Y.S. Agus Suseno
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 23 Agustus 1964 ![]() Banjarmasin ![]() |
Kematian | 12 September 2024 ![]() Banjarmasin ![]() |
Data pribadi | |
Agama | Islam ![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan | sastrawan, penyair, penulis ![]() |
Yusran Salman Agus Suseno, atau dikenal dengan nama Y.S. Agus Suseno (23 Agustus 1964 – 12 September 2024) adalah seorang sastrawan, penulis, dan penyair dari Kalimantan Selatan.[1]
Kehidupan awal
Dia dilahirkan di Banjarmasin pada 23 Agustus 1964. Sejak kecil, dia kerap menghabiskan waktunya bersama buku-buku bacaanya untuk menemani kesepiannya ditinggal sang ayah saat masih kecil, sehingga cara inilah yang membuat dia mengenal dunia sastra.[1]
Dia mulai gemar menulis puisi sejak usia 17 tahun, yaitu sekitar awal 1980-an. Saat itu, dia menulis puisi untuk dikirimkan ke acara puisi di radi swasta. Selain itu, dia juga menulis puisi untuk acara puisi Untaian Mutiara Sekitar Ilmu dan Seni (UMSIS) yang dikelola Hijaz Yamani di RRI Banjarmasin dan untuk Banjarmasin Post dalam rublik "Dahaga". Sejak saat itulah, dia aktif mempublikasikan karya-karyanya berupa puisi, cerpen, esai sastra, dan reportase seni budaya di berbagai media lokal dan nasional, seperti Dinamika Berita, Media Masyarakat, Banjarmasin Post, Barito Post, Kalimantan Post, Swadesi, Suara Karya, Sinar Harapan, Pelita, Merdeka, Berita Buana, Bali Post, Yogya Post, Minggu Pagi, Surya, Surabaya Post, Kompas, dwimungguan Mutiara, majalah Hai, Nona, Nova, Senang, dan Cerita Remaja.[2]
Kiprah
Puisi
Di tingkat lokal, dia pernah memenangkan Lomba Karya Tulis Kepahlawanan se-Kalimantan Selatan pada tahun 1984, Sayembara Menulis Puisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Sastrawan Indonesia (HIMSI) Kalimantan Selatan pada tahun 1985, Sayembara Menulis Puisi Berbahasa Banjar dalam rangka Hari Jadi kota Banjarmasin ke-462 pada tahun 1988, Lomba Syair UMSIS RRI Banjarmasin pada tahun 1989, dan Sayembara Menulis Puisi Berbahasa Banjar dalam rangka Hari Jadi Kota Banjarmasin ke-464 (1990).[2]
Bulan Juni 1990, puisinya yang berjudul Menulis Sajak, Membuka Cakrawala, Membaca Sejarah terpilih menjadi salah satu dari 10 Puisi Terbaik non peringkat Lomba Cipta Puisi se-Indonesia oleh Sanggar Minum Kopi, Bali, dengan juri Syahruwardi Abbas, Frans Nadjira, dan Umbu Landu Paranggi. Pada Juni 1994, puisinya menjadi nominasi dalam dua lomba cipta puisi nasional yang masing-masing diadakan oleh majalah Trubus dan Yayasan Taraju Ekspresi Budaya di Padang, Sumatera Barat.[2]
Pada 10 Desember 1989, Busur Sastra dan Teater Balambika, Himpunan Pecinta Senin Indonesia (HIPSI), dan Taman Budaya Kalimantan Selatan menyelenggarakan pembacaan dan diskusi puisi karyanya, yang dihadiri oleh Micky Hidayat dan Noor Aini Cahya Khairani sebagai pembahas, serta Ajamuddin Tifani sebagai pembanding. Lalu pada 16 Februari 1991, dia tampil di Gedung Pemuda Banjarmasin dalam Pembacaan dan Diskusi Puisi Keprihatinan Sosial.[2]
Puisinya diterbitkan dalam sejumlah kumpulan bersama, antara lain Perjalanan (SMK, Denpasar, Bali, 1990), Sahayun (Yayasan Taraju Ekspresi Budaya, Padang, 1994), Cerita dari Hutan Bakau (Pustaka Sastra, Jakarta, 1994), Wasi (DKKS, Banjarmasin, 1999), Seribu Sungai Paris Barantai (Kotabaru, 2006), dan lain-lain. Selain itu, dia turut menjadi editor dalam penyuntingan dua buku kumpulan puisi, yaitu Di Batas Laut Eko Suryadi WS pada tahun 2005 dan Langkah Andi Amrullah pada tahun 2005.[2]
Teater
Sejak 1980-an, dia menjadi aktor teater, menulis naskah, dan menjadi sutradara setelah menjadi seniman di Taman Budaya Kalimantan Selatan, termasuk menjadi aktor teater karya Ajamuddin Tifani yang berjudul Abdul Hamid Abulung pada tahun 1985 dan Nyala di Selatan pada tahun 1989. Ketika bergabung menjadi anggota Teater Banjarmasin dari tahun 1990 sampai tahun 1998 yang sering menyelenggarakan teater mamanda, japin carita, wayang gung, dan babagungan, dia sering ikut serta dalam berbagai pagelaran mereka yang diadakan di berbagai tempat di dalam dan luar Kalimantan Selatan. Ketika mendirikan dan menjadi ketua pertama Sanggar Lawang (1994-1996), dia menulis naskah teater tradisi Banjar-nya yang pertama sebagai seorang pelatih dan pembina (1994-1998) sanggar, yaitu dalam bentuk japin carita, yang ditulis untuk Forum Apresiasi Seni Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (FAS FH ULM) dalam pagelaran Festival Musik Panting Kalimantan Selatan pada tahun 1994. Selain itu, dia juga bermain pertunjukan teater yang berjudul Batu Gila Batu Tatawa dalam Temu Taman Budaya dan Dewan Kesenian se-Indonesia di Taman Budaya Sulawesi Selatan di Makassar pada tahun 1992, dimana teater yang disutradari oleh Bakhtiar Sanderta ini merupakan cerita satire tentang kekuasaan absolut. [2]
