumpamakan dengan jiwa, sementara dunia dianalogikan sebagai jasad.[30] Dalam konteks ini, Zvi Kook memperluas gagasan ayahnya dan guru Kabala-nya, Harlap, yang cenderung bermusuhan terhadap non-Yahudi dan menegaskan bahwa kegagalan bangsa-bangsa di dunia untuk menyerah kepada Israel akan menyebabkan kejatuhan mereka. Kook menganggap bahwa penebusan seluruh dunia bergantung pada umat Israel, sebuah gagasan yang terbukti berpengaruh di kalangan pemikir awal di partai Hapoel HaMizrachi.[31]

Kook memandang pembentukan Negara Israel modern sebagai langkah besar ke arah penebusan orang-orang Yahudi (Atḥalta de-geulah). Kook mengklaim bahwa proses ini dibuktikan dalam perkembangan pertanian Israel di mana setiap tomat dan pisang diinvestasikan dengan "kesucian".[32] Ia mendasarkan gagasan ini pada (Yehezkiel 36:24–28): Tetapi kamu, hai gunung-gunung Israel, akan menghasilkan cabang-cabang dan menghasilkan buah bagi umat-Ku Israel, karena mereka akan segera pulang, dan penjelasan Rashi tentang ayat itu ditafsirkan sebagai tanda-tanda akhir zaman oleh Rabi Abba di Sanhedrin 9. Rashi menulis: "Ketika Tanah Israel menghasilkan buahnya dengan baik, maka Zaman Akhir sudah dekat, dan tidak ada lagi tanda-tanda [untuk] Zaman Akhir yang muncul [setelah ini]."[32][33]

Menurut muridnya, Rabi Eliyahu Avichail, yang mendirikan organisasi imigran Amishav pada tahun 1975, Kook sendiri menasihatinya untuk mencari komunitas-komunitas Yahudi yang tersebar dan telah putus akar, mempersiapkan mereka untuk pindah agama (giyur), dan memfasilitasi "kepulangan" mereka ke Israel. Ia yakin telah menemukan orang-orang Yahudi yang hilang tersebut, yang diduga merupakan sisa-sisa dari Sepuluh Suku yang Hilang, di India dan Nepal di antara suku-suku Tibet-Burma seperti Mizo dan Hmar. Meskipun awalnya dianggap "gila", Avichail berhasil, setelah memberikan etnonim Bnei Menashe kepada suku-suku ini, dengan membawa sekitar dua ribu di antaranya ke Israel, dan menempatkan mereka di permukiman Yahudi di dekat kota Palestina Hebron, yaitu Kiryat Arba, melalui bantuan keuangan dari penyandang dananya, Irving Moskowitz.[34][35]

Permusuhan terhadap Kekristenan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun ayahnya sendiri telah lama tertarik oleh aliran mesianisme antinomian Yahudi, Perang Dunia I telah membuatnya menarik kesimpulan bahwa sumber utama kejahatan kontemporer terletak pada dispensasi antinomian yang dianut dalam Kekristenan.[36] Ideologi Zvi Kook, yang mencerminkan "kebencian yang mendalam"[37] atau penghinaan teologis, dicirikan oleh permusuhan yang kuat terhadap agama Kristen, yang ia anggap sebagai "kejahatan terhadap Israel", "sampah Israel", sebuah pendapat yang mengingatkan pada pandangan Talmud tentang Yesus sebagai "penjahat Israel" (poshea Israel), yang direbus dalam tinja panas.[38][39] Kekristenan adalah bentuk penyembahan berhala, sebuah penistaan terhadap akidah Yahudi.[40] Ia menolak untuk menarik diri dari gagasan antisemit bahwa orang Yahudi-lah yang bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Hal ini tampaknya merupakan salah satu caranya untuk menolak mentalitas korban yang dikaitkan dengan diaspora Yahudi.[41]

