More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Letusan Merapi 2010 - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Letusan Merapi 2010 - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Letusan Merapi 2010

  • العربية
  • English
  • Français
  • 日本語
  • Bahasa Melayu
  • ไทย
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Koordinat: 7°32′26.99″S 110°26′41.34″E / 7.5408306°S 110.4448167°E / -7.5408306; 110.4448167
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Letusan Gunung Merapi 2010)

Letusan Merapi 2010
Citra satelit dengan warna semu yang menunjukkan bukti aliran piroklastik besar di sepanjang Sungai Gendol di selatan Gunung Merapi
Gunung apiGunung Merapi
Tanggal mulai25 Oktober 2010 (2010-10-25)
Jam mulai17.02 WIB
Tanggal selesai30 November 2010 (2010-11-30)
LokasiJawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
7°32′26.99″S 110°26′41.34″E / 7.5408306°S 110.4448167°E / -7.5408306; 110.4448167
VEI4
Dampak353 tewas

Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa erupsi gunung berapi yang terjadi di Gunung Merapi di Indonesia. Letusan Merapi terjadi pada 25–26 Oktober 2010, dengan puncak aktivitas pada 4–5 November, dan akhirnya mereda pada akhir November (resmi turun status pada 3 Desember).[1] Erupsi ini mencapai VEI 4, menghasilkan kolom abu hingga 16–18 km, mencairkan kubah lava dan memicu aliran piroklastik hingga sejauh 15 km dari puncak.[2] Dari sisi kekuatan, volume tefra diperkirakan melebihi 100 × 10⁶ m³, sekitar 10 kali lipat dari erupsi Merapi dekade sebelumnya.[3] Korban jiwa berkisar 353 hingga 386 orang meninggal akibat aliran panas, abu, dan lahar, serta ratusan lainnya luka-luka, sementara lebih dari 300.000 warga mengungsi.[3] Kerusakan material meliputi puluhan desa hancur, infrastruktur seperti jembatan dan jembatan rusak parah, lanskap pertanian rusak berat, dan kerugian materil ditaksir terakumulasi hingga Rp 5 triliun (per 2010).[4][5]

Memulai aktivitasnya pada 25 Oktober, Merapi melepaskan awan panas (pyroclastic flows) dan kolom semburan abu berkali-kali dalam rentang waktu yang cukup singkat.[6][7] Tercatat terjadi tiga letusan besar pada malam 26 Oktober, masing‑masing sekitar pukul 18.10, 18.15, dan 18.25 WIB, yang menghasilkan guguran awan panas dan material panas, bahkan disebut tidak terekam sempurna di seismogram karena terjadi overscale.[6] Intensitas aktivitas meningkat tajam, dengan frekuensi guguran dari kurang dari 100 hingga lebih dari 180 kali per hari, dan deformasi kubah lava meningkat hingga 42 cm per hari, menandakan dorongan magma yang kuat menuju permukaan.[8]

Puncaknya terjadi pada 4–5 November, ketika Merapi memuntahkan kolom abu setinggi 18 km dan mengeluarkan puluhan aliran piroklastik, beberapa mencapai jarak hingga 10 km.[9] Letusan Merapi 2010 menelan 353–386 korban jiwa, sebagian besar disebabkan oleh aliran piroklastik panas, awan abu tebal, dan lahar yang deras.[10] Dari jumlah tersebut, setidaknya 341 kematian sudah dicatat hingga akhir November 2010, dengan sekitar 2.000 rumah hancur dan lebih dari 300.000 jiwa mengungsi.[11]

Merapi 2010 merupakan peristiwa terbesar sejak erupsi tahun 1872, dan bahkan disebut sebagai yang paling eksplosif dalam lebih dari satu abad terakhir.[12] Dengan indeks eksplosivitas VEI 4, letusan ini sejajar dengan letusan dahsyat lainnya di Indonesia, seperti Gunung Kelud 2014 (VEI 4) dan serta Gunung Sinabung 2013 (VEI 4).[13] Merapi disebut sebagai salah satu letusan paling dahsyat pada tahun 2010, menduduki posisi kedua dalam “Pliny Event of the Year” setelah Eyjafjallajökull di Islandia oleh majalah Wired.[14] Juru kunci Merapi, Mbah Maridjan menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam letusan ini.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Riwayat erupsi

[sunting | sunting sumber]

