More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Suku Kombai - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suku Kombai - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Kombai

  • مصرى
  • Deutsch
  • English
  • Esperanto
  • فارسی
  • Polski
  • Русский
  • Svenska
  • ไทย
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Lihat sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Lihat sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kombai
Khoba
Jumlah populasi
5.650[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Papua Selatan)
Bahasa
Kombai (Khobaye-lu), Indonesia
Kelompok etnik terkait
Wanggom, Korowai

Suku Kombai (Kombay) atau Khoba adalah salah satu kelompok etnis di Indonesia yang umumnya mendiami Citak Mitak, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua Selatan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Boven Digoel. Suku ini disebut sebagai suku terakhir dari zaman batu yang masih ada di dunia. Kendati demikian, suku ini terhubung dengan dunia luar. Salah satu buktinya adalah terdapat pemukiman baru di Yaniruma, tepi Sungai Becking, Mu, dan Basma. Sebagian besar dari mereka juga tinggal di Mabul, tepi Sungai Pulau dan Khaiflambolup.[2]

Etimologi

Nama kombai berasal dari kata khoba yang artinya 'orang'. Sedangkan bahasa Kombai disebut khobaye-lu artinya 'bahasa orang'.[3]

Bahasa

Bahasa Kombai dibagi menjadi tiga dialek. Kombai Kali atau Tayan (Tajan) yang dituturkan di Kampung Basman, Yafufla, Tarua, Wakuma, dan Merokima. Bahasa Kombai tengah di Kampung Wanggemalo hingga Kampung Kouh. Lalu bahasa Wanggom di Kampung Kawagit.[3]

Kebudayaan

Terdapat pembagian tugas antara kaum laki-laki dan perempuan pada suku ini. Kaum pria bertugas menebang pohon dan pergi ke hutan untuk berburu, mulai dari kus-kus, babi hutan hingga burung kasuari. Sementara itu kaum wanita dari suku ini bertugas mengasuh anak dan mencari sagu.[2]

Busana

Pakaian adat lelaki suku Kombai berupa koteka yang disebut umo yang dibuat dari paruh burung riambo (Taong-taong) dan kulit labu. Sedangkan perempuan suku Kombai menggunakan fiyo (rok rumbai) dan pakaian dalam atau bra yang disebut ranggali dari kulit kayu melinjo yang dirajut.[4]

Perhiasan kepala berupa mahkota yang terdiri dari beberapa jenis. Untuk laki laki disebut fi rafhuo dari kulit kuskus pohon, kerang kuwuk, manik manik, diikat pada atas alis. Jenis kedua adalah mimina terbuat dari rotan, pucuk daun sagu, dan manik manik rumput wame yang dipakai seperti topi. Untuk perempuan mahkota disebut amyamoho dibuat dari manik manik rumput yang diikat pada atas alis, atau yang dibuat dari pucuk daun sagu yang dianyam dan diikat pada atas kepala.[4]

Perhiasan lainnya berupa hiasan hidung yami dibuat dari batu atau kulit kerang dipotong pada ukuran sedang dan diikat ditengah-tengah lubang hidung. Ikatan pada lengan disebut rafe atau untuk kaki disebut dofi dibuat dari kulit kayu pohon nibung yang dianyam. Kalung (wuhu untuk laki-laki dan aerali untuk perempuan) dari gigi babi (aimba) yang dibuat dari tali pintalan kulit melinjo (li). Kemudian perhiasan dada (ranggaleho) yang dibuat dari gigi anjing (manggi) yang biasanya disilangkan pada badan.[4]

Rumah adat

Guoro

Guoro atau rumah tinggi adalah salah satu dari beberapa jenis rumah yang dibangun suku Kombai diatas wilayah klannya. Rumah ini berfungsi sebagai rumah tinggal sehari hari untuk satu keluarga inti. Berbentuk seperti rumah panggung dan dibangun dengan ketinggian 3-15 meter. Usianya rata-rata 3-5 tahun setelah itu harus dibangun kembali.[5]

Struktur penopangnya utama adalah sebuah pohon yang menjadi kolom sentral. Biasanya pohon tersebut adalah pohon beringin atau pohon kayu besi. Batang kemudian akan dipotong pada ketinggian tertentu sesuai kebutuhan. Kemudian para-para dan tangga dibuat sebagai perancah sementara dibuat dari batang kayu buah-buahan atau bambu, sedanhkan tangga dibuat dari aebuah batang kayu yang ditakuk. Untuk mengikat antara batang digunakan tali rotan atau tali dari sebuah tanaman yang disebut tali mangkuk/merah. Dinamakan demikian karena saat tali tersebut saat basah warnanya putih gading tetapi saat kering akan berubah warna menjadi merah. Menggunakan para-para kemudian balok-balok diikat pada kolom sentral dan kolom-kolom ditambahkan. Jumlah kolom dan balok menyesuaikan besar rumah yang akan dibangun.[5]