Ia mulai menguraikan pendapatnya terkait hal ini pada tahun 1952, setelah menyimpulkan bahwa pendirian Israel merupakan perang melawan Kekristenan Barat. Dengan mencari-cari referensi hingga yang berumur dua milenium tanpa berpikir kritis, seperti Toledot Yeshu, ia mengangkat kembali narasi anti-Kristen yang, menurut beberapa kritikus,[38] belum pernah terjadi selama lebih dari seribu tahun. Poin-poin penting dalam sikap ini menegaskan bahwa Kekristenan adalah ajaran sesat Yahudi; bahwa sementara tuhan Kristen telah mati, tuhan Yahudi tetap hidup.[38] Ia menegaskan bahwa istilah min/minim murtad dalam literatur rabinik memang merujuk pada umat Kristiani.[38]

Ketika bendera Israel berkibar di Vatikan saat PM Israel Golda Meir mengunjungi Paus Paulus VI pada tahun 1973, Kook mencibir Sri Paus sebagai seorang galakh tua (pendeta Kristen yang dicukur, bertonsur) yang tanpa malu mengangkat simbol pertanda kehancuran Kekristenan.[39] Kook ingin membersihkan Israel dari pengaruh Kristen dan pada akhirnya pengaruh Barat, sesuatu yang meluas hingga menentang penggunaan kalender Gregorius.[42] Ia menghindari membaca karya-karya tulis ayahnya yang mengambil sudut pandang filsafat Barat karena itu akan berimbas pada "percampuran ras spiritual".[43] Hal ini turut memengaruhi pandangannya tentang Yudaisme, di mana versinya yang paling otentik adalah yang dipraktikkan dan diajarkan di Negara Israel modern, berbeda dengan Yudaisme di pengasingan, yang menurutnya, tak dapat diperbaiki lagi akibat dampak buruk hidup di antara umat Kristen.[40]

Tulisan-tulisannya tentang tema ini beredar di kalangan pemukim Israel, atau kaum puritan Taurat yang mendambakan kehidupan studi yang menyendiri dan, juga, di kalangan antisemit.[44]

Teologi Perang

[sunting | sunting sumber]

Sebagai sosok yang oleh para pengikutnya dijuluki "nabi Israel Raya",[45] ayah Kook mengajarkan bahwa sengketa di tanah yang dijanjikan harus dilakukan dengan cara damai, bukan dengan kekerasan. Pada tahun 1938, rabi Tel Aviv, Moshe Avigdor Amiel (1883-1946), berpendapat bahwa bahkan jika penebusan harus terjadi dengan pembunuhan orang Arab, pilihan untuk penebusan itu harus ditolak karena itu bermakna penebusan ditempuh melalui pertumpahan darah.[46]

Meskipun demikian, meditasi mistiknya tentang perang, yang diterbitkan pada tahun 1921 dan disunting oleh Zvi Kook dengan judul Orot Me-ofel (Cahaya dari Kegelapan), yang menjadi sangat penting setelah tahun 1967 di antara para pemukim, dapat disimpulkan sebagai dukungan Ravkook untuk menggunakan perang guna merebut lahan,[47] seperti dalam bagian-bagian berikut:

Ketika perang besar berkecamuk di dunia, kuasa Mesias bangkit. Waktu nyanyian (zamir) telah tiba, pembantaian (zamir) para tiran, orang-orang jahat binasa dari dunia, dan dunia menjadi segar kembali dan kicauan burung tekukur akan terdengar di negara kita.[48]

Kemampuan yang dituntut dari orang-orang Yahudi adalah kemampuan untuk menguasai kekuatan bangsa-bangsa, kekuatan agresif Esau, dan memakainya dalam perjalanan menuju "Yerusalem surgawi.[49]

Di sisi lain, kelompok lain dapat menentang klaim tersebut dengan mengutip bagian lain dari karya yang sama:

Hingga saat-saat berbahagia di mana kebijakan nasional yang independen dapat dijalankan tanpa menggunakan praktik-praktik yang kejam dan biadab... ini bukanlah kuasa Yakub untuk memegang kedaulatan, karena hal ini memerlukan pertumpahan darah besar-besaran dan taktik jahat.[47]

