More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Maria Ulfah Santoso - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Maria Ulfah Santoso - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Maria Ulfah Santoso

  • العربية
  • English
  • Español
  • Français
  • हिन्दी
  • Jawa
  • ქართული
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Русский
  • Sunda
  • Svenska
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Maria Ulfah Santoso
Potret sebagai Menteri Sosial (1947)
Menteri Sosial Indonesia ke-4
Masa jabatan
12 Maret 1946 – 26 Juni 1946
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSutan Sjahrir
Sebelum
Pendahulu
Sudarsono Mangoenadikoesoemo
Pengganti
Dirinya sendiri
Sebelum
Masa jabatan
2 Oktober 1946 – 26 Juni 1947
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSutan Sjahrir
Sebelum
Pendahulu
Dirinya sendiri
Pengganti
Soeprodjo
Sebelum
Anggota Dewan Pertimbangan Agung
Masa jabatan
1968–1973
PresidenSuharto
Informasi pribadi
Lahir
Maria Ulfah

18 Agustus 1911
Serang, Hindia Belanda
Meninggal15 April 1988 (umur 76)
Jakarta
MakamTaman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata
Partai politikPartai Sosialis Indonesia
AlmamaterUniversitas Leiden
  • Bintang Mahaputera Edit nilai pada Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau Maria Ulfah Santoso atau Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 – 15 April 1988) atau dahulu dikenal sebagai Maria Ulfah Santoso adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia.

Ia adalah perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar sarjana hukum, memangku jabatan menteri dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.[1] Ia memulai kariernya sebagai tenaga honorer bagian perundang-undangan Kabupaten Cirebon.[1] Ia juga menjadi guru AMS Muhammadiyah Jakarta pada tahun 1943.[1]

Selama pendudukan Jepang ia bekerja di Departemen Kehakiman, kemudian pindah ke Departemen Luar Negeri.[1] Pada tahun 1946, setahus setelah Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Subadio diangkat menjadi Menteri Sosial dalam Kabinet Sjahrir.[1] Pada tahun 1946-1947, ia menjabat sebagai sekretaris Perdana Menteri/Dewan Menteri di Jakarta.[1] Pada tahun 1950-1961, Subadio menjadi ketua Panitia Sensor Film di Jakarta.

Selain jabatan tetapnya itu, ia aktif dalam mengikuti kongres-kongres yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.[1] Pada tahun 1968, ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).[1] Untuk jasa-jasanya, Maria Ulfah Subadio dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II pada tahun 1961; Bintang Maha Putera Utama (1973).[1]

Semasa hidupnya Subadio menikah dua kali, yang pertama dengan Mr. Santoso (1848), dan dengan Soebadio Sastrosatomo yang aktif dalam gerakan kemerdekaan Republik Indonesia, anggota KNIP, Parlemen Republik Indonesia Sementara, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara, dan DPR hasil Pemilu I (1955).[1]

Riwayat

[sunting | sunting sumber]
Maria Ulfah pada Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada Juni 1950 di Jakarta.

Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden Mochammad Achmad dan Raden Ayu Chadidjah Djajadiningrat yakni saudara dari Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat dan Achmad Djajadiningrat. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke-20 selesai menempuh pendidikan di HBS (setingkat SMA). Mochammad Achmad kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan.

Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke Belanda bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di Leiden. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki.

Di Belanda, ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/i Leiden, Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden (VVSL). Keinginan untuk ikut serta dalam gerakan emansipasi wanita berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di Belanda. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan Haji Agus Salim yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal di Belanda. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. Muhammad Hatta juga sering hadir di sana.

Di Belanda Maria Ulfah mengenal Sjahrir lewat iparnya, Djoehana Wiradikarta. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut Mao Zedong. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan “Indonesie klaagt aan" (Indonesia Menggugat). Bersama Sjahrir Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik.

Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di Belanda saat nanti ia kembali ke Indonesia. Ide Sjahrir rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun menjadi wanita Indonesia pertama yang memperoleh gelar Mesteer/Mr. (sarjana hukum).[2]

Di Indonesia Sjahrir mendirikan Partai Sosialis. Belum ditemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan Sjahrir. Namun yang jelas, oleh Presiden Soekarno Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI.[3]

Aktivis hak-hak perempuan Indonesia Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan Kuningan dan Linggarjati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di Gedung Perundingan Linggarjati, sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggarjati sendiri Sjahrir yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi.

Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggarjati kepada Sjahrir. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggarjati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak Indonesia dan Belanda sempat menemui jalan buntu.

Soekarno dan Hatta yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta (sebagai ibu kota sementara), menawarkan Yogyakarta sebagai tempat perundingan. Sudah pasti pilihan itu ditolak mentah-mentah oleh Belanda karena mereka justru menginginkan perundingan dilaksanakan di Jakarta yang saat itu mereka kuasai.

Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen Cirebon, Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang Linggajati, sementara Soekarno-Hatta bermalam di pendopo Kabupaten Kuningan. Pendek cerita, dilaksanakanlah Perundingan Linggajati yang Draftnya ditandatangani pada 15 November 1946 di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sementara penandatanganan resmi dilakukan pada 25 Maret 1947.

