GPIB Efrata Padang

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Efrata atau juga dijuluki sebagai Gereja Ayam adalah gereja Kristen Protestan yang terletak di Jalan Bagindo Aziz Chan, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Gereja ini didirikan pada pertengahan abad ke-19, meskipun cikal bakalnya sudah ada 50 tahun sebelumnya.[1] Bangunannya sempat rusak parah akibat perang kemerdekaan tahun 1947 dan direnovasi pada tahun 1948.[2][3]
Bangunan GPIB Padang cukup sederhana dengan bentuk atap yang meruncing ke atas seperti limas dan sebuah menara yang menyatu dengan atap.. Lantaran nilai historisnya, Pemerintah Kota Padang telah menetapkan bangunan ini sebagai cagar budaya pada tahun 1998.[4]
Sejarah
Cikal bakal dan pembangunan

Gereja ini merupakan pengganti dari gereja Protestan pertama di Padang yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Letaknya di kawasan yang kini menjadi kompleks Museum Adityawarman. Bangunannya berdenah bundar dengan atap menyerupai kubah. Akan tetapi, konstruksi bangunannya tidak terlalu tahan terhadap goncangan gempa bumi yang kerap melanda Padang sehingga mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi tahun 1833. Demi alasan keselamatan, bangunan gereja akhirnya dibongkar pada tahun 1855.[2][3]

Pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun gereja baru di lokasi baru, yakni di atas tanah Eigendom verponding No. 1145, dengan surat ukur tanggal 1 Desember 1876 No. 1521. Pembangunan gereja dimulai pada pertengahan abad ke-19 dan secara resmi dibuka pada tahun 1881. Biaya pembangunan berasal dari anggaran pemerintah kolonial sebesar 7.000 Gulden dan sumbangan dari jemaat. Salah satu donatur yang tercatat adalah Kapitan Lie Saay, seorang cukong sekaligus pemimpin komunitas Tionghoa di Padang.[5]
Pada masa awal, pendeta yang melayani yaitu pendeta De Boer dan pendeta Pikauly yang sekaligus juga melayani Koepelkerk di Bukittinggi. Gereja ini menjadi jemaat GPIB pada 31 Oktober 1948 dalam wilayah Sumatra Klasis IV dengan nama GPIB Efrata. F. Pattinasarani menjadi pendeta pertama setelah terbentuknya GPIB Elfrata. Jemaah GPIB Elfrata semula didomoniasi orang-orang Eropa dan Indo di Padang. Keadaan tersebut berlangsung hingga tahun 1958, ketika ribuan orang Eropa dan Indo diungsikan kembali ke Belanda.[2]
Pada tahun 1947, gereja ini rusak parah akibat perang kemerdekaan. Brigade-U melakukan renovasi dan meresmikannya kembali pada tahun 1948.[1]
Kondisi saat ini

Salah satu ciri khas dari gereja ini adalah menara lonceng berbentuk balok yang menjulang tinggi di bagian belakang gereja, dengan atap limas sama kaki yang runcing. Di puncak menara terdapat patung ayam, sehingga masyarakat kerap menyebutnya sebagai Gereja Ayam.[1]
Referensi
- ^ a b c Rahmat Irfan Denas (2022-06-08). "Sejarah Gereja GPIB Padang yang Dijuluki Gereja Ayam". Suluah.com. Diakses tanggal 2025-06-17.
- ^ a b c Amran, Rusli (1988). Padang riwayatmu dulu. Yasaguna.
- ^ a b Safwan, Drs Mardanas; Taher, Drs Ishaq; Asnan, Drs Gusti; Syafrizal, Drs (1987-01-01). Sejarah Kota Padang. Direktorat Jenderal Kebudayaan.
- ^ Surat Keputusan Wali Kota Padang Nomor 03 tahun 1998 tentang Peneta- pan Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah di Kota Padang.
- ^ Padang, kota Andaleh di pesisir barat Sumatera Barat. Balai Arkeologi Medan. 2007. ISBN 978-979-98772-3-9.