Zvi Kook, dengan sudut pandang iredentisnya, sedikit demi sedikit menyempurnakan teologi perang ayahnya. Setiap perang yang dilancarkan, sebelum berdirinya negara hingga Perang Yom Kippur, menurut interpretasinya, merupakan tahap-tahap menuju penebusan Israel.[49] Meski tidak menginginkan perang yang agresif,[50] Zvi Kook berkhotbah bahwa penggunaan kekuatan militer dibenarkan jika orang Arab menolak mengakui hak milik Yahudi atas tanah tersebut dan jika mereka juga memilih untuk berperang. Menurut mantan muridnya, David Samson,

Ia membandingkan [situasi kami] dengan seseorang yang diusir paksa dari rumahnya, yang kemudian dirampas dan diinjak-injak oleh orang lain. Itulah yang terjadi pada kami. Kook menekankan bahwa orang Arab sama sekali tidak memiliki hak kebangsaan atas negara tersebut. Jika mereka mengingkari kekuasaan kami, dan memilih untuk berperang melawan kami, kami harus membujuk mereka – katanya – dengan tank-tank milik kami.[26]

Pandangan politik

[sunting | sunting sumber]
Rabi Zvi Yehuda Kook bersama pasukan Israel di Tembok Barat tak lama setelah diduduki pada tahun 1967

Ajaran Zvi Kook dianggap sebagai sumber perdebatan yang terus berlanjut di antara para pemukim Israel di antara gagasan bahwa negara Israel itu suci, dan keraguan apakah otoritas sekulernya dapat selalu dipatuhi.[51]

Awalnya, Zvi Kook menyatakan dukungan penuh terhadap zionisme, dan sangat menentang kritik kalangan ortodoks terhadap ideologi tersebut,[52] memandang zionisme sebagai perantara yang mewujudkan kehendak Tuhan untuk penebusan umat Yahudi.[53] Bahkan sebelum Perang Enam Hari, Kook menyatakan keprihatinannya terhadap situs-situs Alkitabiah di Tepi Barat di bawah kendali Yordania. Menjelang pecahnya perang, ia mengejutkan para muridnya dengan berbicara tentang keadaan Tanah Israel yang "terbagi", yang menimbulkan kesan bahwa mereka telah berdosa karena menelantarkan tempat-tempat seperti Hebron, Sikhem, dan Yerikho.[4] Ia memuji kemenangan Israel tahun 1967 sebagai bukti kepemimpinan Tuhan atas Israel dan seluruh dunia.[54] Perang Yom Kippur terbukti menjadi momen penting menurutnya. Kook dengan keras menentang usulan pembagian wilayah seperti yang diajukan oleh Henry Kissinger, yang ia anggap sebagai "suami wanita goy",[55] dengan berargumen bahwa keinginan Tuhan akan integritas teritorial Tanah Israel, yang menurut pandangan-Nya merupakan entitas kudus yang utuh, akan mengalahkan keinginan manusia untuk kompromi yang dinegosiasikan. Hukum Taurat harus lebih diutamakan daripada hukum sekuler.[56]

Dalam sebuah kuliah tahun 1974 yang disampaikan di Merkaz Haraz di hadapan Moshe Dayan, Kook menyatakan bahwa upaya untuk menyerahkan Golan dan Tepi Barat akan memicu perang, yang akan diperjuangkan "dengan badan dan anggota badan kita". Gerakan Gush Emunim yang sebagian besar dibentuk oleh kaum zionis agama segera berada di bawah pengaruh dominan lulusan Mercaz HaRav yang didorong oleh aktivisme mesianis untuk menggagalkan kompromi wilayah.[57] Ia mengajarkan bahwa penyerahan wilayah sama dosanya dengan makan daging babi, karena kedaulatan asing atas bagian mana pun dari Tanah Israel hukumnya treif (haram).[26]

