Al-Huwaini

Al-Huwaini
Al-Huwaini pada tahun 2020
Informasi pribadi
Lahir	Hijazi Muhammad Yousuf Sharif (1956-06-10)10 Juni 1956 Hewen, Provinsi Kafr As-Syekh, Mesir
Meninggal	17 Maret 2025(2025-03-17) (umur 68) Doha, Qatar
Agama	Islam
Wilayah	Mesir
Mazhab	Syafi'i[1]
Kredo	Atsari
Pemimpin Muslim
Dipengaruhi oleh Muhammad Nasiruddin al-Albani

Hijazi Muhammad Yusuf Sharif atau lebih dikenal Abu Ishak Al-Huwaini (bahasa Arab: أبو إسحاق الحوينى) adalah seorang ulama Sunni Mesir dan ulama hadis, serta seorang pendakwah yang berpengaruh. Ia dianggap sebagai salah satu syekh Salafi paling terkemuka di Mesir.^[2][3] Ia memiliki sejumlah buku dan penelitian, dan dipengaruhi oleh ulama hadis Muhammad Nasiruddin al-Albani^[4] yang sekaligus menjadi salah satu gurunya.^[5](hlm.2) Ia biasa menyampaikan dua kali khotbah Jumat setiap bulan di Masjid Sheikh al-Islam di kota kelahirannya.^[4]

Abu Ishak Al-Huwaini lahir pada hari Minggu, tanggal 1 Zulkaidah 1375 H, bertepatan dengan tanggal 10 Juni 1956 M, di desa Huwain di Provinsi Kafr As-Sheikh, Mesir. Desa tersebut berjarak sekitar 13 kilometer dari ibu kota provinsi tersebut, dan ia dibesarkan di sana.^[6][7]

Ia awalnya memiliki nama kun-yah Abu Al-Fadhl, sama seperti nama kun-yah dari Ibnu Hajar. Lalu ia banyak mempelajari kitab Abu Ishak Asy-Syatibi, ia pun suka akan kun-yahnya. Nama kun-yah tersebut juga adalah nama kun-yah dari Sa’ad bin Abi Waqqas.^[8]

Dia adalah orang yang menggeluti ilmu hadis dan atsar, dan mengikuti dalam akidah dan metodologinya apa yang shahih darinya dan apa yang telah diriwayatkan dari para salaf yang saleh darinya. Al-Huwaini dikenal karena hal itu. Ia biasa menuliskannya pada sampul buku-buku pertamanya, kemudian ia tinggalkan karena ingin membanggakan diri dan takut dianggap menyampaikannya sebagai ungkapan membanggakan diri atau memuji diri sendiri.^[9]

Sejak kecil, Al-Hawini sudah akrab dengan bahasa Arab dan sastranya. Ia gemar membaca kisah-kisah sastra seperti Al-Nazrat dan Al-Ibarat karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti, serta Jalan Kenangan karya Jalil Al-Bandari.^[10] Kemudian, ia beralih ke buku-buku Mustafa Sadiq Al-Rafe’i dan Mahmoud Shaker, yang sangat memengaruhinya. Ia juga membaca karya-karya Abbas Mahmoud Al-Akkad, Tawfiq Al-Hakim, Yahya Haqqi, penulis novel “Qandeel Umm Hashim,” dan lainnya.^[10]

Kemudian ia beralih ke syair, membaca syair-syair Al-Baroudi, Ahmed Shawqi, Hafez Ibrahim, Ali Al-Jarim, Mahmoud Hassan Ismail, dan lainnya. Syair Al-Baroudi sangat ia senangi, karena karya tersebutlah yang menanamkan benih syair di dalam hatinya, dan Al-Huwaini menilai bahwa dialah yang pantas menyandang gelar “Al-Mutanabbi masa ini”.^[10]

