Pegunungan Dângrêk
Pegunungan Dângrêk | |
---|---|
![]() Pegunungan Dângrêk tampak dari sisi barat di Thailand | |
Titik tertinggi | |
Puncak | Phu Khi Suk |
Ketinggian | 753 m (2.470 ft) |
Dimensi | |
Panjang | 300 km (190 mi) E/W |
Lebar | 40 km (25 mi) N/S |
Penamaan | |
Nama lokal | |
Geografi | |
Negara |
|
Rentang koordinat | 14°20.25′N 103°55′E / 14.33750°N 103.917°E |
Berbatasan dengan | Thailand/Kamboja |
Geologi | |
Usia batuan | Jura |
Jenis batuan |


Pegunungan Dângrêk (/ˈdɑːŋrɛk/; bahasa Khmer: ជួរភ្នំដងរែក, Chuŏr Phnum Dângrêk [cuə pʰnom ɗɑːŋrɛːk]; bahasa Thai: ทิวเขาพนมดงรัก, RTGS: Thio Khao Phanom Dongrak [tʰīw kʰǎw pʰānōm dōŋrák]; "Gunung Tongkat") adalah barisan pegunungan yang membentuk perbatasan alami negara Kamboja dan Thailand. Distrik Anlong Veng di pegunungan ini merupakan markas terakhir pasukan Khmer Merah Kamboja Demokratik dan tempat di mana Pol Pot dimakamkan.
Geografi
Meskipun panjang, Dângrêk merupakan sistem pegunungan yang relatif rendah, dengan ketinggian rata-rata puncaknya sekitar 500 m. Puncak tertingginya adalah Phu Khi Suk (bahasa Thai: ภูขี้สุข) dengan ketinggian 753 meter di ujung timur dekat Chong Bok (603 m), tempat perbatasan Thailand, Laos, dan Kamboja berpotongan.[1] Puncak lainnya adalah Phu Khok Yai (693 m), Phu Chep Thong (692 m), Phu Tangok (689 m), Phalan Sun (670 m), Phanom Ai Nak (638 m), Phanom Thaban (582 m) dan Khao Banthat setinggi 374 m di ujung barat.[2]
Sisi utara Pegunungan Dângrêk lebih landai, sedangkan sisi yang menghadap ke selatan biasanya berupa lereng curam yang mendominasi pemandangan di dataran utara Kamboja. Distrik Phanom Dong Rak di Provinsi Surin di Thailand dinamai dari pegunungan ini.[3]
Ekologi
Pegunungan Dângrêk sebagian besar ditutupi oleh hutan hijau abadi, hutan dipterokarp campuran, dan hutan dipterokarp gugur. Spesies pohon seperti Pterocarpus macrocarpus, Shorea siamensis, dan Xylia xylocarpa var. kerrii adalah yang mendominasi. Marak terjadi banyak penebangan liar baik di sisi Thailand maupun di sisi Kamboja, yang mengakibatkan hamparan bukit besar menjadi gundul, dan berdampak pada spesies pohon yang rentan seperti Dalbergia cochinchinensis.[4] Kebakaran hutan juga kerap terjadi di perbukitan selama musim kemarau.[5]
Tidak banyak satwa liar yang tersisa di Pegunungan Dângrêk. Babi hutan, rusa, kijang, kelinci, tupai, owa, dan musang adalah beberapa hewan yang dapat ditemukan di daerah yang tidak mengalami kehilangan habitat karena perambahan manusia. Di antara spesies yang terancam punah termasuk mentok rimba.
Suaka Margasatwa Phanom Dong Rak adalah kawasan lindung di wilayah pegunungan di Provinsi Sisaket. Kawasan lindung lainnya adalah Taman Nasional Phu Chong-Na Yoi, Taman Nasional Khao Phra Wihan, Suaka Margasatwa Yot Dom, Suaka Margasatwa Huai Sala, Suaka Margasatwa Hua Tabtan Hadsamran, dan Taman Nasional Ta Phraya di sisi Thailand; serta Hutan Lindung Banteay Chhmar, Hutan Lindung Candi Preah Vihear, dan Suaka Margasatwa Chhaeb di sisi Kamboja.