Untuk membangun atap dibuatkan kuda kuda yang disatukan dengan kolom kolom tambahan. Kemudian dipasangkan kaso, setelah itu bilah-bilah kayu reng. Material atap yang paling umum adalah daun-daun sagu yang disisipkan pada bilah kayu reng tersebut. Metode lain membuat atap adalah membuat modul-modul daun sagu yang dianyam yang kemudian dipasang pada rangka atap.[5]

Untuk membangun lantai terdapat dua jenis material umum, kulit kayu atau lembaran batang kayu nibung. Pembuatan lantai dari kulit kayu lebih mudah karena hanya ditumbuk hingga lemas dan kemudian dihamparkan diatas balok penyangga. Sedangkan lantai dari kayu nibung lebih lama prosesnya karena perlu ditebang, lalu dibelah, dan ditumbuh hingga rata, dan diikatkan pada balok struktur. Kelebihannya adalah lantai dari nibung tersebut lebih tahan lama.[5]

Untik membangun dinding, pertama tama struktur dinding tersebut dibangun dengan potongan kayu buah yang dipasang vertikal. Ujungnya diikatkan pada kaso atap (atelil) dan balok lantai (dil). Penutup dinding kemudian dibuat dari pelepah sagu yang lebih mudah didapat atau dari kulit kayu damar hutan. Kemudian material penutup tersebut diselipkan silang pada struktur dinding.[5]

Rumah lainnya

Beberapa rumah lainnya juga dibangun oleh suku Kombai di dalam wilayah klan. Semua rumah tersebut berbentuk sama seperti rumah panggung, tetapi memiliki fungsi dan tinggi berbeda.[5]

Rumah bivak adalah rumah tinggal sementara yang disebut ibena yang dibuat pada ketinggian 1 meter. Fungsinya bermacam-macam seperti untuk wanita menstruasi dan melahirkan, membuka ladang baru, atau pesta ulat sagu.[5]

Rumah pohon yang disebut walina dibuat pada ketinggian 15 meter lebih untuk para lelaki bersembunyi setelah melarikan perempuan marga lain, untuk menghindari pertikaian marga.[5]

Dokumenter

Petualang Inggris dan presenter TV Bruce Parry tinggal bersama Kombai di musim 1, episode 3 serial dokumenternya, Tribe (2005).[6]

Serial televisi di The Discovery Channel berjudul "Living with the Kombai" di AS, dan di National Geographic Channel dan Discovery Channel, bernama "The Lost Tribes of the World" di Inggris Raya, ditayangkan pada Januari 2007. Dalam serial tersebut, dua pria melakukan perjalanan ke Papua dan menghabiskan beberapa bulan tinggal bersama keluarga besar Kombai. Petualangan mereka termasuk berburu kadal besar dan babi hutan, dan memancing dengan membangun bendungan yang belum sempurna di sungai. Mereka juga membantu menebang pohon besar dengan kapak batu, membuat sagu dari pohon sagu, dan menggunakan ijuknya untuk membangun rumah pohon hampir 80 kaki dari tanah.

Kombai juga ditampilkan di musim 2007 dari serial Mark & Olly: Living with the Tribes.

Orang-orang Kombai juga muncul dalam Going to Extremes seri 2: 'Surviving Extremes' (2003) di episode Swamp. Pembawa acara Nick Middleton tetap bersama suku tersebut dan memanjat rumah pohon.

Acara TV Finlandia Madventures telah membuat episode yang melibatkan suku Kombai dan Korowai di Papua Barat pada season 2 episode 6.

Lihat pula

  • Suku Korowai

Referensi

  1. ^ "Kombai in Indonesia". Joshua Project. Diakses tanggal 2014-09-18.
  2. ^ a b Bariarcianur, Fino; Yunus, Ahmad (2011). Papua Jejak Langkah Penuh Kesan. Indomultimedia. hlm. 46–47. ISBN 978-979-95185-9-0.
  3. ^ a b Vries, Lourens de (1993). Forms and functions in Kombai, an Awyu language of Irian Jaya. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, The Australian National University. ISSN 0078-754X. Diakses tanggal 2025-05-31.
  4. ^ a b c "Mengenal Perhiasan Baju Adat Papua dari Suku Kombai". kumparan. 2021-11-30. Diakses tanggal 2025-05-31.
  5. ^ a b c d e f g h Rumah Kombay Rumah Koroway: dari Tajuk Pohon di Dusun Turun ke Kampung. Makassar: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. ISBN 9786025489112.
  6. ^ Tribe (Documentary), BBC Wales, British Broadcasting Corporation (BBC), 2005-01-03, diakses tanggal 2022-12-10
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Kombai&oldid=27339628"
Kategori:
  • Suku bangsa di Papua Selatan
  • Kelompok etnik di Indonesia
  • Papua
Kategori tersembunyi:
  • "Related ethnic groups" needing confirmation

Best Rank
More Recommended Articles