Pada akhirnya, Zvi Kook menyadari bahwa pemerintahan Israel sendiri tidak sah, sebagai kediktatoran tirani. Pencarian dukungan dari bangsa-bangsa non-Yahudi merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Referendum sendiri tidak sah karena tidak akan pernah bisa membatalkan ketentuan Taurat.[58] Ia juga menentang negosiasi damai Menachem Begin dengan Mesir – menurut pandangannya, Sinai merupakan bagian tak terpisahkan dari Tanah Israel Alkitabiah – begitu pula usulan Begin untuk memberikan pemerintahan otonom kepada rakyat Palestina di Tepi Barat. Gagasan-gagasan ini, jika ditindaklanjuti, menurut pandangan Kook akan dianggap sebagai pengkhianatan yang akan menjerumuskan Israel ke dalam "rasa malu abadi". [59] Meskipun Kook tidak menyetujui pemaksaan agama di Israel,[60] ia berpendapat bahwa konsep perdamaian rabinik, shalom, mencerminkan keadaan keadilan absolut, yang terkadang membutuhkan pemaksaan.[59] Perdamaian hanya akan tercapai ketika Tanah Israel Alkitabiah dihidupkan kembali, dengan pendirian Bait Suci, dan ketundukan bangsa-bangsa di seluruh dunia kepada "bangsa pilihan".[61]

Ia dengan tegas menentang segala upaya politik untuk melepaskan sebagian Tanah Israel. "Kami bukan bangsa penakluk. Kami hanya kembali ke tanah leluhur kami. Tak seorang pun, bahkan perdana menteri, memiliki wewenang untuk melepaskan bagian mana pun dari negara ini. Tanah ini milik seluruh rakyat Israel, milik orang-orang Yahudi Pakistan, Amerika Serikat, hingga Uni Soviet."[1]

Hubungan dengan Meir Kahane

[sunting | sunting sumber]

Menurut istri Rabi Meir Kahane, Kook sangat mengagumi Kahane. Ketika Kahane membentuk partai politik, Kook mendukung upayanya untuk meraih kursi Knesset. Meskipun awalnya ia merupakan pendukung setia Partai Religius Nasional, ia memutuskan hubungan dengan mereka pada tahun 1974 setelah mereka masuk pemerintahan Yitzhak Rabin. Dalam surat dukungannya kepada Kahane, ia menyatakan: "Kehadiran Rabi Meir Kahane dan kata-katanya yang tanpa kompromi dari mimbar Knesset niscaya akan menambah kekuatan dan nilai bagi perjuangan wajib atas nama seluruh Tanah Israel." Pengumuman dukungannya kepada Kahane dan suratnya disampaikan kepada Jewish Telegraphic Agency.[62]

Namun, menurut muridnya, Rabi Uzi Kalheim, dukungan Kook kepada Kahane lebih kompleks. Kook menyetujui kegiatan Kahane di AS untuk melindungi orang Yahudi dan meningkatkan kebanggaan Yahudi. Namun di Israel, Kook tidak setuju dengan posisi Kahane, tetapi merasa bahwa Kahane berhak mendapatkan tempat di Knesset dan menyampaikan pandangannya di sana, meskipun Kook tidak menyetujuinya. Ia tercatat secara eksplisit menulis bahwa dukungannya terhadap Kahane "tanpa identifikasi atau hubungan apa pun dengan detail kata-kata dan tujuannya".[63]

Pandangan tentang orang Palestina dan Arab

[sunting | sunting sumber]