Sejak awal dekade 1990-an, Merapi menunjukkan aktivitas efusif yang konsisten ditandai dengan pembentukan kubah lava dan runtuhan gravitasi (lava dome collapse) menghasilkan aliran piroklastik hingga beberapa kilometer. Pada 22 November 1994, runtuhan kubah menewaskan 41 orang saat aliran piroklastik meluncur sejauh 7,5 km ke arah selatan.[15] Periode 1996–1997 juga menyaksikan serangkaian aliran piroklastik, termasuk 17 runtuhan pada 31 Oktober 1996 yang menandai fase aktif dengan jenis letusan berulang. Aktivitas ini mencerminkan pola vulkanologi “Merapi-type nuées ardentes”, di mana erupsi efusif dominan dan disertai runtuhan harian.[16]

Citra satelit yang memperlihatkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada 15 Juni 2006, sehari setelah letusan besar yang menghasilkan aliran piroklastik ke arah selatan.

Aktivitas meningkat tajam pada Desember 2000–Januari 2001, ketika lebih dari 29 aliran piroklastik terjadi dalam tiga minggu, mencapai jarak hingga 4–7 km dan menjatuhkan abu ke jarak 60 km dari kawah utama. Sebaran tefra dan runtuhan kubah meluas kembali pada Februari 2001 saat runtuhan besar pada 10 Februari menghasilkan aliran sejauh 7 km.[15] Kemudian pada 2006, Merapi memasuki fase aktivitas efusif intens dengan ekstrusi kubah lava sejak Maret dan runtuhan kubah harian sepanjang April–Juni. Lavadom baru tumbuh setinggi 116 m, memaksa evakuasi sebesar 17.000–22.000 orang, dan menelan dua korban langsung.[17]

Sebelum letusan besar tahun 2010, letusan besar terakhir Merapi terjadi pada pertengahan 2006, dimulai dengan pembentukan kubah lava baru pada akhir April 2006 dan mencapai puncaknya pada 14 Juni 2006, ketika aliran awan panas (aliran piroklastik) bergerak hingga ke Kaliadem sejauh 5–7 km, merusak hutan dan permukiman di lereng selatan Merapi.[18] Salah satu peristiwa penting dalam letusan ini terjadi saat runtuhnya bukit Geger Boyo di lereng selatan pada Juni, yang melepas hambatan alami sehingga awan panas dapat meluncur lebih dalam ke lembah, meningkatkan bahaya dari aliran piroklastik dan lahar.[19] Pada Oktober 2006, aktivitas Merapi kembali meningkat secara signifikan; BPPTKG mencatat hingga 200 gempa multifase dan sekitar 70 gempa guguran per hari, menunjukkan suplai magma yang terus berlangsung dan penyumbatan pipa magma, meski status gunung tetap “Waspada”.[20]

Peningkatan aktivitas

[sunting | sunting sumber]

Memasuki awal September 2010, PVMBG melaporkan peningkatan gempa vulkanik (MP dan VT) secara bertahap; rata-rata sekitar 10 gempa per hari mulai September, meningkat tajam menjelang letusan dalam pekan terakhir Oktober.[12][21] Inflasi kubah lava yang sudah terjadi sejak Maret terus berkembang, menjadi signifikan pada pertengahan September, diikuti pelepasan gas SO₂ dan deformasi ground hingga mendekati 0,55 m hanya dalam beberapa hari terakhir sebelum letusan.[22] Bahkan sejak Oktober, Merapi menunjukkan lonjakan energi seismik: total energi gempa selama setahun sebelum letusan mencapai sekitar 7,5×10¹⁰ J, tiga kali lipat dari sebelum erupsi efusif tahun 2006 menandakan akumulasi tekanan magma dan gas yang luar biasa.[23]

Frekuensi dan lokasi gempa juga memberi sinyal kuat: gempa dalam (2,5–5 km) mereda setelah 17 Oktober, sementara gempa dangkal (<1,5 km) mulai mendesak ke permukaan, memperlihatkan migrasi magma yang cepat.[21][24] Pada 23–24 Oktober muncul gempa frekuensi rendah (LF) di dekat puncak, sekitar tiga sampai empat hari sebelum letusan yang menunjukkan pergerakan gas besar-besaran dalam sistem kubah lava.[22] Dalam enam hari terakhir pra-letusan, akumulasi Real-time Seismic Amplitude (RSAM) dan MRSAM mengindikasikan ancaman kegagalan material besar, memberikan prakiraan waktu letusan dengan margin error sekitar ±4 jam.[23]

Menjelang puncak, CVGHM menaikkan status dari Level 2 ke Level 3 pada 19 September, kemudian ke Level 4 pada 25 Oktober 2010, sehari sebelum erupsi pertama, menyusul terdeteksinya lebih dari 500 gempa vulkanik dan lava mulai meluncur ke sungai Gendol pada 23–24 Oktober.[25] Semua ini menunjukkan fase persiapan letusan besar: naiknya magma cepat, deformasi signifikan, dan ekskresi gas tinggi, yang bersatu pada 26 Oktober saat Merapi meletus eksplosif VEI 4 dan menandai awal rangkaian erupsi besar di akhir Oktober hingga awal November.

