More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Pertempuran Kroya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Kroya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pertempuran Kroya

  • English
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Kroyo
Bagian dari Perang Diponegoro
Tanggal1 Oktober 1828
LokasiKroyo, Purworejo. Kesultanan Yogyakarta
Hasil Kemenangan pemberontak
Pihak terlibat
Hindia Belanda Pemberontak pribumi
Tokoh dan pemimpin
Mayor Buschkens Kerto Pengalasan
Kekuatan
ca 250 ca 2,000 (Klaim Belanda)
Korban
151–161 tewas Ringan
  • l
  • b
  • s
Perang Diponegoro
  • Tegalrejo
  • Benteng Vredeburg
  • Yogyakarta
  • Selarong
  • Ngawi
  • Pleret
  • Lengkong
  • Kejiwan
  • Delanggu
  • Gawok
  • Kotagede
  • Rembang
  • Kroya
  • Nanggulan
  • Siluk
  • Gunung Kelir

Pertempuran Kroyo adalah pertempuran yang terjadi pada 1 Oktober 1828 selama berlangsungnya peristiwa Perang Diponegoro yang bertempat di Desa Kroyo, Purworejo, Kesultanan Yogyakarta (kini Jawa Tengah). Pertempuran ini terjadi ketika barisan pasukan Belanda mengejar sekelompok kecil pemberontak, lalu mereka berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari apa yang diduga sebelumnya. Barisan pasukan Belanda kelak dikalahkan dalam sebuah penyergapan oleh para pemberontak.

Pendahuluan

[sunting | sunting sumber]

Pada 1828, Belanda melakukan pembangunan benteng secara intensif untuk mencegah para pemberontak menguasai wilayah teritorial Perang Jawa. Pasukan Belanda di bawah komando Hendrik Merkus de Kock mengerahkan delapan barisan pasukan dengan masing-masing barisan berkekuatan 500 tentara, untuk mengalahkan pasukan Diponegoro.[1] Salah satu barisan pasukan Belanda, dipimpin oleh Mayor Buschkens yang beroperasi di wilayah sebelah barat Yogyakarta, sekitar Sungai Bogowonto.[2]

Pertempuran

[sunting | sunting sumber]

Pada 30 September 1828, unit pasukan Buschkens melakukan pengejaran terhadap sekelompok pasukan pemberontak, karena mereka menerima informasi tentang kelompok tersebut menyeberangi sungai Bogowonto.[3] Menurut laporan awal pasukan Belanda, kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Kerto Pengalasan, berjumlah 300 orang. Namun, ketika pasukan Buschkens berhadapan dengan kelompok pemberontak, jumlah pasukan pemberontak bertambah hingga 2,000 orang.[4] Buschkens memimpin satu barisan tentara infanteri, bersama dengan 80 tentara kavaleri. Pada awalnya, Buschkens menahan diri untuk tidak menyerang kelompok pemberontak tersebut, karena jumlah pasukannya terlalu besar untuk menghadapi pemberontak. Alih-alih menyerang, Buschkens membayangi kelompok tersebut dan berhasil mencegah mereka untuk menyeberangi sungai lainnya. Hal ini berlanjut hingga malam hari. Keesokan harinya, pasukan pemberontak bergerak ke hulu dan berhasil menyeberangi sungai yang tidak dijaga. Pasukan Buschkens terus membayangi pasukan pemberontak tanpa menyadari bahwa mereka tengah digiring untuk disergap di dekat Desa Kroyo.[3]

Ketika kedua pasukan berhadap-hadapan, Buschkens memerintahkan pasukan kavalerinya untuk menyerang pemberontak dengan bantuan pasukan dari Yogyakarta dalam barisan tersebut. Kemudian para pemberontak membuat strategi perangkap dengan muncul dari tempat-tempat persembunyian, lalu melakukan serangan dari belakang atas sisa tentara infanteri Belanda, termasuk unit-unit tambahan warga pribumi yang didatangkan dari Sumenep dan Tegal. Pasukan Belanda dengan cepat dikepung dan berhasil dikalahkan. Buschkens melarikan diri dari medan pertempuran bersama dengan pasukan kavalerinya.[5] Dalam laporannya kepada de Kock, Buschkens mencatat kehilangan pasukannya yang berjumlah antara 151 dan 161 tewas dalam pertempuran, termasuk 5 prajurit Eropa. Sebagian besar korban pasukan Buschkens berasal dari pasukan infanteri yang berada di belakangnya. Ia juga menyatakan bahwa selain pasukan kavaleri yang sebagian besar masih utuh, hanya dua belas orang pasukan infanteri yang berhasil bergabung kembali dengannya setelah kekalahan tersebut.[6]

Kesudahan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun meraih kemenangan, situasi pasukan pemberontak tidak lah membaik karena Belanda terus membatasi pergerakan pasukan pemberontak dengan menerapkan strategi Benteng Stelsel.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Djamhari, Saleh A. (2002). Stelsel benteng dalam pemberontakan Diponegoro 1827-1830: suatu kajian sejarah perang (Thesis). University of Indonesia. hlm. 189–190.
  2. ^ Djamhari 2002, hlm. 226.
  3. ^ a b De Klerck, Eduard Servaas; Louw, Johan Frederik (1905). De Java-oorlog Van 1825-30, Vierde Deel [The Java War of 1825-30, Vol 4] (dalam bahasa Belanda). Batavia Landsdrukkerij. hlm. 492–493.
  4. ^ De Klerck & Louw 1905, hlm. 496.
  5. ^ De Klerck, Eduard Servaas; Louw, Johan Frederik (1905). De Java-oorlog Van 1825-30, Vierde Deel [The Java War of 1825-30, Vol 4] (dalam bahasa Belanda). Batavia Landsdrukkerij. hlm. 492–493.
  6. ^ De Klerck & Louw 1905, hlm. 494.
  7. ^ Carey, Peter B. R. (20 Maret 2015). The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855 (dalam bahasa Inggris). BRILL. hlm. 649. ISBN 978-90-6718-303-1.
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pertempuran_Kroya&oldid=27658218"
Kategori:
  • Konflik dalam tahun 1828
  • Perang Diponegoro
  • Kabupaten Purworejo
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • CS1 sumber berbahasa Belanda (nl)
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)

Best Rank
More Recommended Articles