Lomba makan kerupuk

Lomba makan kerupuk adalah salah satu lomba yang diadakan saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Lomba ini sangat sederhana dan bisa diikuti oleh semua orang dari segala umur atau jenis kelamin. Bahan yang dibutuhkan untuk perlombaan ini hanyalah kerupuk dan tali. Kerupuk yang digunakan biasanya adalah jenis kerupuk putih. Penentuan pemenang hanya berdasarkan siapa yang paling cepat dari peserta lain dalam menghabiskan kerupuk yang tergantung. Saat perlombaan berlangsung, tidak boleh ada bantuan tangan dan setiap peserta tangannya berada di belakang punggung atau diikat.
Sejarah
Lomba makan kerupuk adalah lomba yang berikatan dengan masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada 1930-1940an, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan membuat rakyat Indonesia akrab dengan kerupuk sebagai pelengkap makanan saat itu. Selain itu, kerupuk juga makanan yang identik dengan rakyat dikarenakan harganya yang murah. Pada 1950an, Indonesia mengalami krisis dan perlombaan ini pertama kali diadakan untuk mengingat bawah rakyat Indonesia pernah berada pada masa krisis yang ditandai dengan rakyat yang mengonsumsi kerupuk.[1] Kerupuk ini menjadi lambang kesetaraan semua rakyat di saat sedang susahnya mencukupi kebutuhan pangan. Meski lomba kerupuk adalah hiburan pada masa sekarang, namun hal ini juga sebagai simbol persatuan agar masa sulit tidak terulang.[2]
Di Belanda
Versi Belanda dari lomba makan kerupuk disebut sebagai koekhappen ("menggigit kue"). Koekhappen adalah permainan yang sering dimainkan di pesta anak-anak, tapi juga populer di acara lain seperti Hari Raja (Koningsdag). Dalam permainan ini, kue ontbijtkoek (atau camilan lembut lainnya) digantungkan pada tali, dan para peserta harus mencoba menggigit kue tersebut tanpa menggunakan tangan - bisa dengan mata tertutup maupun terbuka. Tali dengan kue tersebut digantung tepat di atas kepala peserta.
Terdapat variasi lain dari koekhappen yang bernama appelhappen, dimana apel yang dilumuri sirop digantung pada tali. Karena licinnya sirop, menggigit apel menjadi lebih sulit. Risiko terkena sirop dan menjadi belepotan pun cukup besar.[3]
Referensi
- ^ Nurhadi (18 Agustus 2021). Nurhadi (ed.). "Cerita Penderitaan di Balik Lomba Makan Kerupuk". Tempo.co. Diakses tanggal 11 February 2022.
- ^ Fitria, Riska (16 Agustus 2021). "3 Filosofi Lomba Makan Kerupuk dalam Peringatan 17 Agustusan". detikcom. Diakses tanggal 11 February 2022.
- ^ Limacher, Ute (2021-05-03). "Traditional Dutch games for children: Sjoelbak, Koekhappen en Spijkerpoep". Ute's International Lounge & Academy (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-07-06.
