More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap pasar finansial - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap pasar finansial - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dampak Pandemi COVID-19 terhadap pasar finansial

  • العربية
  • English
  • Español
  • Հայերեն
  • Tiếng Việt
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Grafik Dampak Dari Covid 19
Grafik Dampak Dari Covid 19

Dampak Pandemi COVID-19 terhadap finansial adalah dampak yang memiliki gejolak ekonomi sangat besar di seluruh negeri termasuk Indonesia dan sangat parah terhadap pasar keuangan, antara lain pasar saham, obligasi, dan komoditas (Termasuk minyak mentah, emas, dll).[1]

Peristiwa besar ini mengakibatkan perang minyak antara Rusia-Arab Saudi juga secara global, beberapa yang harus dijelaskan karena gagal mencapai kesepakatan OPEC+ mengakibatkan jatuhnya harga minyak mentah secara global juga mengancam pasar saham pada Agustus tahun 2021. Harga minyak melonjak sangat jatuh bertepatan dengan kasus covid-19 yang sangat melonjak naik. Efek terhadap pasar adalah bagian dari resesi COVID-19 salah satu dari banyaknya dampak ekonomi akibat pandemi.Dalam seminggu harga minyak di dua global tersebut merosot semakin rendah. Diketahui jika minyak WTI jatuh 8,9%, sementara minyak Brent turun 7,7% dari harga normal. Pasar juga khawatir meningkatnya virus corona varian Delta akan sangat menghambat pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan perminyakan untuk segera normal kembali. Para pelaku pasar begitu mengkhawatirkan keadaan harga minyak karena penurunan harga sangat berlebihan bagi mereka [2]

Risiko keuangan dan negara

[sunting | sunting sumber]

Ketika Virus Corona tersebar di Eropa dan Amerika Serikat yang mengakibatkan negara tersebut terisolir dari dunia (virtual) baik itu dari segi ekonomi, keuangan, peringkat kredit, bahkan pakar risiko negara telah bergegas untuk mengatur ulang tentang penilaian mereka sehingga mengingat dengan tantangan geo-ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat krisis.

M.Nicolas Firzli,[3] yang menjabat sebagai direktur Dewan Pensiun Dunia (WPC) dan sekaligus anggota dewan penasihat di Fasilitas Infrastruktur Global Bank Dunia, memprediksi jika peristiwa ini adalah krisis keuangan yang lebih besar, dia juga mengatakan bahwa hal ini mengakibatkan banyak bermunculan disfungsi keuangan dan geopolitik yang tidak terlihat.

Akibat krisis yang terjadi, beberapa negara bagian memutuskan melakukan upaya pencegahan untuk menyelamatkan kesehatan masyarakat semakin intensif. Dalam upaya berbagai negara untuk memutuskan rantai virus corona-19 mereka melakukan berbagai cara, seperti kebijakan lockdown, travel ban, dan memberlakukan sistem physical distancing.[4] Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat juga tertib dalam hal menjaga kesehatan mereka. Jika tidak dengan kesadaran para masyarakat virus tersebut akan semakin meningkat.

Meredam dampak pandemi di pasar modal

[sunting | sunting sumber]

Selain upaya menjaga di segi kesehatan, pemerintah juga berusaha untuk menaikkan ekonomi di Indonesia sebagai pertahanan untuk ketahanan hidup bagi masyarakat terutama bagi pelaku pasar modal, seperti kebijakan pelarangan short selling karena berpotensi mengancam pergerakan harga pasar saham dan mengambil untung di tengah kepanikan pasar. Selain itu juga ada trading halt yang menghalau pasar yang akan mengakibatkan harga pasar melonjak turun sangat drastis yang akan mengakibatkan berbagai UMKM menengah ke bawah akan gulung tikar..

Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan kondisi krisis tahun 2019 berbeda pola saat krisis sebelumnya di tahun 1998 dan tahun 2008 silam. Sehingga Hans menilai aksi menertibkan pasar modal cukup baik, sehingga mampu meminimalisir tindakan manipulasi pasar secara besar-besaran.

“Pasar modal seharusnya gembira dengan upaya pemerintah. Walaupun membasmi manipulator pasar tidak mudah, tetapi pelaku pasar seharusnya lebih teliti lagi, karena kondisi yang berbeda dengan tahun 1998 dan 2008 dimana keterbukaan informasi terkait sangat terbatas. Sekarang semua data terbuka dan siapa saja bisa mengaksesnya, dengan begitu para investor dapat mempelajari untuk bertahan dengan keadaan untuk meredam dampak pasar modal di pandemi," kata Hans.

