More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Henk Ngantung - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Henk Ngantung - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Henk Ngantung

  • English
  • Français
  • Jawa
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah nama Minahasa, marganya adalah Ngantung
Henk Ngantung
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta ke-5
Masa jabatan
26 Agustus 1964 – 15 Juli 1965
WakilSoewondo
Satoto Hoepoedio
Sebelum
Pendahulu
Soemarno Sosroatmodjo
Pengganti
Soemarno Sosroatmodjo
Sebelum
Wakil Gubernur DKI Jakarta ke-1
Masa jabatan
1960–1964
GubernurSoemarno Sosroatmodjo
Pengganti
Soewondo
Satoto Hoepoedio
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Hendrik Hermanus Joel Ngantung

(1927-03-01)1 Maret 1927
Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda
Meninggal12 Desember 1991(1991-12-12) (umur 64)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Suami/istriEvie Mamesah
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau juga dikenal dengan nama Henk Ngantung (1 Maret 1927 – 12 Desember 1991) adalah putra dari pasangan yang berasal dari Minahasa yakni Arnold Rori Ngantung dan Maria Magdalena Kalsun.[1]

Beliau adalah seorang pelukis Indonesia dan jabatan Gubernur DKI Jakarta untuk periode 1964–1965. Ia berasal dari Manado, Sulawesi Utara.

Sebelum dipilih menjadi gubernur, pria suku Minahasa (Sulawesi Utara) tersebut lebih dulu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 1960–1964 dengan gubernurnya Sumarno. Henk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 27 Agustus 1964 sampai 15 Juli 1965.[2]

Karier

[sunting | sunting sumber]

Sebagai pelukis

[sunting | sunting sumber]

Sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal atau disebut seniman sketsa otodidak.[3] Pada usia 13 tahun ia belajar pada E. Katoppo dan menggelar pameran tunggal di Manado pada usia 14 tahun. Pada 1937 Henk pindah ke Bandung dan belajar melukis pada pelukis Austria, Prof. Rudolf Wenghart dan Prof. Wolf Schoemaker. Pada 1940 Henk pindah ke Batavia dan bergabung dalam Bataviasche Bond van Kunstkringen (Batavia Association of Art Circle) dan pada masa pendudukan Jepang aktif di Keimin Bunka Shidōsho. Pada dasawarsa 50-60-an peran Henk Ngantung sebagai pelukis juga terkait dengan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).[4]

Henk Ngantung pernah membuat karya lukisan “Memanah” dengan Bung Karno sebagai modelnya. Dua karya ini menjadi koleksi Bung Karno. Ia juga membuat sketsa tentang Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang.

Henk Ngantung menjadi salah satu pendiri "Gelanggang Seniman Merdeka" yang menghimpun kaum seniman Angkatan 45, termasuk Chairil Anwar, Haruddin MS, Mochtar Apin, Basuki Resobowo, Asrul Sani, dan lainnya. Pada Agustus 1948, Henk Ngantung menggelar pameran di Gedung Taman Siswa Kemayoran & Hotel Des Indes Jakarta. Setelah itu, ia berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia meskipun sedang dalam situasi perang

Pada tahun 1955-1958 Henk Ngantung tercatat sebagai pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok

Sebagai Gubernur DKI

[sunting | sunting sumber]

Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai wakil gubernur di bawah Soemarno Sosroatmodjo. Saat itu banyak kalangan yang protes atas pengangkatan Henk Ngantung. Soekarno ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Dan, Ngantung dinilainya memiliki bakat artistik. Salah satu pengalaman yang barangkali menarik adalah tatkala presiden memanggilnya ke istana untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru saja dilewati perlu dikurangi. Masalah pengemis yang merusak pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung.

Setelah tidak menjabat

[sunting | sunting sumber]

Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga harus menjual rumah di pusat kota untuk pindah ke perkampungan. Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh serangan penyakit mata dan dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia tanpa pernah disidang, dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal di gang sempit namun lahan rumahnya cukup luas di jalan Waru, Cawang, Jakarta Timur.

Kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama dan terakhir Henk.

Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Henk beristrikan Hetty Evelyn "Evie" Ngantung Mamesah. Pernikahan mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Maya Ngantung, Genie Ngantung, Kamang Ngantung, dan Karno Ngantung. Henk meninggal di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1991 dalam usia 64 tahun karena sakit jantung. Dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan.

