Pulau Bali
![]() Peta Pulau Bali | |
Geografi | |
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 8°20′06″S 115°05′17″E / 8.33500°S 115.08806°E |
Kepulauan | Kepulauan Nusa Tenggara |
Luas | 5.416 km2 |
Titik tertinggi | Gunung Agung (3.142 m) |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Bali |
Kabupaten/kota | Jembrana, Buleleng, Karangasem, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Kota Denpasar |
Kota terbesar | Kota Denpasar |
Kependudukan | |
Penduduk | 4.275.894 jiwa (31 Desember 2023[1]) |
Kelompok etnik | Suku Bali, Bali Aga, Jawa, Loloan, dan lain-lain |
![]() |
Pulau Bali adalah salah satu pulau di Indonesia yang berada dalam gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Ibu Kota sekaligus pusat pemerintahan utama Provinsi Bali berada di pulau Bali yaitu Kota Denpasar dengan jumlah penduduk mencapai 670.210 jiwa pada tahun 2024 dengan Kepadatan penduduk 124 jiwa/km2. Pada 2023 jumlah penduduk pulau Bali adalah 4.275.894 jiwa.
Pulau Bali dikenal dengan julukannya yaitu Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura yang diadopsi menjadi julukan Provinsi Bali
Etimologi
Nama Bali dibuktikan dalam prasasti Bali kuno sebagai bagian dari kata majemuk *Vāli-dvīpa* (atau *Wāli-dvīpa*), di mana dalam bahasaSansekerta **dvīpa** (Sansekerta: द्वीप) berarti “pulau”.[2]
Salah satu pengesahan paling awal dari *Vāli-dvīpa* terdapat pada prasasti Pilar Belanjong (Blanjong), bertanggal Tahun Saka 835 / bulan Phalguna, pada masa pemerintahan Raja Sri Kesari Warmadewa (c. 914 M).[3]
Arti sebenarnya dari elemen *Vāli* (atau *Bali*) dalam *Vāli-dvīpa* tidak diketahui secara pasti. Beberapa hipotesis interpretasi meliputi:
- Bahwa *Bali* berasal dari bahasa Sanskerta *bali* (बलि), yang berarti "persembahan", "upeti", atau "pengorbanan", sehingga menjadikan *Bali-dvīpa* sebagai "Pulau persembahan" atau "Pulau pengorbanan".
- Bahwa *Vāli* mungkin berkaitan dengan istilah yang menandakan "kekuatan", atau "daya", atau mungkin merupakan variasi fonetik (yaitu pergantian *b* dan *v*) yang umum dalam epigrafi, yang menyiratkan makna seperti "Pulau kekuatan" atau yang serupa.
Referensi
- Damais, Louis-Charles. “Études balinaises: I. La colonnette de Sanur (Pilar Belanjong)”. *Bulletin de l’École française d’Extrême-Orient*. Vol. 47, 1947, hlm. 127-130.
- Bernet Kempers, A. J. *Bali Monumental: Pengantar Arkeologi Bali & Panduan Monumen*. Periplus Editions, 1991, hlm. 35-36.
Geografi
Pulau Bali terletak di sebelah timur Pulau Jawa dan sebelah barat Pulau Lombok.[4] Jarak dengan ujung tertimur Pulau Jawa yaitu 1,6 km.[4] Titik tertinggi pulau ini yaitu Gunung Agung dengan tinggi 3.142 meter.[5]
Geologi
Pulau Bali tersusun dari gunung-gunung berapi berusia muda di utara dan sebuah semenanjung, yaitu Semenanjung Bukit, di sebelah selatan. Kedua sisi ini dihubungkan oleh dataran rendah dan tanah genting aluvial.
Semenanjung Bukit dan Pulau Nusa Penida tersusun dari batugamping Neogen Tua. Formasi batuan tersebut dapat dikorelasikan dengan formasi batuan yang menyusun Semenanjung Blambangan di Jawa Timur dan formasi batuan di Selatan Lombok. Ketiganya mengindikasikan bagian dari Zona Pegunungan Selatan Jawa.
Di sebelah utara terdapat jajaran gunung api berarah barat daya - timur laut. Gunung batukaru berada di ujung selatan menjadi puncak yang tertinggi, kemudian di arah timur lautnya terdapat Gunung Sanghyang, Puun, Lesung, dan Tapak. Gunung Lesung dan Tapak berada di atas struktur Kaldera Bratan. Bagian timur Bali terdapat Kompleks Gunung Batur dan Gunung Agung.[6]
Demografi
Penduduk pulau ini mayoritas adalah orang Bali yang menggunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris juga banyak dimengerti. Pulau Bali setiap tahunnya mendapat jumlah kunjungan turis yang tinggi, baik dari turis domestik maupun mancanegara, sehingga selain orang Bali, sering dijumpai banyak orang non-Bali, terutama di kota-kota besar, maupun tempat-tempat wisatanya.
Sejarah
Penghuni pertama pulau Bali [1] Diarsipkan 2021-04-17 di Wayback Machine. diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[7] Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[8] Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM.[9]
Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Bali Dwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekukuh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai titk darah penghabisan atau perang puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.
Referensi
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023". Diakses tanggal 2024-05-27.
- ^ Damais, Louis-Charles. "Études balinaises: I. La colonnette de Sanur (Pilar Belanjong)". Bulletin de l’École française d’Extrême-Orient. 47: 127–130.
- ^ Damais, Louis-Charles (1947). "Études balinaises: I. La colonnette de Sanur". Bulletin de l’École française d’Extrême-Orient. 47 (2): 127–130.
- ^ a b "Bali | island and province, Indonesia". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-14.
- ^ name=":0" /
- ^ Van Bemmelen, R.W. (May 1949). The Geology of Indonesia. Den Haag: V.F.A. Government Printing Office. hlm. 505.
- ^ Taylor (2003), hlm. 5, 7; Hinzler (1995)
- ^ Taylor (2003), hlm. 12; Lonely Planet (1999), hlm. 15.
- ^ Purwanto, Antonius (2020-08-26). "Provinsi Bali". kompas.id. Diakses tanggal 2025-05-06.
Pustaka
- Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.