Ia melanjutkan studi ke Universitas Ain Shams, Kairo, mengambil jurusan bahasa Spanyol di Fakultas Al-Alsun.^[11] Alasan ia masuk ke Jurusan Bahasa Spanyol adalah keinginannya untuk menyamai para siswa dan mengungguli mereka. Ia selalu menjadi peringkat pertama di antara teman-teman tiap tahun,^[12] kecuali tahun terakhir ia mendapatkan peringkat 2.^[13] Karena kecerdasannya, ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Spanyol, namun kemudian memilih kembali ke Mesir dan mendalami ilmu agama.^[11]

Kemudian ia pun tertarik dengan buku-buku ilmu syar'i, dan dimulailah perjalanan sejatinya dalam mencari ilmu. Beliau berusaha keras untuk mengabdikan waktunya bagi ilmu pengetahuan, sehingga beliau belajar Al-Qur'an dari pamannya, Abdul Hayy Ziyad, dan fasih dalam bacaannya. Kemudian beliau mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada ilmu hadis dan kitab-kitab Sunnah.^[14]

Al-Huwaini pernag dua kali melakukan perjalanan ke Sheikh Muhammad Nasiruddin al-Albani, yang pertama di bulan Muharram tahun 1407 H, dan yang kedua di bulan Zulkaidah tahun 1410 H. Di dalamnya, ia mengajukan puluhan pertanyaan kepada Syekh Al-Albani tentang ilmu hadis, kritik dan autentikasi, dan topik lainnya. Disebutkan bahwa ia mengajukan hampir dua ratus pertanyaan kepada Al-Albani tentang sebab-sebab hadis saja. Ia juga mempunyai pertanyaan lain kepada Al-Albani tentang ilmu-ilmu Syariah, dan beberapa pertanyaan tentang hukum-hukum parlemen dan partai-partai kontemporer.^[14]

Al-Huwaini meninggal dunia di Doha, pada malam hari Senin, 17 Ramadan 1446 H, yang bertepatan dengan 17 Maret 2025 M, pada usia tujuh puluh tahun menurut kalender Hijriah, setelah mengalami masalah kesehatan yang mengharuskannya dipindahkan ke rumah sakit, di mana ia meninggal dunia karena kondisinya yang kritis. Putranya, Hatim Al-Huwaini, mengumumkan berita kematiannya di akun Facebook resminya dengan kata-kata yang menyentuh, dengan mengatakan:^[15]

إنا لله وإنا إليه راجعون.. مات أبي
Innalillahu wa inna ilaihi rajiun.. ayah saya telah meninggal

Al-Huwaini telah mengalami kritis pada hari-hari terakhir sebelum kematiannya, yang memerlukan tindakan ekstra dari tim medis dalam upaya untuk menyelamatkannya, tetapi kondisinya memburuk begitu cepat. Salat jenazah dilaksanakan setelah salat Ashar keesokan harinya, Selasa, di Masjid Imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab, Doha, dan dimakamkan di Pemakaman Mesaimeer.^{[16][17][18][19][20][21]}

Al-Huwaini pernah dituduh sebagai oarang yang suka mengkafirkan atau khawarij oleh beberapa kelompok, akibat pernyataanya bahwa:^[22]

"apabila seorang mati dan ia terus-menerus dalam dosa itu (riba), maka ia telah kafir tanpa diragukan lagi"

Namun hal tersebut diklarifikasi oleh Al-Huwaini 20 tahun kemudian, bahwa yang ia maksud adalah:^[23]

"apabila seorang mati dan ia terus-menerus menganggap riba itu halal, maka ia telah kafir tanpa diragukan lagi."

Iapun memohon perlindungan kepada Allah agar tehindar dari sikap takfiri dan kemaksiatan.^[23]

Cari tahu mengenai Al-Huwaini pada proyek-proyek Wikimedia lainnya:
	Definisi dan terjemahan dari Wiktionary
	Gambar dan media dari Commons
	Berita dari Wikinews
	Kutipan dari Wikiquote
	Teks sumber dari Wikisource
	Buku dari Wikibuku