Septi Peni Wulandani

Septi Peni Wulandani (lahir 21 September 1974) adalah seorang aktivis sosial kelahiran Salatiga.[1] Ia menjadi salah satudari dua pemimpin komunitas yang mewakili Indonesia dalam program Facebook Community Leadership di Silicon Valley, Amerika Serikat. Bersama Maureen Hitipeuw dari Single Moms Indonesia, ia membawa Ibu Profesional (IP) bersaing di antara 6000 komunitas di dunia dalam kategori fellowship.[2] Ibu Profesional sendiri memiliki visi untuk menjadikan rumah sebagai student center bagi ibu maupun anak.[3]
Perempuan lulusan SMAN 1 Salatiga ini melanjutkan kuliah di Universitas Diponegoro. Setelah lulus, ia menerima SK sebagai PNS, tetapi tidak bertahan lama. Setelah menikah dengan Dodik Mariyanto, teman SMA sekaligus lulusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), ia melepas SK-nya dan tinggal di Depok, Jawa Barat. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai tiga orang anak, Nurul Syahid Kusuma (Enes) yang mampu membaca tulisan latin serta hijaiyyah di usia 2 tahun. Anak kedua Dyah Sekar Arum biasa dipanggil Ara. Kemudian si bungsu Elan Jihad Kusuma. Ketiga anak itu menempuh pendidikan Homeschooling saat SD. Kemudian memasuki SMP dan masuk di SMA Negeri 1 Salatiga.
Perjuangan awal
Semasa tinggal di Kota Depok, ia pernah berjualan pakaian di arisan, bazar hingga membuka lapak di depan sekolah. Untuk tempat yang lebih jauh, ia mengendarai motor bebek tua. Di tengah kesibukannya, ia juga mengajar sang anak dan mengotak-atik pelajaran yang disukainya (Matematika) agar mudah mengajarkan ke mereka. Setelah melakukan percobaan selama berbulan-bulan, Jarimatika lahir. Ketika Jarimatika mulai meluas dan dikenal masyarakat, Septi memutuskan menetap di Salatiga untuk mengurus mertua yang sakit.
Mendirikan sekolah
School of Life Lebah Putih khusus untuk tingkat SD danberoperasi sejak tahun 2012. Letaknya dari pusat Kota Salatiga sekitar 20 menit. Dapat ditempuh dengan sepeda motor atau mobil. Untuk kendaraan yang berukuran lebih besar seperti bus harus diparkir di tepi jalan karena area pakir terbatas.[4] Sekolah ini menitik beratkan pada kemampuan anak, jadi murid sendiri yang menentukan target belajarnya. Tugas guru sebagai pendamping dan membantu mencapai target mereka. Uniknya, di setiap kelas ada anak berkebutuhan khusus (ABK) tanpa guru pendamping maksimal dua anak.
Sekolah yang mengusung arti dekat dengan alam ini berorientasi pada sekolah formal, tetapi di saat bersamaan bisa rasa non-formal dan menguatkan informal. Artinya, sekolah menerapkan pembelajaran bersama orang tua dengan tetap mengikuti kurikulum dari dinas pendidikan. Selain dapat memberikan ruang seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan potensi yang ada, orang tua tetap berperan dalam mendidik anak full dari rumah.
Ibu Profesional
Gagasan mengenai Ibu Profesional (IP) muncul sejak 2008. Kriteria umumnya adalah perempuan itu bersungguh-sungguh menjalankan peran sebagai ibu, perempuan, dan istri, mencakup ranah domestik maupun publik. Awal kegiatan IP dilakukan secara offline, berawal dari tetangga kemudian merambah ke ibu-ibu sekitar rumah dan daerah Salatiga. Setelah setahun berkegiatan offline, kegiatan dilakukan secara online pada 2012.[5]
Para ibu yang sudah menerapkan ilmu menjadi ibu profesional menuliskan pengalamannya di web. Berawal dari mulut ke mulut dan promosi anggotanya IP melebarkan sayap ke kota lain dan juga luar negeri. Hingga saat ini member IIP tersebar di 45 kota Indonesia dan beberapa negara lainnya. Di antaranya, Singapura, Malaysia, dan Korea. Ada pula kumpulan ibu-ibu di Mesir, Arab Saudi, Dubai, dan beberapa negara di Eropa.
Untuk memudahkan koordinasi, di setiap wilayah ada kepala koordinasi yang menaungi kinerja IP di wilayahnya. Kemudian untuk mengorganisir jenjang pengetahuan anggotanya, ada sistem rekrutmen dan juga kelas yang harus diikuti. Di antaranya Matrikulasi, Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan Bunda Solihah. Pun untuk menyalurkan bakat ada Kampung Komunitas. Berpegang pada prinsip mengambil inisiatif, IP menekankan anggota untuk bepegang dari dan untuk anggota. jadi, mereka yang sudah lulus matrikulasi akan menjadi fasilitator bagi rekan-rekannya.