Sejarah
Pada zaman klasik, Pegunungan Dângrêk merupakan teritori Kerajaan Khmer yang berekspansi ke utara, mencapai puncaknya dengan kendali hampir penuh atas wilayah Isan di masa pemerintahan Jayawarman VII.[6] Di antara sisa-sisa arkeologi di wilayah pegunungan tersebut adalah ukiran batu di tebing Pha Mo I-Daeng, tambang batu kuno, serta waduk Sa Trao. Terdapat pula sisa-sisa tempat suci yang dibangun sebagai rumah bagi roh-roh yang disebut phi ton nam ('roh daerah aliran sungai') di berbagai tempat di sepanjang wilayah perbatasan di Pegunungan Dângrêk. Namun, situs arkeologi terbesar dan terpenting di pegunungan ini adalah kompleks Candi Preah Vihear, sebuah candi Saiwa peninggalan Khmer yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryawarman I[7] di atas tebing yang tinggi menjulang.[8]
Pada tahun 1975, setelah jatuhnya rezim Lon Nol pada tanggal 17 April, pemberontak Khmer Merah menguasai ibu kota Phnom Penh. Namun, wilayah terakhir yang dikuasai oleh Republik Khmer yang berumur pendek itu adalah Candi Preah Vihear di Pegunungan Dângrêk. Angkatan Bersenjata Nasional Khmer mulai menduduki tempat itu pada akhir April tahun itu.[9] Mereka bertahan selama beberapa pekan hingga bukit tempat kuil itu berdiri akhirnya direbut oleh pemberontak Khmer Merah pada 22 Mei.
Antara tahun 1975 dan 1979, banyak warga Kamboja yang melarikan diri dari kekerasan di negara mereka melalui pegunungan ini. Dalam salah satu kasus pemulangan paksa terburuk dalam sejarah PBB, militer Thailand secara paksa mengirim sebanyak 40.000 pengungsi kembali ke Kamboja, sering kali melalui daerah yang dipenuhi ranjau meskipun mereka tidak mau pulang. Banyak di antara mereka mati karena kekurangan makanan di pegunungan. Sebagai tambahan, terdapat pula bandit-bandit yang bersembunyi di hutan yang mengincar para pengungsi yang malang. Pada waktu itu, ada banyak mayat yang tergeletak membusuk tanpa dikubur, berserakan di Pegunungan Dângrêk.[10][11]
Dalam film The Killing Fields yang dirilis pada tahun 1984, Pegunungan Dângrêk merupakan medan curam yang didaki oleh tokoh utama Dith Pran, yang diperankan oleh aktor Haing S. Ngor, untuk mencapai tempat pengungsian yang aman di seberang perbatasan di Thailand. Kontras antara sisi Kamboja yang terjal dengan lereng utara pegunungan yang landai ditampilkan dengan baik dalam film ini.
Sejumlah besar ranjau darat dipasang oleh pemerintah Republik Rakyat Kamboja pada tahun 1980-an sebagai bagian dari operasi besar yang direncanakan dengan menggunakan ribuan pekerja wajib militer di sepanjang pegunungan Dângrêk dan bagian lain dari perbatasan Thailand-Kamboja. Tujuannya ialah untuk mencegah pasukan Khmer Merah yang dibentuk kembali oleh Pol Pot memasuki Kamboja dari Thailand. Garis pertahanan ini, bagian dari warisan konflik kekerasan yang melanda Kamboja pada akhir abad ke-20, dikenal sebagai Sabuk K-5.