[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • l
  • b
  • s
Krisis keuangan
  • Kepanikan perbankan
  • Bear market
  • Guncangan harga komoditas
  • Credit crunch
  • Siklus kredit
  • Krisis mata uang
  • Krisis utang
  • Krisis energi
  • Flash crash
  • Hiperinflasi
  • Krisis likuiditas
  • Momen Minsky
  • Kehancuran pasar saham
Pra-1000
  • Krisis Abad Ketiga (235–284 M)
Revolusi Perdagangan
(1000-1760)
  • Great Bullion Famine (sekitar 1400–c. 1500)
  • The Great Debasement (1544–1551)
  • Kehancuran pasar saham Republik Belanda (c. 1600–1760)
  • Kipper und Wipper (1621–1623)
  • Kehancuran Tulip mania (1637)
  • Kehancuran gelembung South Sea (1720)
  • Kehancuran gelembung Mississippi (1720)
Revolusi Industri
(1760–1840)
  • Krisis perbankan Amsterdam 1763
  • Kehancuran gelembung Bengal (1769–1784)
  • Krisis 1772
  • Keruntuhan keuangan Republik Belanda (c. 1780–1795)
  • Panik 1785
  • Kepanikan Tembaga 1789
  • Panik 1792
  • Panik 1796–1797
  • Kebangkrutan negara bagian Denmark 1813
  • Guncangan harga biji-bijian dan penggunaan lahan Irlandia pasca-Napoleon (1815–1816)
  • Panik 1819
  • Panik 1825
  • Panik 1837
1840–1870
  • Kegagalan Kentang Eropa (1845–1856)
    • Kelaparan Besar (Irlandia)
    • Kelaparan Kentang Dataran Tinggi
  • Panik 1847
  • Panik 1857
  • Panik 1866
  • Black Friday (1869)
Revolusi Industri Kedua
(1870–1914)
  • Panik 1873
  • Kehancuran Paris Bourse 1882
  • Panik 1884
  • Kehancuran Arendal (1886)
  • Krisis Baring (1890)
  • Encilhamento (1890–1893)
  • Panik 1893
  • Krisis perbankan Australia 1893
  • Black Monday (1894)
  • Panik 1896
  • Panik 1901
  • Panik 1907
  • Krisis pasar saham karet Shanghai (1910)
  • Panik 1910–11
Periode antarperang
(1918–1939)
  • Hiperinflasi awal Soviet (1917–1924)
  • Hiperinflasi Republik Weimar (1921–1923)
  • Krisis keuangan Showa (1927)
  • Keruntuhan Wall Street 1929
  • Depresi Besar (1929–1939)
  • Panik 1930
1931–1973
  • Slide Kennedy 1962
  • Hiperinflasi Indonesia 1963-1965
Inflasi Hebat
(1973–1982)
  • Krisis energi 1970-an (1973–1980)
  • Krisis Oktober Kanada (1970)
  • Krisis minyak 1973
  • Kehancuran pasar saham 1973–1974
  • Krisis perbankan sekunder 1973–1975
  • Krisis baja (1973–1982)
  • Krisis utang Amerika Latin (1975–1982)
  • Krisis IMF 1976
  • Krisis energi 1979
  • Hiperinflasi Brasil (1980–1982)
Moderasi Hebat
(1982–2007)
  • Krisis baja (1982–1988)
  • Hiperinflasi Brasil (1982–1994)
  • Kehancuran pasar saham Souk Al-Manakh (1982)
  • Krisis Cile 1982
  • Krisis saham bank Israel 1983
  • Black Saturday (1983)
  • Krisis simpan pinjam (1986–1995)
  • Black Monday (1987)
  • Krisis perbankan Norwegia 1988–1992
  • Kehancuran-mini Jumat ke-13 (1989)
  • Kehancuran gelembung harga aset Jepang (1990–1992)
  • Kejutan harga minyak 1990
  • Krisis perbankan Rhode Island (1990–1992)
  • Krisis ekonomi India 1991
  • Krisis keuangan Swedia 1990-an (1991–1992)
  • Krisis perbankan Finlandia 1990-an (1991–1993)
  • Krisis energi Armenia 1990-an (1991–1995)
  • Periode Khusus Kuba (1991–2000)
  • Black Wednesday (1992)
  • Hiperinflasi Yugoslavia (1992–1994)
  • krisis pasar obligasi 1994
  • Krisis perbankan Venezuela tahun 1994
  • Krisis peso Meksiko (1994–1996)
  • Krisis keuangan Asia 1997
  • krisis keuangan Rusia 1998
  • Krisis ekonomi Ekuador 1998–1999
  • Depresi Hebat Argentina 1998–2002