Pandangan Kook adalah bahwa perjuangan Israel melawan bangsa Arab atas Tanah Israel adalah perjuangan kebangsaan. Meski ia menyangkal fakta orang Yahudi mengusir rakyat Palestina dalam eksodus Palestina pada tahun 1948-49 – menurut pandangannya mereka semua kabur atas kemauan sendiri, karena pengecut atau ketakutan yang berlebihan – Zvi Kook berpendapat bahwa mereka yang bertahan boleh tetap tinggal asalkan mereka menerima bahwa tanah itu milik Yahudi dan menerima status mereka sebagai minoritas.[64] Sebelum tahun 1967, ia menganggap konflik antara orang Arab dan Yahudi sebagai konflik antaretnis, bukan agama. Dalam pandangannya, berbeda dengan Kristiani yang menyembah berhala, Muslim merupakan umat yang sepenuhnya monoteis dan oleh karena itu, dalam kasus mereka, konflik dengan umat Yahudi akan segera berlalu.[65] Hak-hak minoritas individu harus dihormati. Ketika Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa kelompok pemukim Elon Moreh harus angkat kaki dari lahan milik orang Palestina di desa Rujeib, ia meminta para pengikutnya untuk mematuhi putusan pengadilan, meskipun pandangan ideologisnya adalah bahwa "tidak ada yang namanya lahan milik orang Arab di Tanah Israel." Benny Katzover mengenang: "Sang rabi mengatakan kepada kami beberapa kali, 'Kami tidak boleh merusak tanah milik Ahmad dan Mustafa', bahwa kami tidak boleh menyentuh tanah yang telah menjadi milik orang Arab selama beberapa generasi."[66]

Dalam beberapa kesempatan, ia mengirim surat ke surat kabar yang mengungkapkan ketidaksukaannya atas laporan penganiayaan warga Arab.[26]

Murid-murid

[sunting | sunting sumber]

Pengaruh Zvi Kook sebagai otoritas keagamaan terhadap para rabi fundamentalis yang menggerakkan gerakan pemukim dianggap sebanding dengan pengaruh para agamawan seperti Sayyid Qutb dan Ayatullah Khomeini terhadap generasi intelektual muda yang kelak berperan penting dalam radikalisasi Islam.[67]

Para muridnya yang paling terkenal adalah rabi Shlomo Aviner, Zvi Thau, Yisrael Ariel Zalman Melamed, Yitzchak Sheilat, Dov Lior, Zephaniah Drori, Yoel Bin-Nun, Eliezer Melamed, David Samson, Haim Drukman, Moshe Levinger, dan Yaakov Ariel. Beberapa muridnya termasuk di antara mereka yang ia dorong untuk membangun permukiman dan moshav.[26][68]

Tulisan

[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar karya Kook mula-mula yang diterbitkan merupakan edisi dan koleksi tulisan ayahnya, tetapi banyak artikel dan surat aslinya kemudian dikumpulkan dan diterbitkan ulang dalam bentuk buku.[69]

