Raja Putih
Rajah Sarawak | |
---|---|
Bekas Kerajaan | |
![]() | |
Lambang Royal | |
![]() | |
Charles Vyner Brooke | |
Penguasa pertama | James Brooke |
Penguasa terakhir | Charles Vyner Brooke |
Gelar | Yang Mulia |
Kediaman resmi | Astana |
Pendirian | 1841 |
Pembubaran | 1946 |
Penuntut takhta | James Brooke |
Raja Putih ialah sebuah dinasti pemerintahan sebuah keluarga kulit putih di Sarawak yaitu keluarga Brooke. Raja Putih juga dikenal sebagai Rajah Sarawak atau Rajah Putih. Penggunaan kata Rajah bertujuan untuk membedakan gelar keluarga kerajaan dengan keluarga Brooke. James Brooke yang berketurunan Britania Raya diberikan Provinsi Kuching – yang dikenal sebagai Sarawak Asal – oleh Kesultanan Brunei setelah membantu pasukan Kesultanan menumpas pembajakan laut dan pemberontakan suku asli pada 1841 dan menerima status negara berdaulat.
Setelah Perang Dunia II, Raja Putih Sarawak yang terakhir menyerahkan Sarawak kepada kerajaan Britania. Gelar Raja Putih diperoleh karena keluarga Brooke merupakan orang berkulit putih.
Dinasti Brooke (Rajah Putih):
Nama |
Jangka hidup |
Awal memerintah |
Akhir memerintah |
Keterangan |
Keluarga |
Gambar |
Sir James Brooke
|
29 April 1803 – 11 Juni 1868 (umur 65) | 18 Agustus 1842 | 11 Juni 1868 | Brooke | ![]() |
|
Charles Anthony Johnson Broke
|
3 Juni 1829 – 17 Mei 1917 (umur 87) | 3 Agustus 1868 | 17 Mei 1917 | Keponakan dari James Brooke | Brooke | ![]() |
Charles Vyner de Windt Brooke
|
26 September 1874 – 9 Mei 1963 (umur 88) | 24 Mei 1917 | 1 Juli 1946 (Sarawak menjadi Koloni mahkota) |
Anak dari Charles Johnson Brooke | Brooke | ![]() |
Penyerahan kepada Britania Raya
Setelah Perang Dunia II, dimana Sarawak beserta keseluruhan Pulau Kalimantan dikuasai oleh Kekaisaran Jepang, Raja Charles Vyner Brooke menyerahkan kekuasaan Serawak kepada Kantor Kolonial. Keponakan dan ahli waris resminya Anthony Brooke awalnya menolak keputusan pamannya, dan juga anggota pribumi di Dewan Undangan Negeri Sarawak.
Karena ia melawan penyerahan, Anthony Brooke dijadikan tersangka setelah Gubernur Serawak kedua Duncan Stewart dibunuh oleh dua orang yang dipercayai berasal dari kelompok yang menginginkan monarki di Sarawak.[1] Namun secara realitas, mereka berasal dari kelompok politik yang beraspirasi agar Sarawak bergabung dengan Indonesia yang baru merdeka.[1] Anthony Brooke tidak pernah digugat. Dokumen yang dipublikasikan pada akhir abad ke-20 menyatakan bahwa pemerintah Britania Raya tahu bahwa Anthony Brooke tidak bersalah, tetapi memilih untuk berbohong mengenai kebenaran kejadian tersebut agar tidak menyakiti perasaan Indonesia. Indonesia baru saja menang dalam perang kemerdekaan melawan Belanda sementara Britania Raya sedang mengatasi Kedaruratan Malaya di barat laut.[1][2] Sejak terjadinya kedua peristiwa tersebut, tidak ada inisiatif serius untuk mengembalikan sistem monarki di Sarawak, walaupun ada surat wasiat dari Sir James Brooke bahwa siapapun dari keluarga Brooke boleh mewarisi taktha raja.
Keluarga Brooke masih memiliki hubungan dekat dengan rakyat Sarawak dan diwakili oleh Brooke Trust dan cucu Anthony Brooke, Jason Brooke di kebanyakan fungsi negara dan mendukung proyek warisan budaya.
Referensi
- ^ a b c Mike Thomson (14 March 2012). "The stabbed governor of Sarawak". bbc.co.uk. BBC News. Diakses tanggal 2016-11-04.
- ^ Mike Thomson (12 March 2012). "Radio 4's investigative history - The stabbed governor of Sarawak". bbc.co.uk. BBC News. Diakses tanggal 2016-11-04.