  • Efek Samba (1999)
  • Gelembung dot-com (2000–2004)
  • Krisis ekonomi Turki 2001
  • Krisis ekonomi Amerika Selatan tahun 2002
  • krisis perbankan Uruguay 2002
  • Krisis perbankan Myanmar 2003
  • Krisis energi Argentina 2004
  • Gelembung saham Tiongkok 2007
  • Hiperinflasi Zimbabwe (2007–sekarang)
Resesi Hebat
(2007–2013)
  • krisis keuangan 2007–2008
    • Krisis hipotek subprimaKrisis subprime mortgage
    • A.S. pasar beruang 2007–2009
    • Krisis keuangan global pada September 2008
    • Krisis keuangan global pada Oktober 2008
    • Krisis keuangan global pada November 2008
    • Krisis keuangan global pada Desember 2008
    • krisis keuangan Latvia 2008
    • Krisis keuangan Belgia 2008–2009
    • 2008–2009 Krisis keuangan Rusia
    • Krisis keuangan Ukraina 2008–2009
    • Krisis keuangan Islandia 2008–2011
    • Krisis perbankan Irlandia 2008–2011
    • Krisis keuangan Spanyol 2008–2014
    • Krisis keuangan global tahun 2009
    • Kecelakaan Senin Biru 2009
    • Krisis utang Eropa 2010
    • krisis utang pemerintah Yunani
  • Krisis energi Asia Tengah 2008
  • 2009 Dubai debt standstill
  • Krisis perbankan Venezuela tahun 2009–2010
  • Krisis keuangan Portugal 2010-2014
  • Krisis energi di Venezuela (2010–sekarang)
  • Krisis ekonomi Suriah (2011–sekarang)
  • Kejatuhan pasar saham Agustus 2011
  • Penipuan pasar saham Bangladesh 2011
  • Krisis finansial Siprus 2012-2013
  • 2013 Krisis Likuiditas Perbankan China
Revolusi Digital
(2013–sekarang)
  • Krisis ekonomi Venezuela (2013–sekarang)
  • Krisis ekonomi Brasil 2014–2016
  • Krisis utang pemerintahan Puerto Riko (2014–2022)
  • krisis keuangan Rusia (2014–2016)
  • Blokade Nepal 2015
  • Gejolak pasar saham Tiongkok 2015–2016
  • Aksi jual pasar saham 2015–2016
  • Kejatuhan pasar saham Brexit (2016)
  • Hiperinflasi Venezuela (2016–sekarang)
  • Krisis bahan bakar Sri Lanka 2017
  • Krisis perbankan Ghana (2017–2018)
  • Krisis mata uang dan utang Turki 2018–2023
  • krisis likuiditas Lebanon (2019–sekarang)
  • Krisis ekonomi Sri Lanka (2019-sekarang)
  • Pandemi COVID-19
    • Dampak pasar finansial
  • Krisis sektor properti Tiongkok 2020–2022
  • lonjakan inflasi 2021–2023
  • Krisis energi global 2021–2022
  • Krisis keuangan Rusia 2022
  • Penurunan pasar saham 2022
  • Daftar krisis perbankan
  • Daftar krisis ekonomi
  • Daftar krisis utang negara
  • Daftar kehancuran pasar saham dan bear market
  1. ^ "Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pasar Modal di Indonesia". kumparan. Diakses tanggal 2023-04-12.
  2. ^ Indonesia, C. N. N. "Harga Minyak Terpukul Kenaikan Kasus Covid-19". ekonomi. Diakses tanggal 2023-04-12.
  3. ^ voir, la publication (2014-12). "M. NICHOLAS J FIRZLY.LL.M". fr.linkedin.com. Diakses tanggal 2023-04-12.
  4. ^ pen.kemenkeu.go.id https://pen.kemenkeu.go.id/in/page/sosialekonomiglobal. Diakses tanggal 2023-04-12.
  5. ^ Media, Kompas Cyber (2020-07-28). "Meredam Dampak Pandemi Covid-19 di Pasar Modal Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-04-12.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dampak_Pandemi_COVID-19_terhadap_pasar_finansial&oldid=26753353"
Kategori:
  • Ekonomi
  • Keuangan
  • Covid-19
  • Pasar (ekonomika)
  • Galat CS1: judul hilang
  • Galat CS1: pranala mentah
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: tanggal

Best Rank
More Recommended Articles