Pada tahun 1995, dia juga mendukung pagelaran mamanda di Anjungan Kalimantan Selatan di Taman Mini Indonesia Indah dalam Pekan Budaya Banjar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kalimantan Selatan dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Setelah itu, dia mengisi acara Refleksi Setengah Abad yang daidakan oleh Taman Budaya Surakarta dengan membawa rombongan FAS FH ULM dengan mementaskan naskah yang ditulis dan disutradarainya, yaitu Penguasa Kampung.[2]
Pada tahun 1996, dia pernah mementaskan teater karya sutradara Bakhtiar Sanderta dalam Festival Nasional Teater di Bandung, Jawa Barat dalam lakon Abu Tamsil Siluman Lok Naga. Pada tahun 2007, dia juga memainkan teater karya sutradara yang sama dalam Festival Nasional Teater di Mataram, Nusa Tenggara Barat dalam lakon Sunduk dengan memvisualisasi salah satu sastra tradisi Banjar, yaitu lamut.[2]
Selain menjadi pemain teater, dia juga aktif menulsi beberapa naskah teater, antara lain Tasaluk Atawa Tasalah Sangka pada tahun 2002, yang diterbitkan dalam Kompilasi Naskah Hasil Pengolahan Seni Taman Budaya Kalimantan Selatan, dimana lembaga tersebut juga menerbitkan cerpennya yang berbahasa Banjar pada tahun 2004, yaitu Racun.[2]
Dia pernah menerima Hadiah Seni (bidang sastra) dari Gubernur Kalimantan Selatan pada tahun 2000.[2]
Aktivitas lain
Dia juga memprakarsai, memfasilitasi, dan terlibat dalam berbagai acara sastra, baik berupa diskusi, seminar, maupun berbagi lokakarya. Dia juga sering diminta menjadi juri dalam berbagai lomba, seperti lomba baca puisi, baca cerpen, musikalisasi puisi, berrcerita bahasa Banjar, dan festival teater.[2]
Dia juga menerbitkan beberapa buku, seperti Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung pada tahun 2023 yang merupakan kumpulan peribahasa bahasa Banjar dan Han Nyaman Ti Pang! Kambang Rampai Puisi Basa Banjar. Selain itu, pada tahun 2024, dia juga menerbitkan buku yang berjudul Sekelam Malam Sehitam Batu Bara dan Tanah Banjar Negeri Kesedihan sebagai bentuk kritisnya terhadap pemerintah dan mendukung gerakan #SaveMeratus, di samping dia juga menulis beberapa puisi yang terkait dengan hal teresebut, seperti Gunturnya Haka Hujannya Kada, Tanah Para Datu, dan lain-lain.[3]
Dia juga aktif menulis puisinya di akun Facebook, walau dia memutuskan meninggal medisa sosial pada Agustus 2022.[3] Dia juga merupakan salah satu kontributor Wikipedia bahasa Banjar dengan nama akun pengguna Y.S. Agus Suseno.
Kematian
Dia meninggal dunia pada Kamis, 12 September 2024 sekitar pukul 10.03 WITA di ruang ICU Rumah Sakit Islam Banjarmasin setelah perawatan akibat serangan jantung. Jenazahnya disalatkan di Masjid Al-Khair di Teluk Dalam, Banjarmasin Tengah, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Karang Paci di Jalan Ahmad Yani KM 23, Banjarbaru.[1][3]
Referensi
- ^ a b c Rizki, Riyad Dafhi. "Penyair "Kompor" itu Berpulang, Obituari YS Agus Suseno (1964-2024) - Radar Banjarmasin". Penyair "Kompor" itu Berpulang, Obituari YS Agus Suseno (1964-2024) - Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 2025-07-08.
- ^ a b c d e f g h i j k Saefudin; Dahliana; Musdalipah; Akbari, Siti; Abdinie, Rodisa Edwin; Wahyunengsih, Sri; Patricia, Nidya Triastuti; Sudarman, Yoga (2008). Ensiklopedia Sastra Kalimantan Selatan. Banjarbaru, Kalimantan Selatan: Balai Bahasa Banjarmasin. ISBN 9789796857616. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ a b c Andi, Muhammad (2024-09-26). "Mengenang YS Agus Suseno dari Panggung Taman Budaya Kalsel". Kanal Kalimantan. Diakses tanggal 2025-07-13.