Erupsi

[sunting | sunting sumber]

Erupsi awal (26 Oktober – 4 November)

[sunting | sunting sumber]

Pada 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB, Merapi mengalami erupsi eksplosif pertama yang menghasilkan ledakan lateral dari intrusi magma dangkal yang membentuk kawah sementara dengan diameter sekitar 200 m dan kedalaman 100 m. Peristiwa ini memicu awan panas (pyroclastic density currents) yang menjalar hingga sejauh 6–8 km ke lembah Gendol dan Opak, menghancurkan vegetasi serta permukiman pinggir lereng selatan.[26] Seismometer PVMBG mencatat 232 gempa vulkanik, 269 gempa guguran, 4 gempa lava, dan sekitar 6 awan panas dalam 24 jam berikutnya; kolom abu terlihat setinggi ≈1,5 km pada sore harinya. Pada malam itu, tiga letusan signifikan terjadi berturut-turut — pukul 18.10, 18.15, dan 18.25 WIB — menghasilkan awan panas menyapu kawasan Kaliadem dan Kepuharjo. 18 korban jiwa meninggal akibat paparan awan panas dan abu tebal pada hari itu.[27] Pada 26 Oktober, Mbah Maridjan, juru kunci Merapi meninggal dunia akibat gulungan awan panas di Kinahrejo.

Setelah letusan pertama, periode 27–30 Oktober ditandai fluktuasi aktivitas eksplosif dan ekstrusi lava kubah. Pada 29 Oktober, peristiwa ledakan kembali terjadi dengan kolom abu melonjak hingga radius beberapa kilometer dan aliran piroklastik meluncur ke sungai seperti Lamat, Senowo, dan Krasak selama 4–9 menit setiap episode.[28][29] Kemudian pada 30 Oktober pagi, suara letusan semakin keras, menyebarkan debu hingga sepanjang ±30 km, termasuk ke kota Yogyakarta hingga menyebabkan penutupan Bandara Internasional Adi Sutjipto sementara antara pukul 05:00–07:00 WIB. Sejak 26 hingga 30 Oktober tercatat intensitas tinggi dari runtuhan kubah, ledakan, dan aliran piroklastik, yang menandakan transisi dari erupsi awal menuju fase dome-growth menjelang puncak eksplosif awal November.[30][31]

Pada 1 November 2010, Merapi memasuki fase intensifikasi aktivitas setelah beberapa hari erupsi awal. Tidak terdapat ledakan besar pada dini hari, namun peningkatan signifikan tercatat pada pukul 10.10 WIB, ketika awan panas dan kolom abu bergelombang ke arah timur, disertai suara ledakan keras yang menurut saksi lebih nyaring dibanding malam sebelumnya. Darwin VAAC melaporkan kolom abu mencapai ketinggian sekitar 6,1 km, menyebar ke utara sejauh hampir 75 km, serta mengganggu penerbangan domestik di Yogyakarta dan Solo selama beberapa hari berikutnya.[32] CVGHM menyatakan terjadi 26 aliran piroklastik pada 2 November, diikuti 38 piroklastik dalam 12 jam pertama pada 3 November.[32]

Tanda-tanda letusan Gunung Merapi berhasil menembus tutupan awan yang terus ada di atas Jawa pada tanggal 5 November 2010 ketika gambar berwarna alami ini diambil.

