More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Aji Muhammad Alimuddin - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aji Muhammad Alimuddin - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Aji Muhammad Alimuddin

Tambah pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aji Muhammad Alimuddin, dalam busana pernikahan (foto k. 1886).

Aji Muhammad Alimuddin (Adji Mohamad Alimoedin) adalah Sultan Kutai Kertanegara periode 1900–1910.[1] Ia merupakan putra pertama dari Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan Adji Rubia gelar Adji Ratu Agung. Nama kecilnya adalah Adji Dabo’ alias Adji Misbah.[2]

Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Permaisuri

  • Adji Hasanah Atau Adji Ratu Limah Gelar Adji Ratu Rebaya Agung II Binti Adji Aminuddin Gelar Adji Pangeran Mangkunegara Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman

Ratu Mahadewi

  • Adji Putri Anum Adiningrat Binti Adji Indra gelar Adji Pangeran Ratu I Bin Sultan Adji Muhammad Salehuddin I

Ratu Leko

  • Adji Gibek Binti Adji Sampai Bin Adji Soeka Bin Adji Nenut Bin Adji Pangeran Rawan Bin Adji Pangeran Dikota Bin Adji Pangeran Dipati Tua

Ratu Mahtoer

  • Ratu Kekew gelar Ratu Prabu Ningsih

Selir Sang Nata

  • Dayang Betje
  • Dayang Ebek Binti Aw. Kumbeng

Gundik Aji

  • Dayang Redaj
  • Dayang Tjekki
  • Dayang Sangko
  • Dayang Rekiyah
  • Dayang Minot
  • Dayang Rendai Gelar Raden Retno Kencono dari Kota Bangun

Anak

  1. Adji Muhammad Ilyasin / Adji Ipe gelar Adji Pangeran Soemantri I anak laki laki tertua Sultan AM Alimuddin
  2. Adji Mahmoed gelar Adji Pangeran Sosro Negoro II
  3. Adji Meleng gelar Adji Pangeran Kesuma Adiningrat
  4. Adji Muhammad Parikesit / Adji Kaget / Adji Geger / Sultan Adji Muhammad Parikesit
  5. Adji Addin / Haji Adji gelar Adji Pangeran Tumenggung Pranoto adalah Gubenur Pertama Provinsi Kalimantan Timur
  6. Adji Uddin gelar Adji Pangeran Kartanegara
  7. Adji Pungge
  8. Adji Sunggo gelar Adji Raden Ratna Wati
  9. Adji Lobak Sarbiah gelar Adji Raden Lesminingpuri
  10. Adji Ndoro gelar Adji Raden Siti Sendoro
  11. Adji Dudje gelar Adji Raden Siti Sundari
  12. Adji Mudjenah
  13. Adji Saidah gelar Adji Raden Djuwito Utomo Putro
  14. Adji Mariam
  15. Adji Mesiah gelar Adji Raden Sinto Putro
  16. Adji Beduj Atau Adji Baduyah gelar Adji Raden Anggorosari

Masa pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Aji Muhammad Alimuddin melakukan konsolidasi kekuasaan kesultanan pada masa pemerintahannya.[3] Langkahnya diawali sejak tahun 1900, berupa penarikan kembali semua tanah dinas (hak apanase), yang berdasarkan hukum tanah Kutai keseluruhannya adalah milik sultan.[3] Dengan demikian, potensi tambang batu bara dan minyak bumi berada dalam kontrol penguasaan kesultanan.[4]

Kesultanan Kutai Kartanegara berhasil mendapatkan hak kedaulatan pemerintahan sendiri pada masa pemerintahan Adji Muhammad Alimuddin ini, yaitu pada tahun 1902.[5] Ia juga pada tahun 1905 membagi daerah administratif kesultanan menjadi dua distrik; yaitu Ulu Mahakam dengan ibu kotanya di Long Iram, dan Muara Mahakam dengan ibu kotanya di Samarinda.[3][6] Di setiap ibu kota distrik ditetapkan hakim untuk mengurus persoalan pengadilan.[7]

Daerah Ulu Mahakam kemudian disewakan kepada Belanda pada tahun 1908, dan kesultanan mendapatkan kompensasi royalti sebesar 12.990 gulden per tahun.[4] Kehadiran pemerintahan dan pos militer Belanda di Long Iram mengundang datangnya para pedagang dari berbagai tempat untuk berbisnis di daerah pedalaman hulu Sungai Mahakam, antara lain orang-orang Banjar dan Bakumpai dari Kalimantan Selatan, serta orang-orang Kutai, Bugis, dan Tionghoa dari Samarinda.[8]

Di masa pemerintahannya pula, yaitu pada tahun 1907, misi Gereja Katolik pertama dengan pusat gerakannya (stasi) di Laham, Kutai Barat, mulai dikembangkan.[4][8] Selanjutnya misi tersebut juga membuka sekolah di sana pada tahun 1911.[8]

Wafat dan penerus

[sunting | sunting sumber]
Makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin di Tenggarong.

Sultan Adji Muhammad Alimuddin wafat pada Rabu, 23 Maret 1910 Masehi atau 11 Rabi'ul Awal 1328 Hijriah dimakamkan di Kompleks Makam Kerajaan Kelambu Kuning.[9]

Anaknya Aji Muhammad Parikesit (atau Adji Kaget) diangkat menjadi penggantinya, namun karena masih di bawah umur, maka berada dalam Dewan Perwalian yang dipimpin oleh pamannya sebagai ketua, yaitu Adji Pangeran Mangkunegoro.[5][6] Pemerintahan kesultanan selama sepuluh tahun kemudian dipegang oleh Adji Pangeran Mangkunegoro, sehingga Adji Parikesit dinobatkan tahun 1920.[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura
  • Daftar Sultan Kutai

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Umberan, Musni (1995). Sejarah Kebudayaan Kalimantan. Departeman [i.e. Departemen] Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
  2. ^ Sarip, Muhammad (2023). Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik. Samarinda: RV Pustaka Horizon. ISBN 978-623-6805-61-9. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ a b c Pola penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah secara tradisional daerah Kalimantan Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Barat, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Barat. 1990.
  4. ^ a b c d "Pembukaan Tambang Batu bara Pertama". www.kutaikartanegaranews.com. Diakses tanggal 2017-08-25.
  5. ^ a b Indonesia Magazine (dalam bahasa Inggris). Yayasan Harapan Kita. 1988.
  6. ^ a b Voice of Nature (dalam bahasa Inggris). Yayasan Indonesia Hijau. 1989.
  7. ^ Sejarah daerah ...: Kalimantan Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. 1978.
  8. ^ a b c Maula, Amiruddin; (Indonesia), Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya (1991). Kearifan tradisional masyarakat pedesaan dalam pemeliharaan lingkungan hidup di Kalimantan Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.
  9. ^ Pertemuan Ilmiah Arkeologi III (PIA III), Ciloto, 23-28 Mei 1983. Proyek Penelitian Purbakala Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985.
Didahului oleh:
Aji Muhammad Sulaiman
Sultan Kutai Kartanegara
1899–1910
Diteruskan oleh:
Aji Muhammad Parikesit
  • Portal Islam
  • Portal Biografi
  • Portal Sejarah
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aji_Muhammad_Alimuddin&oldid=27005721"
Kategori:
  • Sultan Kutai
  • Kematian 1910
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Tokoh yang tahun kelahirannya tidak diketahui (orang hidup)
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Maret 2025

Best Rank
More Recommended Articles