Zaqiatuddin dari Aceh
Zaqiatuddin Inayat Syah زاكية الدين عناية شاه | |
---|---|
Sultanah | |
Sultanah Aceh | |
Berkuasa | 23 Januari 1678 – 3 Oktober 1688 |
Pendahulu | Nurul Alam Naqiatuddin |
Penerus | Zainatuddin Kamalat Syah |
Kelahiran | Puteri Raja Setia Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh |
Kematian | 3 Oktober 1688 Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh |
Ayah | Sultan Muhammad Syah |
Ibu | Nurul Alam Naqiatuddin |
Agama | Islam Sunni |
Sultanah Zaqiatuddin Inayat Syah menggantikan sultanah sebelumnya yang meninggal yaitu Sultanah Naqiatuddin Syah pada tahun 1678.[1]
Menurut orang Inggris yang mengunjunginya tahun 1684, usianya ketika itu sekitar 40 tahun. Ia digambarkan sebagai orang bertubuh tegap dan suaranya lantang. Inggris yang hendak membangun sebuah benteng pertahanan guna melindungi kepentingan dagangnya ditolak Ratu dengan mengatakan, Inggris boleh berdagang, tetapi tidak dizinkan mempunyai benteng sendiri.[1]
Tamu lainnya adalah kedatangan utusan dari Mekkah. Tamu tersebut bernama Syarif Yusuf Al-Qudsi yang diutus oleh Raja Syarif Barakat IV yang datang tahun 1683. Ratu meninggal 3 Oktober 1688, lalu ia digantikan oleh Sultanah Zainatuddin Kamalat Syah.[1]
Menurut riwayat, Zaqiatuddin pernah memintahkan kepada Teungku Syiah Kuala untuk menerjemahkan Hadits Arba'in karya Imam Nawawi.[2]
Referensi
- ^ a b c Perempuan-perempuan Aceh Tempo Dulu yang Perkasa. Kabari, 19 Maret 2008.
- ^ Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Penerbit Kencana, Jakarta. Cetakan I, 1998.
Didahului oleh: Sultanah Naqiatuddin |
Sultanah Aceh 1678—1688 |
Diteruskan oleh: Sultanah Zainatuddin |