Pada 2–3 November, aktivitas gunung menjadi lebih dominan seiring tumbuhnya kubah lava baru dan seringnya runtuhan yang memicu piroklastik. Pada 2 November, 26 aliran terjadi — berkamifkan letusan sub‑Plinian dan runtuhan yang kemudian meningkat drastis dengan 38 aliran hanya dalam 12 jam awal 3 November, banyak meluncur sejauh 4 km ke selatan. NASA Earth Observatory juga mencatat bahwa pada 30 Oktober kubah lava tampak jelas pada citra ASTER dan piroklastik terus mengalir menggunakan itu sebagai batu pijak menuju tahap dome-growth yang memuncak di 4–5 November.[33]

Letusan Utama (4–5 November)

[sunting | sunting sumber]

Pada malam 4 November 2010, Gunung Merapi memasuki fase erupsi utama dengan karakter paroksismal VEI 4. Menurut laporan USGS dan CVGHM, letusan menghasilkan kolom abu setinggi hingga 16–18 km, dengan awan piroklastik meluncur sejauh hingga 15–16 km ke lembah Gendol di lereng selatan, menandakan peningkatan tajam dalam intensitas dan energi eruptifnya.[11] Global Volcanism Program menambahkan bahwa selama fase ini tercatat 38 aliran piroklastik dalam satu periode, sementara citra radar satelit memperlihatkan volumenya mencapai sekitar ~10×10⁶ m³ tefra yang diekstraksi dari kawah utama.[34]

Pada 5 November pagi, erupsi utama berlanjut dengan kecepatan mengerikan: piroklastik dan volume abu yang terus meluncur, disertai runtuhan kubah baru serta tekanan gas tinggi. Berdasarkan laporan USGS dan Global Volcanism Program, wilayah yang terkena meluas hingga radius 15–20 km, menyebabkan evakuasi lebih dari 100.000 orang, hingga akhirnya zona bahaya resmi diperluas.[11]

Setelah ledakan besar 4–5 November, aktivitas Merapi tetap berada pada level tinggi antara tanggal 6–8 November. Awan piroklastik terus meluncur secara berkala sejauh 4–9 km ke beberapa lembah seperti Senowo, Krasak, dan Boyong, menghasilkan runtuhan lava merah menyala dan kolom abu ±7 km tinggi setiap kali kubah baru runtuh (CVGHM mencatat puluhan kejadian harian di masa ini).[12] Berdasarkan citra radar satelit RADARSAT2, kubah lava yang runtuh digantikan dengan kubah baru yang tumbuh cepat, sekitar 35 m³/detik, membuktikan sistem magma tetap aktif dan memasok lava lebih dari sehari setelah kejadian utama.[12] Pada 7 November, lintasan abu menyebar hingga 220 km ke barat daya dan hujan abu menutupi wilayah hingga 240 km dari gunung, sehingga VAAC Darwin mencatat fenomena ini sebagai gangguan signifikan bagi penerbangan.[12]

Selain itu, kepanikan sosial memuncak akibat potensi hipnotis lahar ketika musim hujan tiba. Antisipasi terhadap lahar ditunjukkan dalam rencana mitigasi saat beberapa 14 unit jembatan dan 52 unit sabo dam dilaporkan rusak atau hancur akibat kombinasi abu dan air yang terbawa puing, merusak infrastruktur akses dan memicu evakuasi lanjutan hingga radius 20 km.[35] Selama periode 4–8 November, lebih dari 270.000–300.000 orang dievakuasi dari zona bahaya, sebagian besar akibat ancaman awan panas dan potensi banjir lahar.[36]

Penurunan aktivitas

[sunting | sunting sumber]
Awan sulfur dioksida Gunung Merapi di atas Samudra Hindia pada 11 November 2010

Setelah puncak erupsi pada 4–5 November, aktivitas Merapi mulai menunjukkan tren menurun meskipun masih tetap tinggi sepanjang November. Pada 8 November, laporan dari Wired mencatat bahwa aktivitas letusan telah mereda dibanding beberapa hari sebelumnya, dengan volume awan panas mengecil dan kolom abu yang lebih rendah, namun PVMBG tetap mempertahankan status “Awas” (Level 4) karena potensi bahaya masih ada.[36][37] Data seismik dan visual dari PVMBG menunjukkan bahwa antara 13–19 November, frekuensi gempa vulkanik dan awan panas mengalami penurunan bertahap: meski tremor dan gempa masih berlangsung, intensitasnya kecil dan awan panas kini terpantau hanya beberapa kali dalam sehari dengan jangkauan lebih pendek.[38] Zona aman juga disesuaikan berdasarkan evaluasi risiko: radius awal 20 km dikurangi menjadi 15 km serta beberapa wilayah kembali dihuni, meski tetap dalam pengawasan ketat.[39]

Pada 3 Desember 2010, PVMBG resmi menurunkan status Merapi dari “Awas” (Level 4) menjadi “Siaga” (Level 3) pukul 09.00 WIB. Keputusan ini didasarkan pada pengurangan gempa vulkanik; baik multiphase maupun tremor, turunnya amplitudo RSAM, serta tidak adanya kejadian awan panas dan deformasi kubah lava yang signifikan.[40] Meski status kewaspadaan masih berlaku, kepala PVMBG, Dr. Surono, menegaskan bahwa potensi gas dan lahar dingin tetap ada, sehingga masyarakat tetap diimbau untuk tidak kembali ke zona berbahaya.[40]

Korban dan kerugian

[sunting | sunting sumber]
Rumah hancur di desa Cangkringan pasca letusan Merapi 2010.