  • Kumpulan artikel: Or Lenetivati, Lenetivot Israel, dua jilid.
  • Kumpulan surat: Tzemach Tzvi, Dodi Litzvi, Beberapa suratnya dicetak dalam Igrot HaRa'aya
  • Kuliah: Sichot HaRav Tzvi Yehuda tentang Taurat (5 jilid), Mesilat Yesharim, Moadim (festival), dll., oleh Rabbi Shlomo Aviner.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d NYT 1982.
  2. ^ EJ 2007, hlm. 293.
  3. ^ a b Dowty 2001, hlm. 228.
  4. ^ a b Weisburd 2010, hlm. 22.
  5. ^ Magid 2019.
  6. ^ Lustick 1988, hlm. 29.
  7. ^ Hoch 1994, hlm. 90–118.
  8. ^ Pedahzur 2012, hlm. 37.
  9. ^ a b c d e f Inbari 2012, hlm. 18.
  10. ^ Volbershtein 2010, hlm. 4.
  11. ^ Volbershtein 2010, hlm. 5–6.
  12. ^ Volbershtein 2010, hlm. 10.
  13. ^ Auerbach 1996, hlm. 147.
  14. ^ Volbershtein 2010, hlm. 14–15.
  15. ^ Mirsky 2014, hlm. 118–119.
  16. ^ Volbershtein 2010, hlm. 18.
  17. ^ Ben-Pazi 2017, hlm. 275.
  18. ^ Volbershtein 2010, hlm. 20–21.
  19. ^ Ish-Shalom 2012, hlm. 24–25.
  20. ^ Inbari 2012, hlm. 19.
  21. ^ Hoch 1994, hlm. 91.
  22. ^ a b Lustick 1988, hlm. 34.
  23. ^ Ben-Johanan 2022, hlm. 221.
  24. ^ Zinger & Ish-Shalom 2007, hlm. 290.
  25. ^ a b c Lustick 1988, hlm. 92.
  26. ^ a b c d e Fishman & Samson 2019.
  27. ^ Hoch 1994, hlm. 90–91.
  28. ^ Hoch 1994, hlm. 91–92.
  29. ^ Newman 2007, hlm. 145.
  30. ^ Schwartz 2002, hlm. 160,163–164.
  31. ^ Schwartz 2002, hlm. 163–164.
  32. ^ a b Hoch 1994, hlm. 101.
  33. ^ Kook 1967, hlm. 181–184,192–200.
  34. ^ Neuman 2018, hlm. 155–156.
  35. ^ Egorova 2016, hlm. 38.
  36. ^ Mirsky 2014, hlm. 125.
  37. ^ Ben-Johanan 2016, hlm. 77.
  38. ^ a b c d Brill & Neiss 2012, hlm. 56.
  39. ^ a b Ben-Johanan 2022, hlm. 202.
  40. ^ a b Ben-Johanan 2022, hlm. 205.
  41. ^ Ben-Johanan 2022, hlm. 203.
  42. ^ Ben-Johanan 2022, hlm. 197, 201.
  43. ^ Mirsky 2014, hlm. 221.
  44. ^ Brill & Neiss 2012, hlm. 57.
  45. ^ Frey 2007, hlm. 273.
  46. ^ Solomon 2005, hlm. 306.
  47. ^ a b Lustick 1988, hlm. 93–94.
  48. ^ Ben-Pazi 2017, hlm. 271–272.
  49. ^ a b Ben-Pazi 2017, hlm. 274.
  50. ^ Solomon 2005, hlm. 307.
  51. ^ Inbari 2012, hlm. 14.
  52. ^ Inbari 2012, hlm. 15.
  53. ^ Inbari 2012, hlm. 33.
  54. ^ Inbari 2012, hlm. 17.
  55. ^ Inbari 2012, hlm. 32,33.
  56. ^ Inbari 2012, hlm. 30,32.
  57. ^ Inbari 2012, hlm. 34,32.
  58. ^ Inbari 2012, hlm. 32–33.
  59. ^ a b Inbari 2012, hlm. 34.
  60. ^ Inbari 2012, hlm. 40.
  61. ^ Inbari 2012, hlm. 34–35.
  62. ^ JTA 1977.
  63. ^ Volbershtein 2010, hlm. 325.
  64. ^ Prior 1997, hlm. 161–162.
  65. ^ Goldman 2009, hlm. 285.
  66. ^ Levinson & Ettinger 2012.
  67. ^ Čejka & Kořan 2015, hlm. 107.
  68. ^ Lustick 1988, hlm. 93.
  69. ^ Lustick 1988, hlm. ?.

