Al-Wahn
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. (Agustus 2025) |
| Bagian dari seri |
| Islam |
|---|
Al-Wahn (bahasa Arab: الوهن, translit. al-Wahn) adalah istilah dalam Islam yang berarti kelemahan atau penyakit hati yang membuat seorang muslim terlalu mencintai kehidupan dunia dan takut terhadap kematian. Istilah ini dikenal dari hadis Nabi Islam Muhammad yang menyebutkan bahwa umat Islam akan berada dalam keadaan lemah ketika mereka terjangkit sifat ini.[1][2][3][4]
Etimologi
Kata al-Wahn (الوهن) dalam bahasa Arab secara harfiah berarti "kelemahan", "kelesuan", atau "rapuh". Dalam konteks hadis, makna al-Wahn lebih merujuk pada kelemahan spiritual dan mental, bukan kelemahan fisik.[4]
Istilah ini berasal dari sebuah hadis riwayat Abu Dawud:
"Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring."
Kemudian seseorang bertanya, "Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?"
Beliau menjawab: "Bahkan, jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah akan mencabut rasa takut dari hati musuh-musuh kalian terhadap kalian, dan Allah akan melemparkan al-wahn ke dalam hati kalian."
Mereka bertanya: "Apakah al-wahn itu wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab: "Hubbud-dunya (cinta dunia) dan karāhiyatul-maut (takut mati)."
— (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Maʼbud)
Pandangan
Dalam pandangan Islam, al-Wahn dianggap sebagai salah satu penyakit hati yang berbahaya karena melemahkan keberanian, semangat jihad, dan komitmen terhadap agama. Seorang muslim yang terjangkit al-Wahn lebih mengutamakan kesenangan dunia dan menghindari pengorbanan di jalan Allah.[5]
Konsep al-Wahn sering dikaitkan dengan melemahnya kekuatan umat Islam secara politik, sosial, dan moral. Dalam literatur dakwah, al-Wahn disebut sebagai penyebab utama umat kehilangan wibawa di hadapan musuh-musuhnya.[6]
Ciri-ciri
Penyakit al-Wahn secara umum ditandai dengan terlalu sibuk dengan urusan dunia dan lalai terhadap akhirat. Dalam literatur dakwah, beberapa tanda yang sering disebutkan antara lain:
Menunda-nunda taubat
Seseorang merasa masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki diri, seolah-olah ada jaminan hidup hingga esok hari. Sikap ini bertentangan dengan peringatan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an yang berbunyi;
Taubat itu bukanlah bagi orang-orang yang berbuat kemaksiatan, sehingga apabila kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka lalu ia berkata, "Sungguh sekarang ini aku taubat.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi mereka Kami sediakan siksa yang pedih.
— (QS. An-Nisa [4] : 18)
yang menegaskan bahwa taubat tidak diterima ketika kematian sudah datang.
Takut mati karena belum siap bertemu Allah
Rasa takut ini lahir dari ketidakseimbangan antara membangun kehidupan dunia dan mempersiapkan bekal akhirat. Abu Hazim Salamah bin Dinar pernah menjelaskan bahwa orang yang takut mati adalah mereka yang “membangun dunia tetapi merobohkan akhirat,” sehingga enggan berpindah dari yang dibangun menuju yang dihancurkan.[7]
Berat beribadah tetapi ringan dalam urusan dunia
Contohnya mampu menghabiskan waktu lama untuk hiburan seperti bermain gim atau menonton pertandingan, namun merasa berat membaca Al-Qur'an atau menghadiri majelis ilmu. Fenomena ini mencerminkan hati yang condong kepada dunia lebih daripada mencari ampunan Allah.
Referensi
- ^ "Kenyataan Umat Islam : Al-Wahn | Almanhaj". almanhaj.or.id (dalam bahasa American English). 2006-09-27. Diakses tanggal 2025-08-13.
- ^ MSc, Muhammad Abduh Tuasikal (2013-05-31). "Cinta Dunia dan Takut Mati". Rumaysho.Com (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-08-13.
- ^ Centre, Jakarta Islamic (2023-01-09). "Bahaya Penyakit Wahn". Jakarta Islamic Centre (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-08-13.
- ^ a b "Inilah Penyakit Paling Berbahaya dari Corona, Dokter Pun Tak Bisa Mengobatinya". SINDOnews Kalam. Diakses tanggal 2025-08-13.
- ^ Shafie, Aminah Binti (2011-05-18). "Hadis al-wahn dan relevansinya dengan konteks kekinian".
- ^ Fitriansyah, Nuzul; Tsurayya, Rachma Vina (2020-03-02). "TAUHIDIC PARADIGM SEBAGAI BASIS DALAM MEWUJUDKAN UMAT BERAGAMA YANG TOLERAN DAN MODERAT". Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya. 3 (1): 50–63. doi:10.31538/almada.v3i1.480. ISSN 2599-2473.
- ^ Abu Nu'aim al-Ishfahani, Hilyatul Awliyaa' wa Thabaqaatul Ashfiyaa.