Karya

[sunting | sunting sumber]
Foto koleksi Tropenmuseum Belanda

Henk Ngantung pernah membuat sketsa patung yang disebut Tugu Selamat Datang.[5] Dalam sketsanya, Ngantung menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan dan kini berada di bundaran Hotel Indonesia. Patung ini dibuat dalam rangka menyambut Asian Games 1962 di Jakarta.

Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan desain awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat sketsa lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad[3] namun ironisnya, hal tersebut belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk antara lain adalah:

  • Judul : “Gajah Mada”[6]
  • Judul : "Memanah"[7]
  • Judul : “Ibu dan Anak” yang merupakan hasil karya terakhirnya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Sejarah Hidup Henk Ngantung: Gubernur Jakarta, Seniman Lekra". Tirto.id. Diakses tanggal 2019-10-28.
  2. ^ Rimadi, Luqman (2017-03-21). Rimadi, Luqman; Ayuningtyas, Rita (ed.). "Henk Ngantung, Gubernur Nonmuslim Jakarta Pertama". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-10-28.
  3. ^ a b antaranews.com (2010-04-13). Radja, Aditia Maruli (ed.). "Sketsa Ngantung Masih Menggantung". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-10-28.
  4. ^ Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Presiden (Agustus 2016). 17|71:Goresan Juang Kemerdekaan (Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia) (PDF). Jakarta. hlm. 92. Pemeliharaan CS1: Lokasi tanpa penerbit (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ Hardini, K., dan Nugraha, L. S. (Juli 2024). Krtya: Profil Pematung Yogyakarta I (PDF). Yogyakarta: UPT Taman Budaya. hlm. 15. ISBN 978-623-98370-3-7. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ "Gajah Mada". Informasi Lukisan Indonesia. 2018-03-26. Diakses tanggal 2019-10-28.[pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Presiden (Agustus 2016). 17|71:Goresan Juang Kemerdekaan (Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia) (PDF). Jakarta. hlm. 44. Pemeliharaan CS1: Lokasi tanpa penerbit (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Henk Ngantung.
  • (Indonesia) Biografi singkat Henk Ngantung Diarsipkan 2009-05-18 di Wayback Machine.
Jabatan politik
Didahului oleh:
Soemarno Sosroatmodjo
Gubernur Jakarta
1964–1965
Diteruskan oleh:
Soemarno Sosroatmodjo
  • l
  • b
  • s
Gubernur DKI Jakarta
  1. Suwiryo
  2. Daan Jahja
  3. Sjamsuridjal
  4. Sudiro
  5. Soemarno Sosroatmodjo
  6. Henk Ngantung
  7. Ali Sadikin
  8. Tjokropranolo
  9. Soeprapto
  10. Wiyogo Atmodarminto
  11. Soerjadi Soedirdja
  12. Sutiyoso
  13. Fauzi Bowo
  14. Joko Widodo
  15. Basuki Tjahaja Purnama
  16. Djarot Saiful Hidayat
  17. Anies Baswedan
  18. Pramono Anung
Pengawasan otoritas Sunting ini di Wikidata
Umum
  • ISNI
    • 1
  • VIAF
    • 1
    • 2
  • WorldCat (via VIAF)
Perpustakaan nasional
  • Amerika Serikat
Lain-lain
  • Faceted Application of Subject Terminology
  • Trove (Australia)
    • 1
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Henk_Ngantung&oldid=27334876"
Kategori:
  • Pemeliharaan CS1: Lokasi tanpa penerbit
  • Kelahiran 1927
  • Kematian 1991
  • Meninggal usia 64
  • Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
  • Pelukis Indonesia
  • Tokoh Minahasa
  • Tokoh dari Manado
  • Marga Ngantung
  • Pelukis Indonesia asal Manado
  • Pelukis Indonesia asal Jakarta
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Pages using infobox officeholder with unknown parameters
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 1 Maret
  • Tanggal kematian 12 Desember
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Mei 2025
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Artikel Wikipedia dengan penanda ISNI
  • Artikel Wikipedia dengan penanda VIAF
  • Artikel Wikipedia dengan penanda LCCN
  • Artikel Wikipedia dengan penanda FAST
  • Artikel Wikipedia dengan penanda Trove
  • Artikel Wikipedia dengan penanda WorldCat-VIAF
  • Artikel Wikipedia dengan penanda ganda

Best Rank
More Recommended Articles