Pada fase awal erupsi (akhir Oktober–awal November 2010), BNPB mencatat korban jiwa mulai meningkat secara signifikan. Pada 29 Oktober 2010, terdapat 36 orang meninggal dan 17 luka-luka akibat awan panas serta guguran material vulkanik, terutama di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah; jumlah pengungsi saat itu mencapai 47.906 jiwa tersebar di DIY, Magelang, Boyolali, dan Klaten.[41] Dalam beberapa hari berikutnya, hingga 5 November, jumlah korban terus bertambah secara dramatis: korban meninggal dilaporkan sebanyak 122 orang, dan 219 orang luka bakar, sementara pengungsi telah mencapai 100.000 jiwa, di antaranya sekitar 90.000 di Magelang.[42]

Memasuki fase puncak krisis pada awal pertengahan November, BNPB memperbarui data: pada 8 November 2010 tercatat 116 orang meninggal dengan 218 luka-luka, dan korban luka-luka total di rumah sakit mencapai 453 orang. Kemudian per 13 November, catatan BNPB menunjukkan jumlah pengungsi melonjak mencapai 396.407 jiwa di 637 titik penampungan, serta masih ada 453 orang yang dirawat, jumlah korban tewas meningkat menjadi 240 orang.[43] Selama fase darurat hingga pertengahan November, BNPB merekap data sejauh 18 November 2010 dengan jumlah korban jiwa bertambah menjadi 275 orang meninggal, dan 273 orang masih rawat inap.[44]

Total korban tewas akibat erupsi Gunung Merapi pada akhir November 2010 diperkirakan antara 353 hingga 386 orang.[3]

Erupsi Gunung Merapi periode Oktober–Desember 2010 menyebabkan kerugian materiil yang sangat besar; laporan final BNPB bersama Bappenas, UNDP, dan Bank Dunia mencatat total kerusakan dan kerugian mencapai sekitar Rp 7,3 triliun, dengan angka ini mencakup sektor perumahan, infrastruktur, ekonomi dan sosial, senilai Rp 3,39 triliun untuk lingkungan, dan Rp 2,63 triliun untuk sektor ekonomi saja, belum termasuk dampak banjir lahar dingin.[45] Laporan terpisah juga merinci bahwa total kerugian riil mencapai Rp 4,23 triliun, terdiri dari Rp 3,09 triliun kerugian dan Rp 1,14 triliun kerusakan fisik seperti perumahan, irigasi, pertanian, dan UMKM.[46] Angka lain mencatat khusus wilayah DIY dan Jateng berkisar antara Rp 3,56–5,4 triliun, tergantung metode penilaian dan periode laporan, dengan estimasi kebutuhan rehabilitasi awal mencapai Rp 2,05 triliun.[47]

Bantuan kemanusiaan

[sunting | sunting sumber]

Pada malam tanggal 8 November 2010, United Arab Emirates Red Crescent Authority mengirimkan rumah sakit lapangan lengkap dengan tenaga medis dan administratif ke zona aman sekitar 20 km dari puncak Merapi.[48] Bantuan ini diterima atas permintaan pemerintah Indonesia, sebagai dukungan medis lapangan untuk para pengungsi yang mengalami gangguan pernapasan, luka bakar, dan kondisi darurat lainnya. Sebelumnya, pada tanggal 26 Oktober hingga awal November, International Organization for Migration (IOM) telah menyalurkan bantuan logistik berupa 1.582 kasur, 1.582 selimut, 1.894 sarung, serta masker dan kacamata pelindung kepada keluarga pengungsi di Sleman dan Boyolali.[49] IOM juga memberikan dukungan teknis kepada BNPB dan UNOCHA serta mengevakuasi 54 ekor ternak guna menjaga mata pencaharian warga.[49]