Setelah pendudukan Vietnam di Kamboja berakhir pada tahun 1989 dan penarikan Tentara Rakyat Vietnam, Khmer Merah mendirikan kembali markas mereka di Pegunungan Dângrêk, di sepanjang perbatasan Kamboja untuk melawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Rakyat Kampuchea, yang merupakan angkatan bersenjata Negara Kamboja. Anlong Veng, sebuah kota kecil di kaki pegunungan ini, untuk sementara waktu menjadi "ibu kota" utama Khmer Merah. Pada tahun 1990-an, Khmer Merah masih menguasai Anlong Veng, tempat terjadinya salah satu "ladang pembantaian" pertama setelah jatuhnya "Kamboja Demokratik". Markas mereka didirikan ulang pada 18 Februari 1994.
Masih ada situs yang belum digali di hutan dengan banyak ranjau darat di Pegunungan Dângrêk, sekitar 6 km di utara Anlong Veng, tempat 3.000 orang diduga dibunuh oleh Khmer Merah karena "korupsi" antara tahun 1993 dan 1997. Eksekusi ini dilakukan selama kepemimpinan Ta Mok.[12]
Penebangan liar pohon phayung ('sonokeling siam') merajalela di Pegunungan Dângrêk.[4] Meskipun secara resmi merupakan pohon yang dilindungi, kayu pohon yang ditebang di sisi Kamboja biasanya diselundupkan ke Thailand dalam jumlah ratusan.[13] Di Thailand dan Tiongkok, kayu ini dihargai tinggi dalam industri furnitur.[14]
Sengketa Candi Preah Vihear
Pada tahun 1959, militer Thailand menduduki candi Khmer kuno Preah Vihear dari Kamboja. Pada tahun 1962, Kamboja memperoleh pengakuan kedaulatan dari Mahkamah Internasional atas situs candi ini.
Pada pertengahan tahun 2011, tiga distrik di Provinsi Surin di Pegunungan Dângrêk dinyatakan sebagai "zona bencana" setelah bentrokan di perbatasan antara militer Thailand dan Kamboja. Daerah yang dinyatakan sebagai zona bencana mencakup total 142 desa.[15] Setelah deklarasi resmi ini, sekitar 6.000 warga sipil dievakuasi dari desa-desa di daerah tersebut.[16][17]
Referensi
- ^ Roadway Thailand Atlas, Groovy Map Co., Ltd. © 4/2010
- ^ Chong Bok
- ^ "Phanom Dong Rak". Diarsipkan dari asli tanggal 2012-04-26. Diakses tanggal 2011-12-17. "Phanom Dong Rak Sub". Diarsipkan dari asli tanggal 2012-04-26.
- ^ a b DSI claims illegal logging rampant - Bangkok Post
- ^ Community Forestry International - Oddar Meancheay
- ^ Bernard Pjilippe Groslier, Prospection des Sites Khmers du Siam, Paris, 1980
- ^ Higham, C., 2001, The Civilization of Angkor, London: Weidenfeld & Nicolson, ISBN 9781842125847
- ^ Svasti, Pichaya (22 Mei 2008). "A fine line; The sovereignty dispute over sacred site Preah Vihear continues". SEAArch - Southeast Asian Archaeology. Bangkok Post.
- ^ Fenton, James (25 April 1975). "The bitter end in Cambodia". The New Statesman. Diarsipkan dari asli tanggal 20 Juni 2019. "The bitter end in Cambodia". Diarsipkan dari versi asli pada 20 Juni 2019. Pemeliharaan CS1: BOT: status url asli tidak diketahui (link)
- ^ The Mental Health Conditions of Cambodian Refugee Children and Adolescents
- ^ Ray, Nick (2002). Cambodia. Lonely Planet. ISBN 9781740591119.
- ^ Kelvin Rowley, Second Life, Second Death: The Khmer Rouge After 1978 Diarsipkan 2016-02-16 di Wayback Machine.
- ^ Cambodians caught for phayung smuggling - Bangkok Post
- ^ Illegal Cambodian loggers add to tensions
- ^ Bangkok Post - 3 Surin border districts 'disaster zones'
- ^ Relief Web - Over 6,000 people in Surin evacuated after border clashes
- ^ Bangkok Post - Evacuation images
Pranala luar
