Zainatuddin dari Aceh
![]() |
Zainatuddin Kamalat Syah زينة الدين كمالة شاه | |
---|---|
Sultanah | |
Sultanah Aceh | |
Berkuasa | 3 Oktober 1688 – Oktober 1699 |
Pendahulu | Zakiatuddin |
Penerus | Badrul Alam |
Kelahiran | Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh |
Kematian | 1700 Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh |
Pasangan | Kepala Pengawal, nama tidak diketahui |
Ayah | Raja Umar bin Sutan Muda Muhammad Muhidudin |
Agama | Islam Sunni |
Paduka Seri Baginda Sultana Zainatuddin Kamalat Syah binti al-Marhum Raja Umar (ada pula yang menyebut Ziatuddin[1]), mewarisi tahta kerajaan setelah kematian Sultanah Zaqiatuddin, pada tahun 1688.
Ada dua versi tentang asal-usulnya. Pertama ia adalah putri dari Raja Umar bin Sutan Muda Muhammad Muhidudin sekaligus adik angkat dari Sultanah Zaqiatuddin Inayat Syah. Yang kedua ia adalah anak angkat Ratu Sultanah Safiatuddin Syah. Yang jelas, Ratu Zakiatuddin Syah berasal dari keluarga-keluarga Sultan Aceh juga.[2]
Pada masa Kamalat Syah bertahta, para pembesar kerajaan terpecah dalam dua pendirian. Orang kaya bersatu dengan golongan agama menginginkan kaum pria kembali menjadi Sultan. Kelompok yang tetap menginginkan wanita menjadi raja, adalah Panglima Sagi. Ia turun tahta pada bulan Oktober 1699. Pada masa pemerintahannya, ia mendapatkan kunjungan dari Persatuan Dagang Prancis dan serikat dagang Inggris, East Indian Company.[2]
Referensi
Sumber
Didahului oleh: Sultanah Zaqiatuddin |
Sultanah Aceh 1688—1699 |
Diteruskan oleh: Sultan Badrul Alam |