Meninggal dunia

[sunting | sunting sumber]
Makam Maria Ulfah Subadio di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Jakarta

Maria Ulfah Santoso menghembuskan napas terakhir pada 15 April 1988. Ia dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta.[4]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia) Itje dari Serang Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Maria Ulfa,Sjahrir dan Kuningan[pranala nonaktif permanen]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3317
  2. ^ "HARUS KAMU TAHU : Maria Ulfah menjadi perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar Sarjana Hukum". munasprok.go.id. Diakses tanggal 2023-11-14.
  3. ^ Penerangan, Indonesia Departemen (1955). Tjalon-tjalon Dewan Perwakilan Rakjat untuk pemilihan umum I 1955. Kementerian Penerangan, Bag. Dokumentasi.
  4. ^ PROKLAMASI, MUSEUM PERUMUSAN NASKAH (2017-12-22). "Maria Ulfah: Tokoh Pejuang Kemerdekaan Wanita dan Bangsa". Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Diakses tanggal 2023-11-14.
Didahului oleh:
A.D. Tjokronegoro
Menteri Sosial
1946–1947
Diteruskan oleh:
Soeparjo
  • l
  • b
  • s
Indonesia Anggota BPUPKI
  • K.H. Abdul Fatah Hasan
  • K.H. Abdul Halim Majalengka
  • Raden Abdul Kadir
  • Abdul Kaffar
  • Abdoel Kahar Moezakir
  • R. Abdulrahim Pratalykrama
  • Abdurrahman Baswedan
  • K.H. Abdul Wahid Hasjim
  • R. Abikoesno Tjokrosoejoso
  • Agus Musin Dasaad
  • Haji Agus Salim
  • K.H. Ahmad Sanusi
  • Mr. R. Achmad Soebardjo
  • Mr. Alexander Andries Maramis
  • Mas Aris
  • Ir. R. Ashar Sutejo Munandar
  • R. Asikin Natanegara
  • Ki Bagoes Hadikoesoemo
  • Mr. Mas Besar Mertokusumo
  • BPH Bintoro
  • Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
  • Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjaja Koesoema
  • Ki Hadjar Dewantara
  • Drs. Moh. Hatta
  • Mr. R. Hindromartono
  • Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat
  • Ichibangase Yosio
  • Mr. Johannes Latuharhary
  • Liem Koen Hian
  • K.H. Mas Mansoer
  • R.M. Margono Djojohadikoesoemo
  • Mr. R.A. Maria Ulfah Santoso
  • K.H. Masjkur
  • Ir. Pangeran Mohammad Noor
  • Oey Tiang Tjoei
  • Oei Tjong Hauw
  • R. Otto Iskandar di Nata
  • Parada Harahap
  • P.F. Dahler
  • R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
  • Pangeran Poeroebojo
  • Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
  • R. Ruslan Wongsokusumo
  • Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo
  • Dr. Samsi Sastrawidagda
  • Mr. R.M. Sartono
  • Mr. R. Sastromulyono
  • Mr. Raden Panji Singgih
  • R.N. Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
  • Mr. R. Raden Sjamsoeddin
  • Dra. KRMH Sosrodiningrat
  • Raden Sudirman
  • R. Sukarjo Wiryopranoto
  • Ir. Soekarno
  • Dr. Soekiman Wirjosandjojo
  • Dr. R. Sulaiman Effendi Kusumah Atmaja
  • Prof. Mr. Dr. Soepomo
  • Ir. R.M. Panji Surachman Cokroadisuryo
  • R.M.T. Ario Soerjo
  • Pangeran Soerjohamidjojo
  • R.P. Soeroso
  • Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo
  • Mas Sutardjo Kertohadikusumo
  • Mr. R. Soewandi
  • Tan Eng Hoa
  • R.A.A. Wiranatakusumah V
  • K.R.M.T. Wongsonegoro
  • RMTA Wuryaningrat
  • Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Maria_Ulfah_Santoso&oldid=27547123"
Kategori:
  • Kelahiran 1911
  • Kematian 1988
  • Meninggal usia 76
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif Mei 2021
  • Anggota BPUPKI
  • Aktivis hak perempuan Indonesia
  • Aktivis perempuan Sunda
  • Intelektual Sunda
  • Pejuang HAM Indonesia
  • Politikus Partai Sosialis Indonesia
  • Politikus perempuan Indonesia
  • Tokoh hukum Indonesia
  • Tokoh hukum Sunda
  • Tokoh pergerakan Sunda
  • Tokoh politik Sunda
  • Tokoh Banten
  • Tokoh dari Kuningan
  • Tokoh dari Serang
  • Anggota Dewan Pertimbangan Agung
  • Menteri Sosial Indonesia
  • Menteri Kabinet Sjahrir II
  • Menteri Kabinet Sjahrir III
  • Alumni Universitas Leiden
  • Tokoh Hindia Belanda
  • Tokoh Orde Lama
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 18 Agustus
  • Tanggal kematian 15 April
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan paramater tanggal tidak valid pada templat
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen

Best Rank
More Recommended Articles