Matsya
Matsya | |
---|---|
Awatara Wisnu berwujud ikan | |
Anggota Dasawatara | |
![]() | |
Dewanagari | मत्स्य |
Afiliasi | Awatara Wisnu |
Mantra | Om Namo Bhagavate Matsya Devaya |
Pemujaan | |
Perayaan | Matsya Jayanti |
Atribut | |
Senjata | Cakra Sudarsana, Kaumodaki |
Suksesi Dasawatara | |
Sebelumnya | ― |
Berikutnya | Kurma |
Keluarga | |
Pasangan | Laksmi[1] |
Matsya (Dewanagari: मत्स्य; IAST: Matsya ) adalah awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa menurut kepercayaan Hindu.[2] Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan.[3][4] Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, dewa matahari. Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.[5]
Kisah dengan tema serupa juga ditemukan dalam kisah Nabi Nuh menurut agama Abrahamik, yang konon membuat bahtera besar untuk melindungi umatnya dari bencana air bah yang melanda bumi. Kisah dengan tema yang sama juga ditemukan di beberapa negara, seperti kisah dari penduduk asli Amerika dan dari Yunani.
Mitologi
Kisah tentang Matsya dapat disimak dalam Matsyapurana dan juga Purana lainnya. Diceritakan bahwa pada saat Raja Satyabrata (yang lebih dikenal sebagai Waiwaswata Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil menghampiri tangannya dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya ia memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat tinggal ikan tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir memenuhi seluruh kolam. Akhirnya ia memindahkan ikan tersebut ke kolam yang lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya dia sadar bahwa ikan yang ia pelihara bukanlah ikan biasa.[6]
Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Dalam versi lain, ikan itu dibawa ke samudra. Ikan itu sendiri menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana air bah yang sangat hebat selama tujuh hari. Ikan itu berpesan agar sang raja membuat sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, dan mengisi bahtera tersebut dengan berbagai makhluk hidup yang setiap jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan), serta membawa obat-obatan, makanan, bibit segala macam tumbuhan, dan mengajak Saptaresi (tujuh nabi).[7][8] Ikan tersebut juga menambahkan bahwa setelah banjir besar tiba, diharapkan agar bahtera tersebut diikat ke tanduk sang ikan dengan naga Basuki sebagai talinya. Setelah menyampaikan seluruh pesan, ikan ajaib tersebut menghilang.[9]
Menurut Matsyapurana, seratus tahun kemudian, kekeringan yang hebat melanda bumi. Banyak makhluk yang mati kelaparan. Kemudian, langit dipenuhi oleh tujuh macam awan yang mencurahkan hujan lebat tak terhentikan. Dengan cepat, air yang dicurahkan menutupi daratan di bumi. Oleh karena Waiwaswata Manu sudah membuat bahtera sesuai dengan petunjuk yang disampaikan awatara Wisnu, maka ia beserta pengikutnya selamat dari bencana.[10][11]
Penggambaran

Matsya digambarkan dalam dua jenis: berwujud ikan sepenuhnya (zoomorfik) atau berwujud manusia ikan dan sebaliknya (antropomorfik). Kitab Agnipurana menguraikan wujud Matsya yang zoomorfik.[12] Kitab Wisnudharmottarapurana menyarankan agar Matsya digambarkan sebagai ikan bertanduk.[13]
Dalam wujud antropomorfik, bagian atas tubuhnya berbentuk manusia berlengan empat, sementara bagian bawahnya berwujud ikan. Bentuk tubuh atasnya menyerupai Wisnu yang memakai busana tradisional dan kirita-mukuta (mahkota mengerucut) sebagaimana yang biasa dikenakan Wisnu. Dua tangannya memegang Cakra Sudarsana (cakram) dan sebuah sangka, atribut yang umum dibawa oleh Wisnu. Sementara dua tangan lainnya membentuk gestur waradamudra yang melimpahkan anugerah kepada pemujanya, dan abhayamudra, yang menjamin keselamatan bagi para umatnya.[14] Dalam penggambaran yang lain, ia ditampilkan membawa keempat atribut Wisnu, masing-masing bernama Cakra sudarsana, sangka, gada, dan teratai.