Septi menekankan bahwa komunitas yang ia dirikan berupaya mengubah pola pikir mengenai aktivitas sehari-hari di rumah, agar dapat dijalankan dengan prinsip profesionalisme layaknya pekerjaan di dunia kerja. Menurutnya, keberhasilan seorang ibu tidak hanya diukur dari pemahaman teori, tetapi juga dari penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran di komunitas ini, anggota tidak hanya menerima teori, tetapi juga ditantang untuk mengaplikasikannya secara langsung. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih konsistensi dan komitmen para ibu dalam menjalankan peran mereka. Septi meyakini bahwa melalui praktik langsung, setiap anggota akan menghadapi berbagai tantangan yang menguji ketahanan dan kemampuan mereka dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. "Dari situlah ibu-ibu akan teruji dengan sendirinya," ujarnya.[6]
Seiring waktu, komunitas yang didirikan oleh Septi mengalami perkembangan yang pesat. Awalnya berpusat di Salatiga, komunitas Ibu Profesional kini telah meluas ke lebih dari 50 kota di seluruh Indonesia. Tidak hanya berkembang di dalam negeri, komunitas ini juga berhasil merambah ke berbagai negara, termasuk Singapura, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Swedia (Stockholm), hingga Amerika Serikat. Dengan ekspansi yang signifikan ini, jumlah anggota komunitas telah mencapai lebih dari 21 ribu orang, mencerminkan semakin besarnya antusiasme dan dampak yang dihasilkan dalam pemberdayaan perempuan dan pendidikan keluarga.
Penghargaan
Septi telah menerima berbagai penghargaan bergengsi sebagai pengakuan atas dedikasi dan inovasinya di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, serta kewirausahaan sosial. Pada tahun 2004, ia dianugerahi Ibu Teladan oleh Majalah UMMI atas perannya dalam membangun nilai-nilai keluarga dan pendidikan berbasis keluarga. Dua tahun kemudian, pada 2006, ia meraih Danamon Award dalam kategori individu pemberdaya masyarakat, menegaskan komitmennya dalam mendorong perubahan sosial yang positif. Pada tahun yang sama, ia juga terpilih sebagai salah satu dari 10 Pemuda yang Mengubah Indonesia oleh Majalah Tempo, mencerminkan dampak signifikan dari kiprahnya di berbagai bidang.
Pada 2007, ia menerima Women Entrepreneur Award dari Ashoka Foundation USA, sebagai apresiasi atas kontribusinya dalam kewirausahaan sosial dan inovasi pendidikan. Kontribusinya di dunia pendidikan juga mendapatkan pengakuan luas. Pada tahun 2008, ia menerima penghargaan sebagai Tokoh Pendidikan Kesetaraan dari ASAHPENA serta dinobatkan sebagai Ikon IPTEK 2008 oleh Majalah Gatra. Pada tahun yang sama, dan berlanjut hingga 2009, ia dianugerahi Inspiring Women Award, menegaskan perannya sebagai figur inspiratif bagi perempuan di Indonesia. Pada 2009, ia juga menerima Kartini Award dari Majalah Kartini atas kontribusinya dalam memberdayakan perempuan dan masyarakat.
Sebagai inovator di bidang pendidikan, ia merupakan pemegang hak merek dan hak paten atas berbagai metode pembelajaran inovatif, termasuk Jarimatika, Abacabaca, JariQur’an, Nirmana, dan Fun Math, yang telah digunakan secara luas dalam pendidikan anak-anak dan literasi numerasi.
Penghargaan lebih lanjut datang pada tahun 2013 ketika ia menerima Kartini Next Generation Award dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo RI), yang mengapresiasi kontribusinya dalam pendidikan berbasis teknologi dan komunitas digital. Pada tahun 2018, ia kembali mendapat pengakuan internasional dengan terpilih sebagai salah satu penerima Facebook Community Leadership Award,[7] sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinannya dalam membangun komunitas Ibu Profesional untuk mendorong perubahan sosial dan pendidikan.[8]
Karya
Sejak memperjuangkan hak paten karyanya, Septi Peni Wulandani memperluas jaringan dengan menulis buku, dimulai dari Jarimatika Perkalian Pembagian (Kawan Pustaka 2003). Berlanjut ke Jarimatika Penambahan Pengurangan (Kawan Pustaka 2004). Sempat terhenti karena kegiatan komunitas, ia menulis lagi tentang Abaca-baca (Kawan Pustaka 2008) dan Jari Qur'an tingkat Dasar tahun 2010 (Kawan pustaka). Yang kemudian disempurnakan dengan Jari Qur'an Versi Lengkap (Indiva 2014). Sebagai penunjang pemberdayaan perempuan ada ebook How to be a Professional Mother.
Referensi
- ^ "Septi Peni Wulandani, Menjadi Ibu Profesional". Republika Online. 2015-03-13. Diakses tanggal 2025-03-25.
- ^ "Dua Pemimpin Komunitas Indonesia Terima 50.000 Dollar AS". kompas.id. 2018-09-25. Diakses tanggal 2021-10-16.
- ^ Magazine, Farah. "Indahnya Kebahagiaan dalam Ketaatan". farahmagazine.id (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2021-10-16.
- ^ azkail. "Sekolah Lebah Putih Salatiga ini unik, hangat & menyenangkan". azkail.com. Diakses tanggal 2021-10-25.
- ^ Handayani, Maulida Sri. "Memilih di Rumah, Menjadi Ibu "Profesional"". tirto.id. Diakses tanggal 2021-10-25.
- ^ Primastika, Widia (2018-12-22). "Memilih di Rumah, Menjadi Ibu "Profesional"". tirto.id. Diakses tanggal 2025-03-25.
- ^ "Facebook Beri Fellowship untuk 2 Perempuan Pemimpin Komunitas". Tempo. 2018-09-26. Diakses tanggal 2025-03-25.
- ^ Pratiwi, Ayu (2018-09-25). "Dua Pemimpin Komunitas Indonesia Terima 50.000 Dollar AS". kompas.id. Diakses tanggal 2025-03-25.