Sementara itu, organisasi sosial dan relawan lokal turut mengambil peran penting: Universitas Gadjah Mada melalui Unit DERU menerjunkan 66 relawan mahasiswa untuk mendistribusikan bahan pokok, pakaian, obat-obatan, dan paket kebersihan ke puluhan posko pengungsian di Sleman, Magelang, dan Boyolali sejak 28 Oktober 2010, termasuk upaya trauma healing untuk anak-anak.[50] Organisasi internasional seperti Caritas Internationalis (Austria, Jerman, Swiss, Australia, Ceko) dan Oxfam bekerja sama melalui KARINAKAS/Semarang menyalurkan hygiene kit, masker, sabun bayi, serta paket non-food ke lebih dari 3.000 keluarga, dan hingga 7 November telah menerima total donasi sebesar Rp 1,927 miliar, dengan dana sisa sebesar Rp 1,234 miliar.[51]

Uni Eropa menyumbang €1,5 juta yang digunakan untuk air bersih, sanitasi, kesehatan, makanan, shelter, dan logistik.[52] Pemerintah Australia memberikan total US$2,1 juta kepada lembaga seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan PMI.[52] Pemerintah Amerika Serikat turut menyatakan kesediaan membantu dengan dana US$2 juta, sedangkan Taiwan menyumbang US$300.000 plus ribuan selimut dan pakaian. Bantuan tambahan datang dari Malaysia (dalam bentuk dana dan barang), Kanada, Jepang hingga Pakistan, serta dukungan teknis dari program VDAP/USGS terhadap CVGHM terkait monitoring guguran gas dan aktivitas vulkanik.[53][54]

Pada 5 November 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan bahwa BNPB akan memimpin penanganan darurat secara terpusat, dengan dukungan dari TNI dan Polri untuk melakukan evakuasi, mendirikan rumah sakit lapangan, dan memenuhi kebutuhan pengungsi di area terdampak 20 km dari puncak Gunung Merapi.[55] Kementerian Kesehatan juga turut aktif sejak 26 Oktober 2010, mengirimkan 13 tenaga kesehatan, 4 ton obat-obatan, 50.000 masker, dan peralatan sanitasi ke wilayah terdampak seperti DIY, Magelang, Klaten, dan Boyolali, serta mendirikan lebih dari 500 pos kesehatan dengan total kunjungan mencapai 25.730 orang hingga pertengahan November.[56] Kementerian Sosial mengalokasikan dana bantuan sebesar Rp 7,2 miliar untuk Pemprov DI Yogyakarta dan Rp 385 juta untuk Jawa Tengah pada Januari 2011, digunakan untuk santunan korban meninggal, hunian sementara (huntara), serta jaminan hidup bagi pengungsi yang terdampak erupsi Merapi.[57]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • flagPortal Indonesia
  • Daftar gunung berapi di Indonesia
  • Letusan Eyjafjallajökull 2010