Dalam beberapa penggambaran, Matsya tampak dengan empat lengan seperti Wisnu, yang satu memegang cakra, yang lainnya sangka, sedangkan dua lainnya memegang pedang dan kitab yang melambangkan terselamatkannya Weda dari tangan raksasa. Di dadanya ada selempang anggawastra, sementara pinggulnya ditutupi kain mirip dhoti.[15]
Dalam penggambaran yang langka, tubuhnya berbentuk manusia kecuali bagian atas (atau hanya kepala saja) yang masih berbentuk ikan. Versi berwajah ikan ini terdapat di kuil Chennakesava, Somanathapura.[16]
Matsya dapat digambarkan sendirian atau tampak sedang bertarung dengan raksasa. Seorang raksasa bernama Sangkasura yang muncul dari kerang laut kadangkala digambarkan sedang menyerang Matsya dengan pedang. Keduanya digambarkan berada di lautan, sementara Dewa Brahma (atau pustaka, atau empat manusia) yang melambangkan Weda digambarkan di latar belakangnya.[15] Dalam beberapa ilustrasi, Matsya digambarkan sebagai ikan yang menarik bahtera yang ditumpangi Manu dan Saptaresi.
Lihat pula
Referensi
- ^ Jośī, Kanhaiyālāla (2007). Matsya mahāpurāṇa: An exhaustive introduction, Sanskrit text, English translation, scholarly notes and index of verses. Parimal Publications. ISBN 9788171103058. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 April 2023. Diakses tanggal 10 July 2022.
- ^ Ninan, M. M. (2008-06-23). The Development of Hinduism (dalam bahasa Inggris). Madathil Mammen Ninan. hlm. 234. ISBN 978-1-4382-2820-4. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 October 2022. Diakses tanggal 10 July 2022.
- ^ Mayrhofer, Manfred (1996). Entry “mátsya-”. In: Etymologisches Wörterbuch des Altindoarischen [Etymological Dictionary of Old Indo-Aryan] Volume II. Heidelberg: Carl Winter Universitätsverlag, 1996. pp. 297-298. (In German)
- ^ Bandyopadhyaya, Jayantanuja (2007). Class and Religion in Ancient India (dalam bahasa Inggris). Anthem Press. hlm. 136. ISBN 978-1-84331-332-8. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 October 2022. Diakses tanggal 10 July 2022.
- ^ Valborg, Helen (2007). Symbols of the Eternal Doctrine: From Shamballa to Paradise (dalam bahasa Inggris). Theosophy Trust Books. hlm. 313. ISBN 978-0-9793205-1-4. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 October 2022. Diakses tanggal 10 July 2022.
- ^ Alain Daniélou (1964). The Myths and Gods of India: The Classic Work on Hindu Polytheism from the Princeton Bollingen Series. Inner Traditions. hlm. 166–167 with footnote 1. ISBN 978-0-89281-354-4.
- ^ Ronald Inden; Jonathan Walters; Daud Ali (2000). Querying the Medieval: Texts and the History of Practices in South Asia. Oxford University Press. hlm. 180–181. ISBN 978-0-19-535243-6.
- ^ Bibek Debroy; Dipavali Debroy (2005). The history of Puranas. Bharatiya Kala. hlm. 640. ISBN 978-81-8090-062-4.
- ^ "The Mahabharata, Book 3: Vana Parva: Markandeya-Samasya Parva: Section CLXXXVI". www.sacred-texts.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 October 2019. Diakses tanggal 2020-01-12.
- ^ Dalal, Roshen (2014-04-18). Hinduism: An Alphabetical Guide (dalam bahasa Inggris). Penguin UK. ISBN 978-81-8475-277-9. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 8 October 2022. Diakses tanggal 10 July 2022.
- ^ "Satapatha Brahmana Part 1 (SBE12): First Kânda: I, 8, 1. Eighth Adhyâya. First Brâhmana". www.sacred-texts.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 10 April 2021. Diakses tanggal 2019-12-28.
- ^ Shastri, Bhatt & Gangadharan 1998, hlm. 129.
- ^ Shah 1990, hlm. 240.
- ^ Rao 1914, hlm. 127.
- ^ a b British Museum; Anna Libera Dallapiccola (2010). South Indian Paintings: A Catalogue of the British Museum Collection. Mapin Publishing Pvt Ltd. hlm. 78, 117, 125. ISBN 978-0-7141-2424-7. Diakses tanggal 13 January 2013.
- ^ "Ancient India". www.art-and-archaeology.com. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 January 2012. Diakses tanggal 13 January 2013.
Pranala luar
- (Inggris) VyasaMahabharata.com: The parallelism of Noah’s ark with Matsya Avatar Diarsipkan 2010-11-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Sai Austin.org: Matsya Avatar[pranala nonaktif permanen]
- (Inggris) Kidsgen.com: Matsya Avatar and Hayagriva
Sebelumnya: – |
Awatara Wisnu pertama |
Berikutnya: Kurma |
---|