Sumber

[sunting | sunting sumber]
  • Aran, Gideon (1994). "Jewish Zionist Fundamentalism: The Bloc of the Faithful in Israel (Gush Emunim)". Dalam Marty, Martin E.; Appleby, Scott (ed.). Fundamentalisms Observed. Vol. 1. University of Chicago Press. hlm. 265–343. ISBN 978-0-226-50878-8.
  • Auerbach, Jerold S. (1996). Jacob's Voices: Reflections of a Wandering American Jew. Southern Illinois University Press. ISBN 978-0-809-32055-4.
  • Ben-Johanan, Karma (Winter 2016). "Wreaking Judgment on Mount Esau: Christianity in R. Kook's Thought". The Jewish Quarterly Review. 106 (1): 76–100. doi:10.1353/jqr.2016.0004. JSTOR jewiquarrevi.106.1.76. S2CID 170926041.
  • Ben-Johanan, Karma (2022). Jacob's Younger Brother: Christian-Jewish Relations After Vatican II. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-25826-6.
  • Ben-Pazi, Hanoch (2017). "R. Abraham Isaac Kook and the Opening Passage of "The War"". Journal of Jewish Thought & Philosophy. 25 (2): 256–278. doi:10.1163/1477285X-12341287 – via ResearchGate.
  • Brill, Alan; Neiss, Rory Picker (2012). "Jewish Views of World Religions: Four Models". Dalam Gottstein, Alon Goshen-; Korn, Eugene (ed.). Jewish Theology and World Religions. Liverpool University Press. hlm. 41–60. ISBN 978-1-909-82105-7.
  • Čejka, Marek; Kořan, Roman (2015). Rabbis of our Time: Authorities of Judaism in the Religious and Political Ferment of Modern Times. Routledge. ISBN 978-1-317-60544-7.
  • Dowty, Alan (2001). The Jewish State: A Century Later, (Updated With a New Preface). University of California Press. ISBN 978-0-520-22911-2.
  • Egorova, Yulia (2016). "Lost Tribes Communities, Israel, and Notions of Jewishness". Dalam Parfitt, Tudor; Fisher, Netanel (ed.). Becoming Jewish: New Jews and Emerging Jewish Communities in a Globalized World. Cambridge Scholars Publishing. hlm. 36–48. ISBN 978-1-443-84960-9.
  • Fishman, Tzvi; Samson, David (21 Maret 2019). "We Must Persuade Them… With Our Tanks': The Worldview of Rav Zvi Yehuda Kook On His 37th Yahrzeit". The Jewish Press. Diarsipkan dari asli tanggal 21 Januaryi 2021.
  • Frey, Rebecca Joyce (2007). Fundamentalism. Infobase Publishing. ISBN 978-1-438-10899-5.
  • Giller, Pinchas (2008). Shalom Shar'abi and the Kabbalists of Beit El. Oxford University Press (USA). ISBN 978-0-195-32880-6.
  • Goldman, Shalom (2009). Zeal for Zion: Christians, Jews, & the Idea of the Promised Land. University of North Carolina Press. ISBN 978-0-807-83344-5.
  • Hacohen, Malachi Haim (2019). Jacob & Esau Jewish European History Between Nation and Empire. Cambridge University Press. ISBN 978-1-316-51037-7.
  • Hellinger, Moshe; Hershkowitz, Isaac; Susser, Bernard (2018). The 'Disengagement' from Gaza/Gush Katif in Religious Zionism and the Settlement Project: Ideology, Politics, and Civil Disobedience. SUNY Press. ISBN 978-1-438-46840-2.
  • Hoch, Richard L. (1994). "Sovereignty, Sanctity, and Salvation: The Theology of Rabbi Tzvi Yehudah Ha-Kohen and the Actions of Gush Emunim". Shofar. 13 (1): 90–118. doi:10.1353/sho.1994.0047. JSTOR 42942067. S2CID 170258662.
  • Inbari, Motti (2012). Messianic Religious Zionism Confronts Israeli Territorial Compromises. Cambridge University Press. ISBN 978-1-107-00912-7.
  • Ish-Shalom, Benjamin (2012). Rav Avraham Itzhak Hacohen Kook: Between Rationalism and Mysticism. SUNY Press. ISBN 978-1-438-40763-0.
  • Jacobs, Louis (1990). God, Torah, Israel: Traditionalism without Fundamentalism. ISD LLC. ISBN 978-0-878-20471-7. Diarsipkan dari asli tanggal 13 Juni 2022.
  • Juergensmeyer, Mark (2003). Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence. University of California Press. ISBN 978-0-520-93061-2.