Referensi dan pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Gambar pada pranala luar
Klik pranala guna melihat gambar
(Inggris) Galeri Letusan Merapi 2010: 1 · 2
Foto bencana alam Mentawai dan Merapi
Aktivitas Gunung Merapi
  1. ^ "Badan Nasional Penanggulangan Bencana". bnpb.go.id. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  2. ^ Klemetti, Erik. "Merapi Update #2 for 11/4/2010 - Pyroclastic flows now reaching 15 km from the volcano". Wired (dalam bahasa American English). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  3. ^ a b c "Global Volcanism Program | Merapi". Smithsonian Institution | Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  4. ^ antaranews.com (18 November 2010). "Kerugian Ekonomi Akibat Erupsi Merapi Rp3,4 Triliun". Antara News. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  5. ^ antaranews.com (12 Juli 2011). "Lava flows inflicted Rp45.4 billion loss on Klaten district". Antara News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  6. ^ a b "26 Oktober 2010: Letusan Terbesar Gunung Merapi dalam 100 Tahun Terakhir – HMPSS-U". 26 Oktober 2021. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  7. ^ Klemetti, Erik. "2010: Volcanic Year in Review". Wired (dalam bahasa American English). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  8. ^ "Cerita Letusan Dahsyat Gunung Merapi 2010..." Kompas TV. 12 Maret 2023. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  9. ^ Global Volcanism Program (2011). Wunderman, Richard (ed.). "Report on Merapi (Indonesia)". Bulletin of the Global Volcanism Network (dalam bahasa Inggris). 36 (1). doi:10.5479/si.GVP.BGVN201102-263250. ISSN 1050-4818.
  10. ^ "Global Volcanism Program | Merapi". Smithsonian Institution | Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  11. ^ a b c "Volcano Watch — Thousands saved by accurate eruption forecasts of Mount Merapi, Indonesia | U.S. Geological Survey". www.usgs.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  12. ^ a b c d e "Global Volcanism Program | Report on Merapi (Indonesia) — February 2011". volcano.si.edu (dalam bahasa Inggris). doi:10.5479/si.gvp.bgvn201102-263250. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  13. ^ "Global Volcanism Program | Sinabung". Smithsonian Institution | Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  14. ^ Klemetti, Erik. "And the 2010 Pliny for Volcanic Event of the Year goes to ..." Wired (dalam bahasa American English). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  15. ^ a b "Merapi Volcano Eruptions". Volcano Discovery. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  16. ^ Budi-Santoso, Agus; Lesage, Philippe; Dwiyono, Sapari; Sumarti, Sri; Subandriyo; Surono; Jousset, Philippe; Metaxian, Jean-Philippe (1 Juli 2013). "Analysis of the seismic activity associated with the 2010 eruption of Merapi Volcano, Java". Journal of Volcanology and Geothermal Research. Merapi eruption. 261: 153–170. doi:10.1016/j.jvolgeores.2013.03.024. ISSN 0377-0273.
  17. ^ Preece, Katie; Gertisser, Ralf; Barclay, Jenni; Berlo, Kim; Herd, Richard A.; Edinburgh Ion Microprobe Facility (1 Oktober 2014). "Pre- and syn-eruptive degassing and crystallisation processes of the 2010 and 2006 eruptions of Merapi volcano, Indonesia". Contributions to Mineralogy and Petrology (dalam bahasa Inggris). 168 (4): 1061. doi:10.1007/s00410-014-1061-z. ISSN 1432-0967.
  18. ^ Anjani, Zena Rera. "Sejarah Letusan Merapi, Perbedaan Erupsi pada 2006 dan 2010". tirto.id. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  19. ^ KUMORO, HERU SRI (3 Juni 2023). "Arsip Foto "Kompas": Mengenang Dahsyatnya Erupsi Merapi 2006". kompas.id. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  20. ^ "Aktivitas Merapi Meningkat Lagi". detiknews. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  21. ^ a b "Aktivitas Gempa Tektonik Menjelang Letusan Merapi". bpbd.jogjaprov.go.id. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  22. ^ a b "Belajar dari Gunung Merapi". Universitas Katolik Parahyangan. 6 Maret 2017. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  23. ^ a b Subandriyo; Gertisser, Ralf; et., al. "An Overview of the Large-Magnitude (VEI 4) Eruption of Merapi in 2010" (PDF). University of Twente.
  24. ^ Indonesia, CNN. "Satu Dekade Erupsi Dahsyat Merapi dan Kenangan Mbah Maridjan". nasional. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  25. ^ "Mount Merapi's Swelling Signals Huge Eruption, Scientists Warn | The Jakarta Globe". www.thejakartaglobe.com. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  26. ^ Pallister, John S.; Schneider, David J.; Griswold, Julia P.; Keeler, Ronald H.; Burton, William C.; Noyles, Christopher; Newhall, Christopher G.; Ratdomopurbo, Antonius (2013). "Merapi 2010 eruption—Chronology and extrusion rates monitored with satellite radar and used in eruption forecasting". Journal of Volcanology and Geothermal Research (dalam bahasa Inggris). 261: 144–152. doi:10.1016/j.jvolgeores.2012.07.012.
  27. ^ "Welcome to the Frontpage". portal.vsi.esdm.go.id (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  28. ^ "Merapi Erupts Yet Again | The Jakarta Globe". www.thejakartaglobe.com. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  29. ^ "2010 eruptions of Mount Merapi". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 30 Mei 2025.
