Pembukaan Makkah
Pembukaan Makkah | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Muslim-Quraisy | |||||||
![]() Muhammad bergerak ke kota Mekkah dalam Siyer-i Nebi. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kaum Muslim | Kaum Quraisy | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Muhammad Khalid bin Walid[1] Zubair bin Awwam | Abu Sufyan | ||||||
Kekuatan | |||||||
10.000 | tidak diketahui | ||||||
Korban | |||||||
2[2] (Kurz bin Jabir Al-Fihri dan Khunais bin Khalid bin Ra'biah) | 13[3] |
Pembukaan Makkah (bahasa Arab: فتح مكة, translit. Fatḥu Makkah, har. 'Pembebasan Makkah') atau Penaklukkan Mekah, merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 20 Ramadan 8 H, di mana nabi Islam Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan setelah pasukan Islam memenangkan perang Mu’tah[4] sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah.
Penyebab
Pada tahun 628 M, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian Hudaybiyah.[5] Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu Muslim. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani Bakr, padahal berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut di mana Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari mereka telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy. Utusan Bani Bakr datang meminta bantuan Muhammad di Madinah.[6]
Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi nabi Muhammad menolak, ia melobi Abu Bakar, Umar dan Ali, namun semua menolak membantu, Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong.[5]
Nabi Muhammad sangat merahasiakan rencana penaklukkan Mekah, tidak semua sahabat dan keluarganya mengetahui rencananya. Bahkan intelijen Nabi melakukan patroli di pinggir kota Madinah untuk mencegah adanya informasi yang sampai ke Mekah. Seperti yang dilakukan Hatib bin Abi Balta'ah yang mengirimkan surat rahasia melalui budaknya untuk memberitahukan keluarganya di Mekah agar mengungsi, namun dicegat oleh Ali dan Zubair atas perintah Muhammad.[5][6]
Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim lalu pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai. Mereka terdiri dari bani Ghifari ernpat rafus orang, bani Aslam empat ratus orang, Muzainah seribu tiga orang, bani Sulaim tujuh ratus orang, dan Juhainah seribu empat ratus orang. Sisanya campuan dari suku Quraisy, kaum Anshar, dan sekutu mereka, serta kabilah Arab lainnya, seperti bani Tamim, Qais, dan Asad.[6]
Abu Sufyan bin Harits mencegat kedatangan Nabi di pinggiran kota Mekah, Marr Azh-Zhahran, dan setelah dibantu Ummu Salamah, menyatakan masuk Islam[6]. Selanjutnya datang pula Abu Sufyan bin Harb bersama Hakim bin Hizam yang juga menyatakan keislamannya. Pada saat itu, orang-orang Quraisy belum mengetahui apakah pasukan Muhammad menyerang Mekah atau Tha'if. Kemudian Nabi berkata, "Barangsiapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka keamanan dirinya terjamin. Siapa yang memasuki Masjidil Haram, maka keamanan dirinya terjamin."[5] Saat Abu Sufyan dan Hakim kembali ke Mekah, Muhammad mengutus Zubair mengikuti dari belakang dan menancapkan panji di puncak tertinggi di daratan Mekah.
Nabi Muhammad bermurah hati kepada pihak Mekkah, dengan memaafkan semua musuh-musuhnya namun tetap memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar dan di dalam Ka'bah.[7] Dan terdapat 9 orang yang diperintahkan Muhammad untuk dihukum mati karena permusuhan dan kebenciannya yang kuat pada Nabi yaitu Abdul Uzza bin Khathal, Abdullah bin Abu Sarh, Ikrimah bin Abu Jahl, Al-Harits bin Nufail bin Wahb, Miqyas bin Shubabah, Habbar bin Al-Aswad, dua biduanita milik Ibnu Khathal yang isi nyanyiannya selalu mencaci maki diri beliau dan Sarah, budak sebagian Bani Abdul Muthalib yang membawa surat Hathib bin Abu Balta'ah.[5] Adapun Abdullah bin Abu Sarh dimaafkan setelah mendapat jaminan Utsman lalu masuk Islam, sementara Ikrimah melarikan diri ke Yaman lalu dimaafkan dan masuk Islam, dan Sarah juga ikut masuk Islam.
Pemimpin pasukan
Tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad, dalam keadaan berpuasa, beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.[6]
Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad tidak melanjutkan puasanya, lalu membagi pasukannya, yang terdiri dari tiga bagian, masing-masing adalah:
- Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,
- Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
- Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekkah. Menurut pendapat lain, empat bagian pasukan, bagian yang keempat dipimpin oleh
- Sa'ad bin 'Ubadah memimpin orang madinah supaya memasuki Mekkah dari arah sebelah barat.[8]

Terdapat insiden kecil dari arah masuknya Khalid bin Walid di daerah Khandamah, dimana beberapa pasukan kecil Mekkah melakukan perlawanan sehingga menewaskan 12 orang dari mereka sementara sisanya melarikan ke arah Yaman termasuk Ikrimah bin Abu Jahal yang baru masuk Islam setahun kemudian.[5] Hammas bin Qais dari pasukan Quraisy juga melarikan diri sembunyi ke dalam rumahnya lalu bersyair di depan istrinya :
''Andaikan kau tahu saat tiba di Khandamah
saat Shafwan angkat kaki begitu juga lkrimah
pedang orang-orang Mukmin teracung ke arah kita
membabat setiap batang leher dan kepala
tiada terdengar kecuali suara para pahlawan
Mereka mengaum seperti singa dalam barisan."[5]
Sementara dari arah Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah sambil membacakan al-Quran Surat Saba ayat 49,"Dan katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." Kunci Ka'bah diserahkan kepada Utsman bin Talhah lalu Bilal kemudian adzan di atas Ka'bah. Dan selesailah Pembukaan Makkah.[5]
Muhammad di Makkah selama 19 hari dengan terus mengqashar solatnya (mempersingkat solat)[6]. Selama itu ia memperbarui simbol-simbol Islam dan menyampaikan petunjuk kepada orang-orang. Selama itu pula ia memerintahkan Abu Usaid Al-Khuza'i untuk memperbarui beberapa bagian di tanah suci. Setelah melancarkan Pertempuran Hunain, Muhammad kembali tinggal di Madinah hingga wafatnya.[5]
Lihat pula
- Sejarah Islam
- Kematian Muhammad
- Saqifah Bani Sa'idah
- Kekhalifahan Rasyidin
- Perang Riddah
- Penaklukan Muslim awal
Referensi
- ^ "صحيح مسلم/كتاب الجهاد والسير - ويكي مصدر". Diarsipkan dari asli tanggal 2020-10-25. Diakses tanggal 2021-05-17.
- ^ Akram, Agha Ibrahim (10 August 2007). Khalid Bin Al-waleed: Sword of Allah: A Biographical Study of One of the Greatest Military Generals in History. Maktabah Publications. hlm. 57. ISBN 978-0954866525.
- ^ Akram 2007, p. 61.
- ^ Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala Vol.3. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-270-8
- ^ a b c d e f g h i Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ a b c d e f Tabhari, Imam (2012). Terjemah Tarikh ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-8439-68-8
- ^ http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Bebas3.html
- ^ Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph. D, Sejarah Hidup Muhammad (terjemah oleh Ali Audah dari Hayatu Muhammad), Penerbit Tintamas, Jakarta, 1984, Cet. ke-9, hal. 508.)
- ^ al-'Ilm, Dar (2011). Atlas Sejarah Islam. Jakarta: Kaysa Media. ISBN 978-979-1479-57-8