  • Kahane, Libby (2008). Rabbi Meir Kahane: His Life and Thought,1932-1975. Vol. 1. Israel: Urim Publications. ISBN 978-1-518-87061-3.
  • "Kook Supports Kahane". JTA. 31 Januari 1977. Diarsipkan dari asli tanggal 29 Juni 2016.
  • Kook, Abraham Isaac (1991). "On the Reasons for the Commandments". Dalam Gellman, Ezra (ed.). Essays on the Thought and Philosophy of Rabbi Kook. Fairleigh Dickinson University Press. hlm. 269–284. ISBN 978-0-845-34826-0.
  • Kook, Zvi Yehuda (1967). LeNetivot Yisrael. Vol. I. Tel Aviv: Menorah.
  • Levinson, Chaim; Ettinger, Yair (11 Maret 2012). "Rabbi Kook's Followers Are Still Debating His Legacy". Haaretz. Diarsipkan dari asli tanggal 3 Mei 2016.
  • Lustick, Ian S. (1988). For the Land and the Lord: Jewish Fundamentalism in Israel. Council of Foreign Relations. ISBN 978-0-876-09036-7.
  • Magid, Shaul (15 Maret 2019). "Kahane Won: How the radical rabbi's ideas and disciples took over Israeli politics, and why it's dangerous". Tablet.
  • Magid, Shaul (2021). Meir Kahane: The Public Life and Political Thought of an American Jewish Radical. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-21266-1.
  • Mirsky, Yehudah (2014). Rav Kook: Mystic in a Time of Revolution. Yale University Press. ISBN 978-0-300-16424-4.
  • Mirsky, Yehudah (2021). Towards the Mystical Experience of Modernity: The Making of Rav Kook, 1865-1904. Academic Studies Press. ISBN 978-1-644-69530-2.
  • Neuman, Tamara (2018). Settling Hebron: Jewish Fundamentalism in a Palestinian City. University of Pennsylvania Press. ISBN 978-0-812-29482-8.
  • Newman, David (2007). "Gush Emunim". Dalam Skolnik, Fred (ed.). Encyclopedia Judaica. Vol. 8 (Edisi 2nd). Thompson/Gale/Keter Publishing House. hlm. 143–145. ISBN 978-0-028-65939-8.
  • Pedahzur, Ami (2012). The Triumph of Israel's Radical Right. Oxford University Press (USA). ISBN 978-0-199-74470-1.
  • Prior, Michael (1997). The Bible and Colonialism: A Moral Critique. A&C Black. ISBN 978-0-567-36922-2.
  • "Rabbi Zvi Kook dies: Israeli ultranationalist". The New York Times. 11 March 1982.
  • Schwartz, Dov (2002). Faith at the Crossroads: A Theological Profile of Religious Zionism. BRILL. ISBN 978-9-004-12461-5.
  • Shohet, Azriel (2013). The Jews of Pinsk, 1881 to 1941. Stanford University Press. ISBN 978-0-804-78502-0.
  • Skolnik, Fred, ed. (2007). "Kook, Ẓevi Judah ben Abraham Isaac HaCohen". Encyclopedia Judaica. Vol. 13 (Edisi 2nd). Thompson/Gale/Keter Publishing House. hlm. 293. ISBN 978-0-028-65939-8.
  • Solomon, Norman (June 2005). "Judaism and the ethics of war". International Review of the Red Cross. 87 (858): 296–309. doi:10.1017/S1816383100181354. S2CID 145303911 – via ResearchGate.
  • Volbershtein, Hilah (2010). Mashmia Yeshu'ah. Mercaz Shapiro, Israel: Machon Ohr Eztion. ISBN 978-9-65727718-8.
  • Weisburd, David (2010). Jewish Settler Violence: Deviance as Social Reaction. Penn State Press. ISBN 978-0-271-03862-9.
  • Zinger, Zvi; Ish-Shalom, Benjamin (2007). "Kook (Kuk), Abraham Isaac". Dalam Skolnik, Fred (ed.). Encyclopedia Judaica. Vol. 13 (Edisi 2nd). Thompson/Gale/Keter Publishing House. hlm. 289–293. ISBN 978-0-028-65939-8.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Zvi Yehuda Kook.
  • HaAretz: The 10 who Made Israel What It Is – Haaretz
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zvi_Yehuda_Kook&oldid=27577163"
Kategori:
  • Kelahiran 1891
  • Kematian 1982
  • Meninggal usia 90
  • Chardal
  • Rabi Israel
  • Yahudi-Israel
Kategori tersembunyi:
  • Artikel mengandung aksara Ibrani
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 23 April
  • Tanggal kematian 9 Maret
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025
  • Galat CS1: tanggal
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata

Best Rank
More Recommended Articles