  30. ^ Ibrahim <sanimalikibrahim[at]gmail.com>, Sani Malik. "VOLCANIC DUST FILLED THE RUNWAY, ADISUTJIPTO CLOSED FOR 1 HOUR 20 MINUTES". portal.dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  31. ^ "Eruption of Indonesia's Merapi on Saturday Biggest Yet; More Predicted | The Jakarta Globe". www.thejakartaglobe.com. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  32. ^ a b "Global Volcanism Program | Report on Merapi (Indonesia) — 27 October-2 November 2010". volcano.si.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  33. ^ "Eruption at Mount Merapi, Indonesia". earthobservatory.nasa.gov (dalam bahasa Inggris). 5 November 2010. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  34. ^ "Global Volcanism Program | Merapi". Smithsonian Institution | Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  35. ^ Belizal, De; et al. "Lahar hazards and risks following the 2010 eruption of Merapi volcano, Indonesia". Journal of Volcanology and Geothermal Research.
  36. ^ a b Klemetti, Erik. "Merapi Update for 11/8/2010: Death toll climbs as activity calms". Wired (dalam bahasa American English). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  37. ^ antaranews.com (13 November 2010). "PVMBG: Intensitas Erupsi Merapi Masih Tinggi". Antara News. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  38. ^ antaranews.com (18 November 2010). "PVMBG: Intensitas Erupsi Merapi Terus Menurun". Antara News. Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  39. ^ "Lantai 1 Archives - Page 6 of 6 - Museum Gunungapi Merapi". Museum Gunungapi Merapi (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  40. ^ a b "Status Merapi Diturunkan Menjadi "SIAGA"". ESDM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Juni 2025.
  41. ^ "BNPB: Korban Tewas Merapi 36 Orang". detiknews. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  42. ^ text-id.123dok.com https://text-id.123dok.com/document/z3e3wx7q-badan-penanggulangan-bencana-daerah-tahun-2011.html. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  43. ^ pt. kompas cyber media. "Sudah 240 Orang Meninggal akibat Merapi". KOMPAS.com (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  44. ^ "BNPB: Jumlah Korban Tewas Merapi 275 Orang". detiknews. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  45. ^ antaranews.com (28 Januari 2011). "Total Kerugian Erupsi Merapi Rp7,3 Triliun". Antara News. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  46. ^ antaranews.com (17 Januari 2011). "Kerusakan dan Kerugian Letusan Merapi Rp4,23 Triliun". Antara News. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  47. ^ "Total Kerugian Erupsi Merapi Rp 7,3 T |Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  48. ^ "WAM | Emirates News Agency". www.wam.ae. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  49. ^ a b "IOM Scales Up Emergency Response for Victims of Merapi Eruption". International Organization for Migration (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  50. ^ Administrator (14 Desember 2007). "Assisted by 66 volunteers, UGM DERU Continues to Distribute Aid to Merapi IDPs". Universitas Gadjah Mada (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  51. ^ "SITUATION REPORT #13: EMERGENCY RESPONSE OF MERAPI ERUPTION". KARINAKAS. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  52. ^ a b "thejakartaglobe.com". www.thejakartaglobe.com. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  53. ^ "Embassy of the United States Jakarta, Indonesia - Press Releases". jakarta.usembassy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  54. ^ "2010 eruptions of Mount Merapi". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 30 Mei 2025.
  55. ^ "Pemerintah Pusat Ambil Alih Penanganan Bencana Merapi – DW – 05.11.2010". dw.com. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  56. ^ "update bantuan kemenkes untuk bencana merapi". Kemkes. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  57. ^ antaranews.com (11 Januari 2011). "Kemensos Bantu Rp7,2 Miliar untuk Korban Merapi". Antara News. Diakses tanggal 28 Juni 2025.
  • Liputan khusus Kompas: Merapi meletus Diarsipkan 2010-10-29 di Wayback Machine.
  • (Inggris) BBC: Dozens die in new Mount Merapi eruption in Indonesia 5 November 2010
  • l
  • b
  • s
Bencana alam, kecelakaan, kerusuhan, dan terorisme di Indonesia tahun 2010
Bencana alam
Banjir & longsor
Banjir Wasior · Longsor Tenjolaya
Gempa bumi
Aceh · Jawa Barat · Mentawai · Obi (Maret) · Obi (April) · Papua · Sulawesi Barat · Sumatera Selatan · Sumatera Utara
Gunung meletus
Bromo · Merapi · Sinabung
Kecelakaan
Kereta api
Logawa · Purwosari · Petarukan
Pesawat terbang
Cathay Pacific 780  · KT-1 0102 · Merpati 836 · Trigana 168
Kerusuhan
Tarakan · Buol · Koja
◀ 2009 - 2011 ▶
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Letusan_Merapi_2010&oldid=27474630"
Kategori:
  • Galat CS1: penggunaan et al.
  • Galat CS1: judul hilang
  • Use dmy dates from December 2020
  • Bencana alam tahun 2010 di Indonesia
  • Bencana alam tahun 2010
  • Peristiwa vulkanis
  • Gunung Merapi
Kategori tersembunyi:
  • Pages using gadget WikiMiniAtlas
  • Pages using the JsonConfig extension
  • CS1 sumber berbahasa American English (en-us)
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Galat CS1: karakter tidak terlihat
  • Galat CS1: nama generik
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (Britania) (en-gb)
  • Galat CS1: pranala mentah
  • Artikel dengan parameter tanggal yang tidak valid pada templat
  • Koordinat di Wikidata
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles