Garis waktu sejarah LGBT
Bagian dari seri tentang |
LGBT |
---|
lesbian ∙ gay ∙ biseksual ∙ transgender |
![]() |
Berikut ini adalah garis waktu sejarah orang lesbian, gay, biseksual, transgender, dan kwir (LGBTQ).
Sebelum Masehi
Milenium ke-9 SM – milenium ke-3 SM
Abad ke-101 SM – abad ke-50 SM
- ca 9.600 SM – ca 5.000 SM – seni cadas zaman mesolitikum pada Grotta dell'Addaura di Sisilia menggambarkan figur lelaki di gua yang telah ditafsirkan secara beragam, termasuk sebagai pemburu, akrobat, inisiasi agama, hingga seks gay.[1][2]
Abad ke-70 SM – abad ke-17 SM
- ca 7.000 SM – 1.700 SM – di antara penggambaran jenis kelamin pada gambar dan patung neolitikum dan zaman perunggu di wilayah Laut Tengah, sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang penulis, terdapat figur manusia dengan "jenis kelamin ketiga" yang mempunyai payudara perempuan dan alat kelamin laki-laki ataupun tanpa ciri-ciri kelamin yang jelas. Pada Italia neolitikum, gambar perempuan ditemukan dalam konteks domestik, sedangkan gambar yang mengombinasikan karakteristik seksual muncul pada penguburan ataupun latar keagamaan. Pada Yunani dan Siprus neolitikum, figur yang ditemukan sering kali berkelamin ganda ataupun tanpa adanya ciri-ciri kelamin yang jelas.[3]
Milenium ke-3 SM
Abad ke-29 SM – abad ke-25 SM
- ca 2.900 SM – 2.500 SM – pada kuburan di pinggiran kota Praha, Republik Ceko, seorang pria dimakamkan dengan pakaian yang biasa dikenakan oleh perempuan. Para arkeolog berspekulasi bahwa makam tersebut milik seorang transgender, atau seseorang dengan jenis kelamin ketiga.[4]
Abad ke-24 SM
- ca 2.400 SM – Khnumhotep dan Niankhkhnum diyakini beberapa pengamat sebagai sebagai pasangan sesama jenis pertama dalam catatan sejarah, meski yang lain berpendapat bahwa mereka hanya saudara. [2]
Abad ke-23 SM atau abad ke-23 SM – abad ke-22 SM
- 2.284 SM – 2246 SM – Pepi II Neferkare, yang memerintah Kerajaan Mesir sebagai raja absolut dengan gelar Firaun Mesir, diyakini memiliki interpretasi homoseksual terkait dengan kunjungan malamnya ke Jenderal Sasenet, meskipun yang lain berpendapat bahwa mungkin cerita itu dimaksudkan untuk mencoreng reputasi Firaun dengan mengaitkan homoseksualitas padanya.[5][6][7][8][9]
Milenium ke-2 SM
Abad ke-18 SM
- ca 1775 SM – ca 1761 SM – Pada masa pemerintahan Raja Zimri-Lim dari Kerajaan Mari, ia tercatat memiliki kekasih laki-laki.[10]
Abad ke-15 SM
- ca 1500 SM – ca 1101 SM – Undang-Undang Assura dari Kekaisaran Asyur Kuno atau Kekaisaran Asyur Pertengahan, menetapkan ketentuan berikut mengenai pemerkosaan terhadap laki-laki:[11][12][13][14][15][16]
"Jika seorang lelaki berkata pada lelaki lain, baik secara pribadi ataupun dalam perkelahian, "Istrimu berzina; aku sendiri yang akan menuntutnya," tetapi ia tak dapat mendalilkan tuduhannya, dan tidak dapat membuktikannya, ia harus dicambuk, dihukum kerja paksa selama sebulan untuk raja, dipotong (bagian tubuhnya), dan membayar satu talenta timah."
— Undang-Undang Assura, §18"Jika seorang pria diam-diam telah memulai rumor tentang tetangganya dengan mengatakan, "Ia (yang laki-laki) telah mengizinkan pria untuk berhubungan seks dengannya," ataupun dalam suatu pertengkaran ia telah berkata di hadapan orang lain, "laki-laki pernah berhubungan seks denganmu," dan kemudian (ia berkata), "Aku sendiri yang akan mengajukan tuntutan kepadamu," tetapi kemudian ia tak dapat mendalilkan tuduhan itu, dan tidak dapat membuktikannya, pria itu harus dicambuk, dihukum kerja paksa selama satu bulan untuk raja, dipotong (bagian tubuhnya), dan membayar satu talenta timah."
— Undang-Undang Assura, §19"Jika seorang lelaki pernah berhubungan seks dengan tetangganya, ia telah didakwa dan dihukum, dia harus dianggap najis dan dijadikan kasim."
— Undang-Undang Assura, §20
Milenium pertama SM
Abad ke-10 SM – Abad ke-6 SM
- ca 1000 SM – ca 500 SM – Kitab Videvdat berasal dari periode ini[17][18] dan dalam teksnya disebutkan hal berikut:
"Ahura Mazda menjawab: 'Lelaki yang tidur dengan lelaki sebagaimana lelaki tidur dengan perempuan, atau sebagaimana perempuan tidur dengan lelaki, lelaki itu adalah Daeva; ini adalah lelaki yang menyembah para Daeva, itu adalah lelaki simpanan-nya Daeva, itu adalah perempuannya para Daeva, itu adalah istrinya Daeva; ini adalah lelaki yang sama buruknya dengan sesosok Daeva, yang dalam seluruh keberadaannya adalah Daeva; ini adalah lelaki yang telah menjadi Daeva sebelum ia mati, dan menjadi salah satu dari para Daeva yang tak terlihat selepas kematiannya: begitulah dia, baik bila ia telah tidur dengan lelaki sebagai lelaki, ataupun sebagai perempuan.'"[19]
Orang yang bersalah menurut kitab ini dapat dibunuh oleh siapa saja, tanpa perintah dari Dastur. Dengan eksekusi ini, kejahatan berat biasa dapat ditebus.[19]
Abad ke-7 SM
- ca 700 SM – Kebiasaan mengebiri budak dan pembantu rumah tangga yang homoseksual (dan heteroseksual) diperkenalkan ke Anshan dari wilayah taklukan Kerajaan Asyur Baru dan Kekaisaran Media.[20]
- ca 630 SM – Bangsawan Doria di Kreta mengadopsi hubungan formal di antara aristokrat dewasa dan remaja laki-laki; sebuah catatan institusi sosial tertua mengenai paiderastia di antara Bangsa Yunani.[21] Perkawinan antar-lelaki di Yunani tidak diakui secara hukum, tetapi lelaki dapat membentuk hubungan sehidup-semati yang berasal dari pederasti. Kemitraan tersebut tidak berbeda dengan perkawinan heteroseksual, terkecuali lelaki yang lebih tua berperan sebagai pendidik atau mentor.[22]
- Sapfo, seorang penyair lirik Yunani dari pulau Lesbos lahir di antara tahun 630 dan 612 SM, dan wafat sekitar tahun 570 SM. Bangsa Aleksandria menyertakannya dalam daftar sembilan penyair lira. Ia terkenal dengan tema-tema lesbian-nya, yang menjadikan namanya dan nama tanah airnya sebagai definisi lesbianisme (dan "sapphism"). Dia diasingkan pada ca 600 SM tanpa ada hubungannya dengan lesbianisme. Ia kemudian diizinkan untuk kembali.
Abad ke-6 SM
- 534 – 492 SM – Adipati Ling dari Wey dan Mizi Xia menjalin hubungan cinta sesama jenis, dengan berbagai drama dan cerita mengenang kisah cinta mereka melalui frasa, "buah persik yang digigit" (餘桃).
- ca 540 – 530 SM – Lukisan dinding dari Makam Lembu Etruria (Italia: Tomba dei Tori). ditemukan pada tahun 1892 di nekropolis Monterozzi, Tarquinia – menggambarkan hubungan seksual sesama jenis. Makam ini dinamai demikian berdasarkan gambar sepasang banteng yang menonton adegan seks manusia, salah satu di antaranya ialah seorang pria dengan seorang wanita, dan satunya lagi ialah antara dua orang pria. Kedua gambar itu barangkali dimaksudkan sebagai sihir apotropaik, atau pewujudan aspek siklus regenerasi dan kehidupan setelah kematian. Makam bertiga ruang itu bertuliskan nama almarhum yang menyemayami makam tersebut – Aranth Spurianas atau Arath Spuriana. Makan tersebut pula menggambarkan Akhilles yang membunuh pangeran Troya Troilus, bersama dengan petunjuk pemujaan Apollo.
- 521 SM – Kekaisaran Akhemeniyah menyalib Polikrates dan memberantas pederasti di Samos, yang menyebabkan penyair Ibikus dan Anakreon yang melakukan pederasti melarikan diri dari Samos.
Abad ke-5 SM
- ca 486 SM – Raja Darius I mengadopsi Hukum Kekudusan dari Kitab Imamat untuk Yahudi Persia pada Kekaisaran Akhemeniyah, memberlakukan hukuman mati pertama yang disahkan negara untuk hubungan sesama jenis.[23]
- ca 440 SM – Herodotus menerbitkan Historia, yang menyatakan bahwa orang Persia menerima adat asing, termasuk pederasti dari bangsa Yunani.[24]
Abad ke-4 SM
- 385 SM – Plato menerbitkan Simposium – yang di dalamnya Paedrus, Eriksimakus, Aristofanes, dan intelektual Yunani lain berpendapat bahwa cinta antar-lelaki adalah adalah bentuk cinta tertinggi, sedangkan seks dengan perempuan bersifat penuh nafsu dan utilitarian.[25] Meskipun demikian, Sokrates, berpendapat lain.[26] Ia menunjukan pengendalian diri yang ekstrem ketika dirayu oleh Alkibiades yang menawan.[27]
- 350 SM – Plato menerbitkan Hukum – yang di dalamnya orang asing Athena dan teman-temannya mengkritisi homoseksualitas sebagai kenafsuan dan salah bagi masyarakat karena hal tersebut tidak meneruskan spesies dan dapat menciptakan warga negara yang tidak bertanggung jawab.[28]
- 346 SM – Pidato Aiskhines Menggugat Timarkhus yang diadili karena prostitusi lelaki, mengungkapkan sikap Orang Athena mengenai homoseksualitas.[29]
- 338 SM – Pangeran Aleksander III (yang Agung) berjumpa dengan Hefaistion yang kala itu sama-sama berusia tiga belas tahun – yang kelak akan menjadi teman hidupnya.[30]
- 338 SM – Askar Suci Thebes, batalion elit yang sebelumnya tak terkalahkan – yang terdiri dari 150 pasangan pederastik – dihancurkan oleh pasukan Filipus II dari Makedonia yang meratapi kekalahan mereka dan memuji kehormatan mereka.[31]
Abad ke-3 atau ke-2 SM
- 227 SM, 226 SM, 216 SM, atau 149 SM – Selama masa Republik Romawi, Lex Scantinia menjatuhkan hukuman kepada mereka yang melakukan kejahatan seks (stuprum) terhadap pemuda yang lahir merdeka; hukuman ini jarang disebutkan maupun ditegakkan, tetapi mungkin juga digunakan untuk mengadili warga negara lelaki yang berperan pasif dalam hubungan homoseksual.[32] Tidak jelas apakah hukumannya hukuman mati ataukah denda. Yang jelas, bagi warga negara lelaki dewasa, menginginkan dan melibatkan diri dalam hubungan sesama jenis kala itu dianggap wajar dan dapat diterima secara sosial (khususnya jika perannya aktif), selama pasangannya adalah pelacur laki-laki, budak, ataupun infamia – orang yang dikecualikan dari perlindungan hukum yang diberikan kepada warga negara. Pada masa Kekaisaran, Lex Scantinia dihidupkan kembali oleh Domitianus sebagai bagian dari program reformasi hukum dan moralnya.[33]
Abad pertama SM
- ca 90-an – 80-an SM – Quintus Lutatius Catulus termasuk dalam kelompok penyair yang membuat puisi Hellenestik yang ringan dan pendek – yang menjadi tren pada akhir masa republik. Kedua epigramnya yang masih terselamatkan hingga saat ini membahas laki-laki sebagai objek hasrat – menandakan estetika homoerotik baru dalam budaya Romawi.[34]
- 57 – 54 SM – Catullus menulis Carmina, termasuk puisi cinta untuk Juventius, membanggakan kehebatan seksual dengan pemuda, dan cercaan keras terhadap orang homoseksual "pasif".
- ca 50 SM – Lex Julia de vi publica, hukum Republik Romawi disahkan untuk mendefinisikan pemerkosaan sebagai pemaksaan seks terhadap "anak laki-laki, perempuan, atau siapapun" dan pemerkosanya dapat dihukum mati. Lelaki yang diperkosa dibebaskan dari status hukum atau sosial yang hilang – yang umumnya dialami oleh mereka yang menyerahkan tubuh mereka demi kesenangan orang lain; pria pelacur atau pria penghibur termasuk dalam infami dan dikecualikan dari perlindungan hukum yang diberikan pada warga negara yang berstatus baik. Secara hukum, seorang budak tidak bisa diperkosa; sebab orang tersebut dianggap sebagai properti dan tidak dianggap "orang" secara hukum. Meski demikian, pemilik budak dapat menuntut pemerkosa atas kerusakan propertinya.[34][35][36][37]
- 46 SM – Lusius Antonius, adik Markus Antonius, menuduh Gaius Octavius telah "menyerahkan dirinya kepada Aulus Hirtius dari Spanyol demi tiga ratus ribu sestertius."[38]
- 44 SM – Setelah pembunuhan sang Diktator dan Konsul Gaius Julius Caesar, Gaius Octavius secara terbuka disebutkan dalam surat wasiat Caesar sebagai anak angkat dan ahli warisnya. Menurut Markus Antonius, ia menuduh bahwa Octavius mendapatkan hak adopsi dari Caesar melalui hubungan pelayanan seksual.[38]
- 42 – 39 SM – Virgil menulis Eclogue, dengan Eclogue 2 merupakan contoh penting dari sastra Latin homoerotis.
- 27 SM – Kekaisaran Romawi didirikan di bawah pemerintahan Augustus. Pernikahan sesama jenis tercatat pertama kali sepanjang sejarah pada masa pemerintahannya, prostitusi homoseksual dikenakan pajak, dan bila seseorang melakukan hubungan seksual dengan peran pasif bersama pria lain, warga negara Romawi dapat kehilangan kewarganegaraannya.[39]
- 26, 25 dan 18 SM – Tibullus menulis elegi-eleginya, yang bereferensikan homoseksualitas.
- 7 – 1 SM – Kaisar Ai dari Han menjalin hubungan cinta sesama-jenis dengan Dong Xian. Dalam satu catatan sejarah, Kaisar Ai rela memotong lengan bajunya sendiri agar ia tak membangunkan Dong Xian yang terkasih.[40]
Masa Umum (Masehi)
Milenium pertama
Abad pertama
- Filo dari Aleksandria dan Markus Manilius memberikan gambaran tentang orang-orang transpuan pada masa awal Kekaisaran Romawi. Filo menyatakan: "Dengan mencurahkan segala upaya untuk menghias penampilan luar mereka, mereka bahkan tidak malu mengerahkan segala cara untuk secara artifisial mengubah kodrat mereka sebagai laki-laki menjadi perempuan."[41][42] Dia juga menyatakan bahwa beberapa orang dari kelompok tersebut, demi tujuan ini, mengangkat penis mereka (dengan operasi).[42]
- 5 –15 M – Cawan Warren dibuat – sebuah cawan minum perak Romawi yang dihiasi oleh relief dua gambar hubungan sesama jenis antar-pria.
- 37 – 41 – Di bawah pemerintahan Kaisar Romawi Gaius Julius Caesar Augustus Germanicus, pajak prostitusi diberlakukan di seluruh Kekaisaran Romawi. Caligula juga mengasingkan atau mempertimbangkan pengasingan spintriae dari Roma. Gaius Suetonius Tranquillus melaporkan bahwa Caligula hanya dapat ditahan dengan susah payah agar tidak membuang spintriae ke lautan setelah permohonan yang panjang.[34][43]
- 54 – Nero menjadi Kaisar Romawi. Nero menikah dengan dua lelaki – Pythagoras dan Sporus – dalam upacara yang legal. Bahkan, Sporus diberikan tanda kebesaran yang digunakan oleh istri-istri Kaisar.[44] Juvenal dan Martial mencatat (dengan ketidaksetujuan) bahwa pasangan lelaki mengadakan upacara pernikahan secara tradisional.

- 79 – Letusan Gunung Vesuvius mengubur pesisir Pompeii dan Herculaneum, yang melestarikan kekayaan koleksi seni erotis Romawi, termasuk representasi hubungan sesama-jenis antarpria dan antarperempuan.
- 98 – Trajanus, salah satu kaisar Romawi yang paling dicintai rakyatnya memulai pemerintahannya. Trajanus terkenal dengan homoseksualitasnya dan kesukaannya dengan lelaki muda. Hal ini dimanfaatkan oleh Raja Edessa, Abgar VII – yang setelah memancing kemarahan Trajanus karena suatu kesalahan – dengan mengirim putranya yang tampan untuk meminta maaf, sehingga ia memperoleh pengampunan.[45]
- Publius Cornelius Tacitus menulis Germania. Dalam Germania, Tacitus menulis bahwa hukuman bagi orang-orang yang terlibat dalam "aib jasmani" (seperti homoseksualitas lelaki) antar orang Jermanik ialah dengan "mengubur mereka hidup-hidup dalam lumpur dan rawa di bawah tumpukan pagar kayu." Tacitus juga menulis dalam Germania tentang para kepala suku prajurit Jerman dan pengiringnya pada masa itu, "Di masa damai, (mereka adalah definisi dari) keindahan, dan di masa perang, (mereka adalah definisi dari) pertahanan". Tacitus lebih lanjut menulis di Germania bahwa para pendeta dari sub-suku Swabia – orang Naharvali[46] atau Naharnavali – mengenakan pakaian wanita untuk melaksanakan tugas keimamatan mereka.[47]
Abad ke-2
- ca 200 – Garis Besar Pyrrhonisme diterbitkan. Dalam buku tersebut, Sextus Empiricus menyatakan bahwa "pada orang Persia, melakukan hubungan seksual antarlelaki adalah kebiasaan, sedangkan pada orang Romawi, hal tersebut dilarang secara hukum". Ia juga menyatakan dalam buku tersebut bahwa "di antara kita, sodomi dianggap memalukan atau bahkan ilegal. Namun, bagi orang-orang Jermanik, hal tersebut tak dianggap memalukan, tetapi dianggap hal biasa. Dikatakan pula bahwa di Thebes dahulu kala, praktik ini tidak dianggap memalukan, dan mereka bilang sendiri bahwa Meriones dari Kreta disebutkan (melakukan praktik yang) demikian untuk menunjukkan kebiasaan orang Kreta, dan beberapa orang menyebut hal tersebut sebagai cinta yang membara dari Akhilles teruntuk Patroklos. Dan apa yang mengherankan, ketika bagi penganut filsafat Sinis dan pengikut Zenon dari Kition, Kleanthes, dan Krisipos, menyatakan bahwa praktik ini tidak penting?".[48][49]
Abad ke-2 – ke-3
- 193 – 211 – Kaisar Romawi Septimius Severus menetapkan hukuman mati untuk pemerkosaan homoseksual di seluruh Kekaisaran Romawi.[50]
Abad ke-3
- 218 – 222 – Pemerintahan kekaisaran Romawi Elagabalus dimulai. Pada waktu yang berbeda, Elagabalus menikahi lima wanita dan satu pria bernama Zoticus, dan seorang atlit dari Smirna, dalam sebuah upacara perkawinan yang mewah di Roma;[51] tetapi hubungan yang paling stabil dari orang Suriah itu adalah dengan pengemudi kereta perang bernama Hierocles, dan Cassius Dio berkata bahwa Elagabalus senang dipanggil sebagai gundik, istri, dan ratunya Hierocles.[52] Kaisar itu memakai riasan wajah dan wig, lebih suka dengan sebutan nyonya dan bukan lord (tuan), serta menawarkan sejumlah besar uang pada tiap dokter yang bisa memberinya vagina;[52][53] karena alasan ini, sang kaisar dipandang oleh beberapa penulis sebagai tokoh transgender awal dan salah satu dari awal catatan sejarah yang mencari pelayanan operasi ganti kelamin.[52][53][54][55]
- 222 – 235 – Kaisar romawi Severus Alexander mendeportasi kaum homoseksual yang aktif secara sosial dalam kehidupan publik. Menurut Christius, Alexander meningkatkan hukuman bagi homoseksualitas di seluruh Kekaisaran Romawi. Menurut Historia Augusta, Alexander menetapkan bahwa pajak germo, pelacur, dan exoleti tidak boleh disetorkan ke kas negara; sebaliknya, ia memerintahkan pajak tersebut perlu digunakan untuk merestorasi Teater Marcellus, Circus Maximus, amfiteater, dan stadion yang dibangun oleh Domitian di Campus Martius. Menurut Ælius Lampridus, Alexander bahkan mempertimbangkan untuk mengilegalkan prostitusi lelaki.[34][56][57]
- 244 – 249 – Kaisar Romawi Marcus Julius Philippus pernah mengupayakan atau menetapkan pelarangan prostitusi lelaki di seluruh Kekaisaran Romawi.[28]
Abad ke-4
- 305 – 306 – Konsili Elvira (sekarang Granada, Spanyol). Konsili ini merupakan perwakilan Gereja Eropa Barat dan antara lain, dewan ini melarang kaum pederas untuk menerima Komuni.
- 314 – Konsili Ancyra (sekarang Ankara, Turki). Konsili ini merupakan perwakilan Gereja Eropa Timur dan melarang pemberian Sakramen selama 15 tahun bagi lelaki di bawah usia 20 tahun yang belum menikah dan tertangkap melakukan tindakan homoseksual, serta melarang pemberian sakramen seumur hidup jika ia telah menikah dan berusia di atas 50 tahun.[58]
- 306 – 337 – Riwayat Hidup Konstantinus menyebutkan sebuah kuil yang berdiri di Afqa, Fenisia – pada puncak terpencil di Gunung Libanus – digunakan oleh para pendeta pagan homoseksual yang keperempuan-perempuanan. Ia juga menyebutkan bahwa kuil tersebut dihancurkan di bawah perintah Kaisar Romawi Konstantinus I. Disebutkan pula bahwa Konstantinus mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan pemusnahan para pendeta pagan homoseksual yang keperempuan-perempuanan di Mesir.[34][59]
- 337 – Konstantius II dan Konstans I menjadi Kaisar Ke-62 dari Kekaisaran Romawi. Selama masa pemerintahan, mereka berdua terlibat dalam hubungan sesama jenis.[60][61][62]
- 342 – Kaisar Romawi Konstantius II dan Konstans I mengeluarkan dekrit kekaisaran berikut yang berlaku untuk seantero Kekaisaran Romawi:[63][64]
"Tatkala seorang pria kawin layaknya wanita, wanitalah yang 'kan meninggalkan pria, apa yang ia harapkan, kala seks sudah hilang semua maknanya; kala kejahatan menjelma jadi perkara yang tak perlu disingkap; kala Venus berganti rupa; kala cinta dicari dan tak jua ditemu? Kami perintahkan undang-undang 'tuk ditegakkan, hukum 'tuk dipersenjatai dengan pedang pembalasan, hingga mereka yang tercela kini, ataupun nanti, dijatuhi hukuman yang sangat berat."
— Kodeks Theodosianus 9.7.3
- ca 380-an – Ammianus Marcellinus menerbitkan Res Gestae. Dalam Res Gestae, Marcellinus menuliskan bahwa orang Persia "amat gemar berfoya-foya, dan hampir tidak puas dengan banyaknya selir-selir; mereka jauh dari hubungan tak bermoral dengan anak lelaki." Juga dalam Res Gestae, Marcellinus menuliskan bahwa "Kami sudah tahu bahwa orang Taifal itu adalah orang-orang yang memalukan, betul-betul tenggelam dalam kehidupan yang memalukan dan cabul – hingga di negara mereka, anak lelaki dikawinkan dengan pria dalam ikatan nafsu yang tak bisa terucapkan, yang melahap bunga masa muda mereka dalam hubungan yang tercemar dengan para bini-binian itu."[65][66]
- 390 – Kaisar Romawi Valentinianus II, Theodosius I dan Arkadius mengeluarkan dekrit kekaisaran berikut yang berlaku untuk seantero Kekaisaran Romawi:[67]
"Kita tak bisa membiarkan kota Roma, ibu dari segala kebajikan, ternoda lebih lama lagi oleh lelaki kemayu yang mencemar, tidak pula kita bisa membiarkan kekuatan agraria, yang diturunkan oleh para pendiri bangsa, 'tuk dihancurkan dengan lembutnya oleh rakyat kita sendiri, dengan demikian (kita) menimbun aib kepada para pendiri dan pangeran kita selama berabad-abad lamanya, Orientus, yang tersayang, dan tercinta, dan sangat dikagumi. Pengalamanmu yang mulia akan menghukum (mereka) ditengah api dendam, di hadapan para rakyat, sesuai dengan kenajisan tindak kejahatannya, semua yang telah menyerahkan dirinya pada aib karena mengutuk tubuh lelaki mereka sendiri, yang diubah menjadi tubuh perempuan, untuk melakukan praktik-praktik yang seharusnya dilakukan pada lawan jenis, yang tiada bedanya dengan perempuan, yang dilakukan – kiranya memalukan 'tuk disebutkan – rumah pelacuran pria, agar kita semua tahu bahwasannya rumah berjiwa lelaki haruslah suci bagi semua, dan ia yang dengan hinanya membuang jenis kelaminnya sendiri tidaklah boleh menginginkan jenis kelamin orang lain tanpa menjalani hukuman tertinggi."
— Collatio Mosaicarum et Romanarum Legum[34]
"Semua orang yang memiliki kebiasaan memalukan dengan menghinakan tubuh lelaki, memainkan peran perempuan untuk menerima seks yang menyimpang (sebab mereka tampak tak berbeda dari perempuan), harus menebus kejahatan semacam ini dengan api pembalasan di hadapan orang banyak"
— Kodeks Theodosianus 9.7.6
- 390 – 405 – Dionisiaka oleh Nonnus adalah karya sastra barat terakhir yang merayakan gairah homoseksual dalam hampir 1.000 tahun lamanya pada catatan sejarah.[28]
Abad ke-6
- 506 – Kode Visiogoth oleh Alarik II memerintahkan untuk membakar hidup-hidup pasangan sesama jenis di Kerajaan Visigoth. Hukuman lain yang diterapkan antara lain ostrakisme, pencukuran, hukuman cambuk, dan pengebirian.[56][68]
- 533 – Badan Hukum Sipil mulai berlaku efektif di Kekaisaran Bizantium, yang memberlakukan hal-hal berikut:[69]
"Dalam kasus pidana, penuntutan umum dilakukan berdasarkan berbagai undang-undang, termasuk Lex Julia de adulteris, "...yang menghukum mati, tidak hanya mereka yang melanggar pernikahan orang lain, tetapi juga mereka yang berani melakukan tindakan nafsu hina dengan lelaki."
- 576 – Meninggalnya Anastasia sang Patricia yang sebelumnya telah meninggalkan kehidupan sebagai dayang istana Yustinianus I di Konstantinopel untuk menghabiskan sisa dua-puluh-delapan tahunnya (hingga ia meninggal dunia) dengan berpakaian sebagai biarawan lelaki dalam pengasingan diri di Mesir,[70] dan ia telah diadopsi oleh komunitas LGBTQ saat ini sebagai contoh dari santo "transgender".[71][72]
- 589 – Kerajaan Visigoth di Spanyol, beralih dari Arianisme ke Katolisisme. Peralihan ini menyebabkan revisi hukum yang lebih sesuai dengan hukum-hukum negara Katolik. Revisi-revisi ini mencakup tentang persekusi kepada kaum homoseksual dan orang Yahudi.[73]
Abad ke-7
- 654 – Kerajaan Visigoth mengkriminalisasi sodomi dengan hukuman kebiri. Ini adalah hukum sekuler Eropa pertama yang mengkriminalisasi sodomi.[74][75]
- 693 – Di Iberia, penguasa Visigoth Egica dari Hispania dan Septimania, menuntut agar konsili Gereja menanggapi kejadian homoseksualitas pada Kerajaan tersebut. Konsili ke-16 dari Toledo mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan, yang diadopsi oleh Egica, yang menyatakan bahwa tindakan homoseksualitas harus dihukum dengan kebiri, pengucilan dari Komuni, pencukuran rambut, pencambukan seratus kali, dan pengasingan.[28]
Abad ke-8
- ca 750 – Dengan terbentuknya Kekhalifahan Abbasiyah, muncul para pujangga Muslim yang menggambarkan homoerotisme dan pemuda-pemuda tampan, seperti penyair Abu Nawas yang berdarah Persia-Arab.[10]
Abad ke-9
- 800 – 900 – Selama masa Renaisans Karoling, Alkuin dari York yang merupakan seorang abas menuliskan puisi cinta kepada Biarawan lain meskipun banyak hukum Gereja yang mengutuk homoseksualitas.[76]
- 997 – King Mokjong dari Goryeo, yang dikenal memiliki kekasih pria, naik takhta di Korea.[77]
Milenium ke-2
Abad ke-11
- 1007 – Dekretum Burchard dari Worms menyamakan tindakan homoseksual dengan pelanggaran seksual seperti perzinaan dan oleh karenanya ia berpendapat bahwa tindakan tersebut perlu memiliki penebusan dosa yang serupa (umumnya berpuasa).[28]
- 1051 – Peter Damian menulis risalah Liber Gomorrhianus, yang di sana ia menganjurkan hukuman yang lebih berat bagi para rohaniwan yang gagal menjalankan tugas mereka melawan "keburukan alam".[78]
- 1061 – Pedro Dias dan Muño Vandilas dinikahkan oleh seorang pendeta di sebuah kapel di Kerajaan Leon.[79]
- 1100 – Ivo dari Chartres mencoba meyakinkan Paus Urbanus II mengenai risiko homoseksualitas. Ivo menuduh Rodolfo – uskup agung Tours – telah meyakinkan Raja Perancis untuk mengangkat Giovanni sebagai uskup Orléans. Giovanni dikenal sebagai kekasih Rodolfo dan memiliki hubungan dengan sang raja itu sendiri, yang merupakan sebuah fakta yang sang raja bangga-banggakan secara terbuka. Meski demikian, Paus Urbanus tidak menganggap hal ini sebagai fakta penentu: Giovanni memerintah sebagai uskup selama hampir empat-puluh tahun, sementara Rodolfo terus dikenal dan dihormati.[80]
Abad ke-12
- 1102 – Konsili London mengambil tindakan untuk memastikan bahwa masyarakat Inggris tahu homoseksualitas itu dosa.[butuh rujukan]
- 1120 – Baudouin II dari Kerajaan Yerusalem mengadakan Konsili Nablus untuk membahas tindak kejahatan yang terjadi di Kerajaan. Konsili menyerukan pembakaran hidup-hidup kepada individu yang terus melakukan sodomi.[28]
- 1140 – Biarawan Italia Gratinus menyusun karyanya Concordia discordantium canonum – di sana, ia berpendapat bahwa sodomi adalah dosa seksual terburuk karena melibatkan penggunaan anggota tubuh dengan cara yang tak wajar.[28]
- 1164 – Biarawan Inggris Aelred dari Rievaulx menulis De spiritali amicita, memberikan ungkapan mendalam tentang cinta sesama jenis.
- 1179 – Konsili Lateran III mengeluarkan dekrit untuk melakukan ekskomunikasi kepada pelaku sodomi.
Abad ke-13
- 1232 – Paus Gregorius IX memulai Inkuisisi di Negara-Kota Italia. Beberapa kota menyerukan pengasingan dan/atau amputasi sebagai hukuman bagi pelaku sodomi yang melanggar pertama dan keduakalinya, serta pembakaran hidup-hidup bagi pelanggar ketiga atau bagi bramacorah.[butuh rujukan]
- 1260 – Di Kerajaan Prancis, pelaku sodomi pelanggaran pertama dihilangkan testisnya, pelaku pelanggaran kedua dihilangkan anggota tubuhnya, dan pelaku pelanggaran ketiga dibakar hidup-hidup. Perempuan yang yang tertangkap melakukan hubungan sesama jenis juga dapat dimutilasi dan dieksekusi.[28]
- 1265 – Thomas Aquinas berpendapat bahwa sodomi berada di peringkat dua setelah bestialitas dalam dosa hawa nafsu.
- 1283 – Coutumes de Beauvaisis menetapkan bahwa para pelaku sodomi yang dihukum tidak hanya harus dibakar, tetapi harta benda mereka harus disita pula.
Abad ke-14
- 1308–14 – Filipus IV dari Perancis memerintahkan penangkapan seluruh Kesatria Haikal atas tuduhan bid'ah, penyembahan berhala, dan sodomi, tetapi tuduhan ini hanyalah dalih untuk merampas kekayaan ordo tersebut. Para pemimpin ordo dijatuhi hukuman mati dan dibakar di tiang pancang pada tanggal 18 Maret 1314 oleh Notre Dame.
- 1321 – Inferno karya Dante menempatkan pelaku sodomi pada Lingkar Ketujuh.
- 1347 – Rolandino Roncaglia diadili atas tuduhan sodomi, sebuah peristiwa yang menimbulkan sensasi di Italia. Ia mengaku bahwa ia "tidak pernah berhubungan seksual, baik dengan istrinya maupun perempuan lain, sebab ia tak pernah merasakan nafsu berahi, dan ia juga tidak pernah bisa ereksi dengan alat kelamin jantannya". Setelah istrinya meninggal karena wabah, Rolandino mulai melakukan kerja seks dengan mengenakan pakaian perempuan sebab "ia punya penampilan, suara dan gerak-gerik perempuan – meski ia tak memiliki kelamin perempuan, tetapi memiliki alat kelamin lelaki dan testis – banyak orang yang menganggapnya sebagai perempuan karena penampilannya".[81]
- 1351 – Mural kuil Buddha yang menggambarkan hubungan sesama jenis dipesan dan dilukis di Thailand.[82]
- 1357 – Raja Gongmin dari Goryeo, yang dikenal memiliki banyak kekasih lelaki, naik takhta di Korea.[77]
- 1370-an – Jan van Aersdone dan Willem Case adalah dua lelaki yang dieksekusi di Antwerp pada tahun 1370-an. Dakwaan terhadap mereka adalah hubungan sesama jenis yang ilegal dan sangat dicemooh di Eropa Pertengahan.[butuh rujukan] Kasus Aersdone dan Case menonjol sebab catatan nama mereka masih ada hingga kini. Satu pasangan lain yang masih dikenal namanya dari abad ke-14 adalah Giovanni Braganza dan Nicoleto Marmagna dari Venesia.[83]
- 1395 – John Rykener, yang juga dikenal sebagai Johannes Richer dan Eleanor, ialah seorang pekerja seks transvestit yang bekerja terutama di London (dekat Cheapside), tetapi ia juga aktif di Oxford. Ia ditangkap pada tahun 1395 karena berlintas-busana dan ia diinterogasi.
Abad ke-15
- 1424 – Bernardino dari Siena berkhotbah selama tiga hari di Firenze, Italia, menentang homoseksualitas dan bentuk nafsu birahi lainnya, yang berpuncak pada pembakaran kosmetik, wig, dan segala macam barang untuk mempercantik diri. Ia menyerukan para pelaku sodomi untuk diasingkan dari masyarakat, dan khotbah-khotbah ini bersamaan dengan tindakan yang dilakukan oleh pendeta lain pada masa itu memperkuat pendapat yang menentang kaum homoseksual dan mendorong pihak berwenang untuk memperparah tindakan penganiayaan.[83][84]
- 1431 – Nezahualcoyotl, Tlatoani dari Texcoco, memberlakukan undang-undang yang mengganjar homoseksualitas dengan hukuman mati dengan cara digantung di Texcoco.[85][86]
- 1432 – Di Firenze, organisasi pertama yang dimaksudkan untuk mengadili pelaku sodomi didirikan, yakni "Night Officials", yang selama 70 tahun berikutnya menangkap 10.000 pria dan anak lelaki, berhasil menghukum 2.000 orang dengan sebagian besar hukuman ialah berupa denda.
- 1436 – Selir Kerajaan Sun diusir dari istana Joseon setelah diketahui bahwa ia telah tidur dengan pembantunya. Keputusan resmi menyatakan bahwa ia diturunkan pangkatnya karena ia telah menerima tamu tanpa seizin suaminya dan memerintahkan pembantunya untuk menyanyikan lagu-lagu pria.[87]
- 1451 – Paus Nikolaus V memberi wewenang kepada Inkuisisi kepausan untuk menganiaya orang-orang yang melakukan sodomi.
- 1471 – 1493 – Menurut Komentar Kerajaan tentang suku Inca karya Garcilaso de la Vega, selama masa pemerintahan Sapa Inca Topa Inca Yupanqui atau Túpac Inca Yupanqui, ia mempersekusi kaum homoseksual. Jenderal Yupanqui, Auqui Tatu, membakar hidup-hidup di alun-alun semua orang terlibat sodomi yang bahkan hanya berdasar bukti secara tidak langsung di lembah [H]acari, seraya mengecam akan membakar seluruh kota jika ada yang terlibat dalam sodomi. Di Chincha, Yupanqui membakar hidup-hidup manusia dalam jumlah yang besar, merobohkan rumah-rumah mereka dan menebang pohon-pohon yang mereka tanam.[88]
- 1475 – Di Peru, sebuah kronik yang ditulis di bawah pemerintahan Capac Yupanqui menggambarkan persekusi terhadap kaum homoseksual dengan pembakaran di depan umum dan peruntuhan rumah-rumah (praktik yang biasanya dilakukan pada suku-suku taklukan).
- 1476 – Catatan pengadilan Firenze tahun 1476 menunjukan bahwa Leonardo da Vinci dan tiga pemuda lain didakwa melakukan sodomi dua kali, lalu dibebaskan.[89]
- 1483 – Inkuisisi Spanyol bermula. Pelaku sodomi dirajam, dikebiri, dan dibakar. Antara tahun 1540 dan 1700, lebih dari 1.600 orang dituntut atas tuduhan sodomi.[28]
- 1492 – Desiderius Erasmus menulis serangkaian surat cinta kepada sesama biarawan saat ia berada di sebuah biara di Steyn, Belanda.[90]
- 1497 – Di Spanyol, Raja Aragon Ferrando II dan Ratu Kastilia León Isabel memperkuat hukum sodomi yang selama itu hanya berlaku di kota-kota. Tingkat keparahan kejahatan ditingkatkan, sehingga setara dengan pengkhianatan ataupun bid'ah, dan jumlah bukti yang diperlukan untuk pemidanaan pun dikurangi, dengan penyiksaan yang diizinkan untuk memperoleh pengakuan. Harta milik terdakwa juga disita.
Abad ke-15 – abad ke-16
- 1493 – 1525 – Menurut Komentar Kerajaan tentang suku Inca karya Garcilaso de la Vega, dalam masa pemerintahannya, Sapa Inca Huayna Capac hanya "meminta" penduduk Tumbez untuk menghentikan sodomi dan tidak mengambil tindakan apapun pada suku Matna yang "melakukan sodomi secara lebih terang-terangan dan tanpa malu-malu dibandingkan suku-suku lain."[91]
Abad ke-16
- 1502 – Sebuah tuduhan diajukan kepada seniman Italia Sandro Botticelli atas dasar sodomi.[92]
- 1505 – 1521 – Kaisar Zhengde dari Dinasti Ming menjalin hubungan sesama jenis dengan pemimpin Muslim Sayyid Husain dari Hami, meski tak ada bukti yang mendukung klaim ini dari sumber Tiongkok.[93][94]
- 1512 – Pemberontakan Compagnacci di Firenze.[95]
- 1513 – Vasco Núñez de Balboa, seorang conquistador di Panama modern digambarkan pernah melemparkan empat-puluh orang penduduk asli Amerika yang homoseksual ke anjing-anjingnya.[96]
- 1519 – Ferdinand Magellan menjatuhkan hukuman mati pada krunya sendiri saat mereka tiba di Rio de Janeiro, setelah ia menganggap mereka memiliki hubungan homoseksual.[97]
- 1523 – Tuduhan yang pertama dari beberapa tuduhan sodomi diajukan kepada seniman Firenze Benvenuto Cellini.[98]
- 1526 – Pendiri dan kaisar pertama dari Kekaisaran Mughal, Kaisar Babur, menjalin hubungan asmara jangka panjang dengan kekasih lelakinya Baburi Andijani, yang telah dewasa saat Kaisar Babur mendirikan dinastinya.[99]
- 1532 – Kekaisaran Romawi Suci menetapkan sodomi dapat diganjar hukuman mati.[28]
- 1532 – Seniman Firenze Michelangelo mulai menulis lebih dari 300 surat cinta yang ia dedikasikan untuk Tommaso dei Cavalieri.[100]
- 1533 – Raja Henry VIII meloloskan Buggery Acts 1533 yang menetapkan bahwa hubungan seks anal dapat diganjar dengan hukuman mati di Inggris.[101]
- 1542 – Alvar Nuñez Cabeza de Vaca mendokumentasikan pernikahan sesama jenis serta lelaki "yang berpakaian seperti perempuan dan melakukan tugas perempuan, tetapi ia menggunakan busur dan mengangkut beban berat" di antara suku Asli Amerika dalam publikasinya, The Journey of Alvar Nuñez Cabeza de Vaca and His Companions from Florida to the Pacific 1528–1536.
- 1543 – Henry VIII memberi persetujuan kerajaan terhadap Hukum dalam Undang-Undang Wales 1542, yang memperluas hukum sodomi ke Wales.
- 1553 – Mary Tudor naik takhta Inggris dan menghapus semua hukum yang telah disahkan oleh Henry VIII selama Reformasi Inggris tahun 1530-an.
- 1558–1563 – Elizabeth I memberlakukan kembali hukum lama Henry VIII, termasuk Buggery Acts 1533.
- 1561 – proses Wojciech z Poznania, yang menikahi Sebastian Słodownik, dan tinggal bersamanya selama dua tahun di Poznań. Keduanya sudah punya pasangan perempuan. Sepulangnya ke Kraków, ia lantas menikahi Wawrzyniec Włoszek. Wojciech sendiri, yang dianggap sebagai perempuan oleh masyarakat, dibakar hidup-hidup karena 'kejahatan terhadap hukum alam'.[102]
- 1590 – Kodeks Boxer mencatat perkawinan sejenis sebagai hal yang lumrah di Filipina pada era pra-kolonial.[103]
Abad ke-17
- Abad ke-17 – Hu Tianbao dari Fujian dieksekusi mati oleh pemerintah Tiongkok. Masyarakat Fujian kemudian menjadikannya sebagai dewa cinta homoseksual. Mereka juga membangun kuil untuk menghormatinya dan memanggilnya Tu'er Shen.[104]
- 1608 – Hukum sekuler pertama di Swedia yang melarang sodomi pria diperkenalkan oleh Karl IX.[105] Hukuman yang diberlakukan ialah hukuman mati.[106][107]
- 1610 – Koloni Virginia memberlakukan perintah militer yang mengkriminalisasi sodomi lelaki, hingga menjadikannya dapat dihukum mati.[108] Perintah ini berakhir pada tahun yang sama, kala darurat militer diakhiri setelah perubahan kendali atas Koloni Virginia.[108]
- 1620 – Brandenburg-Prusia mengkriminalisasi sodomi, menjadikan tindakan tersebut dapat dihukum mati.[28]
- 1624 – Richard Cornish dari Koloni Virginia diadili dan digantung karena sodomi.[109]
- 1648 – Tuntutan pertama yang berkenaan dengan hubungan lesbian di Amerika Utara terjadi pada Maret saat Sarah White Norman didakwa atas "Perilaku cabul satu sama lain di atas ranjang" dengan Mary Vincent Hammon di Plymouth, Massachusetts. Hammon berusia di bawah 16 tahun dan tidak dituntut.[110]
- 1648 – Dalam persidangan pidana pertama untuk kejahatan homoseksualitas, seorang penabuh drum militer gay yang ditugaskan pada garnisun Perancis di Ville-Marie, Perancis Baru dijatuhi hukuman mati oleh para pendeta Sulpis setempat.[111] Setelah adanya campur tangan dari para Yesuit di Kota Quebec, nyawa penabuh drum tersebut diampuni dengan syarat ia menerima posisi sebagai algojo permanen pertama di Perancis Baru.[111]
- 1655 – Koloni Connecticut meloloskan undang-undang yang menentang sodomi, yang mencakup pula hukuman bagi hubungan seksual lesbian.[112]
- 1661 – Koloni Virginia memberlakukan hukum umum Inggris. Dengan demikian, sodomi antarlelaki dikriminalisasi kembali.[108]
- 1672 – Kehidupan dan Perjuangan Ibu Kami Wälättä P̣eṭros (1672) merupakan referensi pertama homoseksualitas antara biarawati dalam Literatur Etiopia.[113][114]
- 1683 – Kerajaan Denmark mengkriminalisasi "hubungan melawan alam" yang dapat diganjar hukuman mati.[115]
- 1688 – 1704 – Kagemachaya(ja: 陰間茶屋) yang merupakan bar gay – pertama kali dibuka di Jepang.[116]
Abad ke-18
- 1721 – Catharina Margaretha Linck dieksekusi mati karena sodomi perempuan di Jerman.
- 1726 – Molly house milik Bunda Clap di London digrebek polisi, mengakibatkan tiga lelaki dieksekusi mati.[117]
- 1730 – Di Belanda, pengadilan sodomi Utrecht dimulai, mengakibatkan eksekusi mati ratusan lelaki dan ratusan lainnya dikucilkan.
- 1740 – Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing meloloskan legislasi pertama yang mengkriminalisasi seks homoseksual konsensual nonprofit dalam sejarah Tiongkok.[118]
- 1781 – Jens Andersson dari Norway – ditunjuk sebagai perempuan saat lahir tetapi mengidentifikasi diri sebagai lelaki – dipenjara dan diadili setelah menikah dengan Anne Kristine Mortensdotter di sebuah gereja Lutheran. Saat lelaki itu ditanyai mengenai gendernya, ia menjawab "Hand troer at kunde henhøre til begge Deele" ("Ia (lelaki) percaya bahwa dirinya termasuk keduanya").[119]
- 1785 – Pangeran Kraison dari Thailand menjadi anggota dinasti Chakri pertama yang secara terbuka mengakui bahwa dirinya kwir sejak kenaikan takhta dinasti tersebut di bawah penguasa pertamanya, Rama I, yang merupakan ayah dari Pangeran Kraison. Ia menjalin hubunngan cinta dengan aktor teater Khun Thong dan Yaem.[120]
- 1785 – Jeremy Bentham adalah salah satu orang pertama yang memperjuangkan dekriminalisasi sodomi di Inggris.[28]
- 1786 – Raja Frederick Agung dari Prusia meninggal.[121] (Lihat pula: Seksualitas Frederick Agung)
- 1791 – Kerajaan Prancis (Andorra dan Haiti) mengadopsi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Prancis 1791yang tidak lagi mengkriminalisasi sodomi. Dengan demikian, Perancis menjadi negara Eropa Barat pertama yang mendekriminalisasi tindakan homoseksual konsensual antar-lelaki dewasa.[122]
- 1791 – Novel Impian di Bilik Merah karya Cao Xueqin diterbitkan di Tiongkok. Kisah ini mencakup karakter biseksual yang open dan kisah perundungan gay.[123]
- 1793 – Monako mendekriminalisasi sodomi.
- 1794 – Kerajaan Prusia menghapus hukuman mati untuk sodomi.[28]
- 1794 – Luksemburg mendekriminalisasi sodomi.
- 1795 – Belgia mendekriminalisasi sodomi.
Abad ke-19
Abad ke-20
Milenium ke-3
Abad ke-21
Lihat pula
Catatan Kaki
- ^ Mussi, Margherita (31 October 2001). Earliest Italy: An Overview of the Italian Paleolithic and Mesolithic. Kluwer Academic. hlm. 343–344. ISBN 978-0-306-46463-8.
- ^ a b Schott, Landon (2016). "In the Beginning: Sexual History". Gay Awareness: Discovering the Heart of the Father and the Mind of Christ On Sexuality. Austin, Texas: Famous Publishing. ISBN 978-1942306481.
- ^ Talalay, Lauren E. (2005). "The Gendered Sea: Iconography, Gender, and Mediterranean Prehistory". The Archaeology of Mediterranean Prehistory. Blackwell. hlm. 130–148, especially p. 136. ISBN 978-0-631-23267-4.
- ^ "Grave of stone age transsexual excavated in Prague". Archeology News Network. Czech Positions. 5 April 2011. Diarsipkan dari asli tanggal 4 February 2014.
- ^ Greenberg, David F. (2008). The Construction of Homosexuality. University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-21981-3.
- ^ Parkinson, R.B. (1995). "'Homosexual' Desire and Middle Kingdom Literature". Journal of Egyptian Archaeology. 81: 57–76. doi:10.2307/3821808. JSTOR 3821808.
- ^ Montserrat, Dominic (2000). Akhenaten: History, Fantasy and Ancient Egypt. Routledge. ISBN 978-1-134-69034-3.
- ^ When writing about homosexuality, Meskell calls it "Another well documented example" Meskell, Lynn (1999). Archaeologies of Social Life: Age, Sex, Class Etcetra in Ancient Egypt. Wiley-Blackwell. hlm. 95. ISBN 978-0-631-21298-0.
- ^ More details at [1] & [2]
- ^ a b "[PDF] The Construction of Homosexuality - Free Download PDF". pdfsecret.com.
- ^ Homoeroticism in the Biblical World: A Historical Perspective, by Martti Nissinen, Fortress Press, 2004, p. 24–28
- ^ Halsall, Paul. "The Code of the Assura". Internet History Sourcebooks Project. Fordham University. Diarsipkan dari asli tanggal 11 September 2015. Diakses tanggal 16 November 2015.
- ^ "Internet History Sourcebooks".
- ^ Wilhelm, Amara Das (18 May 2010). Tritiya-Prakriti: People of the Third Sex. Xlibris Corporation. ISBN 9781453503164.
- ^ Pritchard 1969, hlm. 181.
- ^ "Homosexuality in the Ancient Near East, beyond Egypt by Bruce Gerig in the Ancient Near East, beyond Egypt". epistle.us.
- ^ Rose, Jenny (2014). "Appendix 1". Zoroastrianism: An Introduction (dalam bahasa Inggris). I.B.Tauris. ISBN 9780857735485.
- ^ Boyce, Mary (2001). Zoroastrians: Their Religious Beliefs and Practices (dalam bahasa Inggris). Psychology Press. hlm. 40. ISBN 9780415239028.
- ^ a b "Vendidad: Fargard 8" [Section V (32) Unlawful lusts.]. Avesta.
- ^ Wilhelm, Amara Das (8 May 2014). "A Timeline of Gay World History". galva108. Gay & Lesbian Vaishnava Association. Diarsipkan dari asli tanggal 25 February 2017.
- ^ Kenneth Dover, Greek Homosexuality (Harvard University Press, 1978, 1898), pp. 205–7
- ^ Boswell, John (1994). Same-Sex Unions in Pre-Modern Europe. New York: Vintage Books
- ^ Dynes, Wayne R. (22 March 2016). "Search: 'Holiness Code of Leviticus'". Encyclopedia of Homosexuality. Vol. II. Routledge. ISBN 9781317368120 – via Google Books.
- ^ Herodotus (15 May 2010). The History. University of Chicago Press. ISBN 9780226327754 – via Google Books.
- ^ Plato. Symposium. Diterjemahkan oleh Benjamin Jowett. 189c. Diakses tanggal 18 September 2011 – via Internet Classics Archive.
- ^ Plato. Symposium. Diterjemahkan oleh Benjamin Jowett. 201d. Diakses tanggal 18 September 2011 – via Internet Classics Archive.
- ^ Plato. Symposium. Diterjemahkan oleh Benjamin Jowett. 214e. Diakses tanggal 18 September 2011 – via Internet Classics Archive.
- ^ a b c d e f g h i j k l m Fone, Byrne R. S. (2000). Homophobia: a history. New York: Metropolitan Books. ISBN 0-8050-4559-7.
- ^ Joseph Roisman, Ancient Greece from Homer to Alexandria, Blackwell, 2011
- ^ "Alexander the Great and Hephaestion: Censorship and Bisexual Erasure in Post-Macedonian Society" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2022-01-20.
- ^ Haggerty, George E. (2000). Gay histories and cultures: an encyclopedia. Taylor & Francis. hlm. 418. ISBN 978-0-8153-1880-4.
- ^ Thomas A.J. McGinn, Prostitution, Sexuality and the Law in Ancient Rome (Oxford University Press, 1998), pp. 140–141. • Amy Richlin, The Garden of Priapus: Sexuality and Aggression in Roman Humor (Oxford University Press, 1983, 1992), pp. 86, 224. • John Boswell, Christianity, Social Tolerance, and Homosexuality: Gay People in Western Europe from the Beginning of the Christian Era to the Fourteenth Century (University of Chicago Press, 1980), pp. 63, 67–68. • Craig Williams, Roman Homosexuality: Ideologies of Masculinity in Classical Antiquity (Oxford University Press, 1999), p. 116.
- ^ Ben Nusbaum, "Some Myths and Anomalies in the Study of Roman Sexuality," in Same-Sex Desire and Love in Greco-Roman Antiquity and in the Classical Tradition (Haworth Press, 2005), p. 231.
- ^ a b c d e f Cantarella, Eva (20 October 2017). Bisexuality in the Ancient World. Yale University Press. ISBN 978-0300093025 – via Google Books.
- ^ Digest 48.6.3.4 and 48.6.5.2.
- ^ Richlin, "Not before Homosexuality," pp. 562–563.[perlu rujukan lengkap] • See also Digest 48.5.35 [34] on legal definitions of rape that included boys.
- ^ Richlin, "Not before Homosexuality," pp. 558–561.[perlu rujukan lengkap]
- ^ a b Suetonius, Augustus 68, 71
- ^ Myers, JoAnne (19 September 2013). Historical Dictionary of the Lesbian and Gay Liberation Movements. Scarecrow Press. ISBN 9780810874688 – via Google Books.
- ^ Hinsch, Bret. (1990). Passions of the Cut Sleeve. University of California Press.
- ^ Denny, Dallas (2013-05-13). Current Concepts in Transgender Identity (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 4–5. ISBN 978-1-134-82110-5.
- ^ a b Chrystal, Paul (2015-10-15). In Bed with the Romans (dalam bahasa Inggris). Amberley Publishing. ISBN 978-1-4456-4352-6.
- ^ Younger, John (7 October 2004). Sex in the Ancient World from A to Z. Routledge. hlm. 165. ISBN 9781134547029 – via Google Books.
- ^ Ornamentis Augustarum: Suetonius, Life of Nero 28–29, discussed by Craig A. Williams, Roman Homosexuality (Oxford University Press, 1999), p. pp. 284, 400, 424.
- ^ Dio Cassius, Epitome of Book 68.6.4; 68.21.2–6.21.3
- ^ For the spelling, see Hans-Werner Goetz, Jörg Jarnut, Walter Pohl (eds.), Regna and Gentes: The Relationship Between Late Antique and Early ... (2003, ISBN 9004125248), page 62.
- ^ "Homosexuality and the Weerdinge Bog Men". www.connellodonovan.com. Diarsipkan dari asli tanggal 27 October 2016.
- ^ "Internet History Sourcebooks Project". sourcebooks.fordham.edu. Diarsipkan dari asli tanggal 19 October 2016.
- ^ Younger, John (7 October 2004). Sex in the Ancient World from A to Z. Routledge. hlm. 93. ISBN 9781134547029 – via Google Books.
- ^ Prioreschi, Plinio (20 October 1996). A History of Medicine: Roman medicine. Horatius Press. ISBN 9781888456035 – via Google Books.
- ^ Augustan History, Life of Elagabalus 10
- ^ a b c Varner, Eric (2008). "Transcending Gender: Assimilation, Identity, and Roman Imperial Portraits". Memoirs of the American Academy in Rome. Supplementary Volume. 7. Ann Arbor, Michigan: University of Michigan Press: 200–201. ISSN 1940-0977. JSTOR 40379354. OCLC 263448435.
Elagabalus is also alleged to have appeared as Venus and to have depilated his entire body. ... Dio recounts an exchange between Elagabalus and the well-endowed Aurelius Zoticus: when Zoticus addressed the emperor as 'my lord,' Elagabalus responded, 'Don't call me lord, I am a lady.' Dio concludes his anecdote by having Elagabalus asking his physicians to give him the equivalent of a woman's vagina by means of a surgical incision.
- ^ a b Tess de'Carlo (2018) Trans History. Lulu.com. ISBN 978-1-387-84635-1, p. 32.[rujukan terbitan sendiri]
- ^ Godbout, Louis (2004). "Elagabalus" (PDF). GLBTQ: An Encyclopedia of Gay, Lesbian, Bisexual, Transgender, and Queer Culture. Chicago: glbtq, Inc. Diakses tanggal 6 August 2007.
- ^ Benjamin, Harry; Green, Richard (1966). The Transsexual Phenomenon, Appendix C: Transsexualism: Mythological, Historical, and Cross-Cultural Aspects. New York: The Julian Press, Inc. Diarsipkan dari asli tanggal 2007-07-17. Diakses tanggal 3 August 2007.
- ^ a b "A History of Homophobia: 3 The Later Roman Empire & The Early Middle Eages". rictornorton.co.uk. Diarsipkan dari asli tanggal 21 January 2017.[rujukan terbitan sendiri]
- ^ Hirschfeld, Magnus (20 October 2017). The Homosexuality of Men and Women. Prometheus Books. ISBN 9781615926985 – via Google Books.
- ^ MEĐU NAMA 2014, hlm. 28-29.
- ^ "Internet History Sourcebooks". sourcebooks.fordham.edu. Diarsipkan dari asli tanggal 19 October 2016.
- ^ DiMaio, Constans I (337–350 A.D.)
- ^ Canduci, hlm. 131.
- ^ "The Historic Origins of Church Condemnation of Homosexuality". Well.com. Diakses tanggal 2018-06-12.
- ^ Theodosian Code 9.7.3: "When a man marries and is about to offer himself to men in womanly fashion (quum vir nubit in feminam viris porrecturam), what does he wish, when sex has lost all its significance; when the crime is one which it is not profitable to know; when Venus is changed to another form; when love is sought and not found? We order the statutes to arise, the laws to be armed with an avenging sword, that those infamous persons who are now, or who hereafter may be, guilty may be subjected to exquisite punishment."
- ^ "People with a History: Lesbian, Gay, Bisexual, and Trans* History Sourcebook — Justinian I: Novel 77 (538) and Novel 141 (544 CE)". Internet History Sourcebooks Project. Fordham University.
- ^ "LacusCurtius • Ammianus Marcellinus — Book XXIII". penelope.uchicago.edu.
- ^ "LacusCurtius • Ammianus Marcellinus — Book XXXI". penelope.uchicago.edu.
- ^ Theodosian Code 9.7.6: "All persons who have the shameful custom of condemning a man's body, acting the part of a woman's to the sufferance of alien sex (for they appear not to be different from women), shall expiate a crime of this kind in avenging flames in the sight of the people."
- ^ Dynes, Wayne R. (22 March 2016). "Search: 'Visigothic 506'". Encyclopedia of Homosexuality. Vol. II. Routledge. ISBN 9781317368120 – via Google Books.
- ^ "Corpus Iuris Civilis: The Digest and Codex: Marriage Laws" (PDF).
- ^ Laura Swan, The Forgotten Desert Mothers (2001, ISBN 0809140160), pages 72–73
- ^ Dale Albert Johnson, Corpus Syriacum Johnsoni I (2015, ISBN 1312855347), page 344-8
- ^ Conner, Randy P.; Sparks, David Hatfield; Sparks, Mariya; Anzaldúa, Gloria (1997), Cassell's Encyclopedia of Queer Myth, Symbol, and Spirit: Gay, Lesbian, Bisexual, and Transgender Lore, Cassell, hlm. 57, ISBN 0-304-33760-9
- ^ Visigothic Code 3.5.5, 3.5.6; "The doctrine of the orthodox faith requires us to place our censure upon vicious practices, and to restrain those who are addicted to carnal offences. For we counsel well for the benefit of our people and our country, when we take measures to utterly extirpate the crimes of wicked men, and put an end to the evil deeds of vice. For this reason we shall attempt to abolish the horrible crime of sodomy, which is as contrary to Divine precept as it is to chastity. And although the authority of the Holy Scriptures, and the censure of earthly laws, alike, prohibit offences of this kind, it is nevertheless necessary to condemn them by a new decree; lest if timely correction be deferred, still greater vices may arise. Therefore, we establish by this law, that if any man whosoever, of any age, or race, whether he belongs to the clergy, or to the laity, should be convicted, by competent evidence, of the commission of the crime of sodomy, he shall, by order of the king, or of any judge, not only suffer emasculation, but also the penalty prescribed by ecclesiastical decree for such offences, and promulgated in the third year of our reign."
- ^ "SGS – Europe and homosexuality".
- ^ "Burned for Sodomy". Queer Saints and Martyrs. 9 October 2012. Diarsipkan dari asli tanggal 13 March 2016.
- ^ David Bromell. Who's Who in Gay and Lesbian History, London, 2000 (Ed. Wotherspoon and Aldrich)
- ^ a b Hyung-Ki Choi; et al. "South Korea (Taehan Min'guk)". International Encyclopedia of Sexuality. Continuum Publishing Company. Diarsipkan dari asli tanggal 2007-01-10. Diakses tanggal 2007-01-01.
- ^ PETRI DAMIANI Liber gomorrhianus, ad Leonem IX Rom. Pon. in Patrologiae Cursus completus...accurante J.P., MIGNE, series secunda, tomus CXLV, col. 161; CANOSA, Romano, Storia di una grande paura La sodomia a Firenze e a Venezia nel quattrocento, Feltrinelli, Milano 1991, pp.13–14
- ^ M.J.A. (27 February 2011). "El primer matrimonio homosexual de Galicia se ofició en 1061 en Rairiz de Veiga" [The first homosexual marriage in Galicia was held in 1061 in Rairiz de Veiga]. FarodeVigo (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 27 February 2011.
- ^ Opera Omnia.Diarsipkan 22 October 2007 di Wayback Machine.
- ^ "storia completa qui". Diarsipkan dari asli tanggal 11 May 2015. Diakses tanggal 6 October 2014.
- ^ Osthananda, Kamori (June 29, 2021). "Thai LGBTQ+ history through the looking glass: religious freedom and LGBTQ+ rights in Thailand". Thai Enquirer. Diakses tanggal 19 August 2023.
- ^ a b Crompton, Louis (2003). Homosexuality and Civilization. Cambridge & London: Belknap Press of Harvard University Press.
- ^ For more documented detail about Bernardino's lengthy campaign against homosexuality, see Franco Mormando (1999). "Chapter 3: Even The Devil Flees in Horror at the Sight of This Sin: Sodomy and Sodomites". The Preacher's Demons: Bernardino of Siena and the Social Underworld of Early Renaissance Italy. Chicago: University of Chicago Press.
- ^ Lee, Jongsoo (2008). The Allure of Nezahualcoyotl: Pre-Hispanic History, Religion, and Nahua Poetics. UNM Press. ISBN 978-0826343376.
- ^ "Nezahualcoyotl's Law Code (1431)". Duhaime.org. Diarsipkan dari asli tanggal 27 February 2017.
- ^ 世宗實錄 [Veritable Records of Sejong]. Vol. 75. 1454.
- ^ Dynes, Wayne R. (22 March 2016). Encyclopedia of Homosexuality. Vol. I. Routledge. ISBN 9781317368151 – via Google Books.[halaman dibutuhkan]
- ^ della Chiesa, Angela Ottino (1967). The Complete Paintings of Leonardo da Vinci. hlm. 83.
- ^ Diarmaid MacCulloch (2003). Reformation: A History. pg. 95. MacCulloch says "he fell in love" and further adds in a footnote "There has been much modern embarrassment and obfuscation on Erasmus and Rogerus, but see the sensible comment in J. Huizinga, Erasmus of Rotterdam (London, 1952), pp. 11–12, and from Geoffrey Nutuall, Journal of Ecclesiastical History 26 (1975), 403"
- ^ Dynes, Wayne R. (22 March 2016). Encyclopedia of Homosexuality. Vol. I. Routledge. ISBN 9781317368151 – via Google Books.[halaman dibutuhkan]
- ^ Michael Rocke, Forbidden Friendships: Homosexuality and Male culture in Renaissance Florence, Oxford University Press, 1996
- ^ Bret Hinsch (1992). Passions of the cut sleeve: the male homosexual tradition in China. University of California Press. hlm. 142. ISBN 0-520-07869-1. Diakses tanggal November 28, 2010.
- ^ Société française des seiziémistes (1997). Nouvelle revue du XVIe siècle, Volumes 15–16. Droz. hlm. 14. Diakses tanggal November 28, 2010.
- ^ Michael Rocke, Forbidden Friendships: Homosexuality and Male culture in Renaissance Florence, Oxford University Press, 1996, 228-229.
- ^ Alfonso G. Jiménez de Sandi Valle, Luis Alberto de la Garza Becerra and Napoleón Glockner Corte. LGBT Pride Parade in Mexico City. National Autonomous University of Mexico (UNAM), 2009. 25 p.
- ^ Fernández-Armesto, Felipe (2022). Straits: Beyond the Myth of Magellan. Bloomsbury Publishing.
- ^ I. Arnaldi, La vita violenta di Benvenuto Cellini, Bari, 1986
- ^ Babur, Emperor of Hindustan (2002). The Baburnama: Memoirs of Babur, Prince and Emperor. translated, edited and annotated by W. M. Thackston. Modern Library. hlm. 89. ISBN 0-375-76137-3.
- ^ Michelangelo Buonarroti; Symonds, John Addington (1904). Sonnets. now for the first time translated into rhymed English. London: Smith, Elder, & Co.
- ^ R v Jacobs (1817) Russ & Ry 331 confirmed that buggery related only to intercourse per anum by a man with a man or woman or intercourse per anum or per vaginum by either a man or a woman with an animal. Other forms of "unnatural intercourse" may amount to indecent assault or gross indecency, but do not constitute buggery. See generally, Smith & Hogan, Criminal Law (10th ed), ISBN 0-406-94801-1
- ^ Lewandowski, Piotr (2014). Grzech sodomii w przestrzeni politycznej, prawnej i społecznej Polski nowożytnej. e-bookowo. ISBN 9788378594239.
- ^ Donoso, et al. (2021). Boxer Codex: A Modern Spanish Transcription and English Translation of 16th-Century Exploration Accounts of East and Southeast Asia and the Pacific. Academica Filipina+.
- ^ Szonyi, Michael (June 1998). "The Cult of Hu Tianbao and the Eighteenth-Century Discourse of Homosexuality". Late Imperial China. 19 (1): 1–25.
- ^ Malcolm, Noel (2024). Forbidden Desire in Early Modern Europe: Male-male Sexual Relations, 1400-1750 (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 244. ISBN 978-0-19-888633-4.
- ^ Roelens, Jonas (2024-02-06). Citizens and Sodomites: Persecution and Perception of Sodomy in the Southern Low Countries (1400–1700) (dalam bahasa Inggris). BRILL. hlm. 37. ISBN 978-90-04-68617-5.
- ^ Leofstreom, Jan (2014-02-04). Scandinavian Homosexualities: Essays on Gay and Lesbian Studies (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 16. ISBN 978-1-317-95757-7.
- ^ a b c "The History of Sodomy Laws in the United States – Virginia".
- ^ Godbeer, Richard (2002). Sexual revolution in early America. Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 0-8018-6800-9. p.123
- ^ Borris, Kenneth (2004). Same-sex desire in the English Renaissance: a sourcebook of texts, 1470–1650. New York: Routledge. ISBN 0-8153-3626-8. p.113
- ^ a b "Looking back at Quebec queer life since the 17th century" Diarsipkan 14 December 2014 di Wayback Machine.. Xtra!, 15 December 2009.
- ^ Foster, Thomas (2007). Long Before Stonewall: Histories of Same-Sex Sexuality in Early America. New York University Press.
- ^ "UNPO: Ethiopia: Sexual Minorities Under Threat". unpo.org. 2 November 2009. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 May 2021. Diakses tanggal 2021-05-09.
- ^ Belcher, Wendy Laura (2016). "Same-Sex Intimacies in the Early African Text Gädlä Wälättä P̣eṭros (1672): Queer Reading an Ethiopian Woman Saint". Research in African Literatures. 47 (2): 20–45. doi:10.2979/reseafrilite.47.2.03. ISSN 0034-5210. JSTOR 10.2979/reseafrilite.47.2.03. S2CID 148427759.
- ^ "DENMARK, PIONEER IN RIGHTS FOR THE LGBT". Denmark Today. 4 December 2014. Diarsipkan dari asli tanggal 9 February 2016.
- ^ オトコノコのためのボーイフレンド (1986)
- ^ Norton, Rictor (5 February 2005). "The Raid of Mother Clap's Molly House". Diakses tanggal 12 February 2010.
- ^ Hinsch, Bret (1990). Passions of the cut sleeve: the male homosexual tradition in China. Internet Archive. Berkeley : University of California Press. ISBN 978-0-520-06720-2. Pemeliharaan CS1: Lokasi penerbit (link)
- ^ "Et besynderligt givtermaal mellem tvende fruentimmer". Skeivt arkiv. 2014-12-16. Diakses tanggal 2021-09-07.
- ^ "การเล่นสวาท (ผู้ชายกับผู้ชาย) บังเกิดขึ้นในรั่ววัง". Postjung.com. October 2013. Diakses tanggal 2017-11-08.
- ^ Das Gupta, Oliver (23 January 2012). "Der Schwule Fritz" [The Gay Fritz]. Süddeutsche Zeitung (dalam bahasa Jerman). Diarsipkan dari asli tanggal 17 February 2021.
- ^ Gunther, Scott (2009). "The Elastic Closet: A History of Homosexuality in France, 1942–present" Diarsipkan 3 June 2013 di Wayback Machine. Book about the history of homosexual movements in France (sample chapter available online). Palgrave-Macmillan, 2009. ISBN 0-230-22105-X.
- ^ Jan Wong's China: Reports From A Not-So-Foreign Correspondent, Jan Wong. Doubleday Canada, 2011. [3]
Sumber
- Sabo, Adriana; Vuletić, Aleksandra; Stolić, Ana; Burmaz, Branko; Zec, Dejan; Duišin, Dragana; Stojanović, Dragana; Đurić, Dubravka; Maljković, Dušan; Erdei, Ildiko; Barišić, Jasmina; Petrović, Jelena; Višnjić, Jelena; Blagojević, Jelisaveta; Lončarević, Katarina; Radulović, Lidija; Kapetanović, Milorad; Jovanović, Nebojša; Savić, Nebojša; Knežević, Nenad; Dimitrijević, Olga; Dimitrov, Slavčo; Gočanin, Sonja; Bojanin, Stanoje; Kalinić, Tanja; Bjeličić, Vladimir; Jovanović, Vladimir; Ivanović, Zorica (2014). Blagojević, Jelisaveta; Dimitrijević, Olga; Stolić, Ana; Đurić, Dubravka; Lončarević, Katarina; Ivanović, Zorica; Radmanović, Mane; Popović, Tatjana; Savanović, Aleksandra; Knežević, Nenad (ed.). MEĐU NAMA: Neispričane priče gej i lezbejskih života - zbornik tekstova [BETWEEN US: Untold stories of gay and lesbian lives] (dalam bahasa Kroasia). Belgrade: Hartefakt Fond. ISBN 978-86-914281-4-3. Diakses tanggal 26 July 2023.
- Pritchard, James B., ed. (1969). "The Middle Assyrian Laws". Ancient Near Eastern Texts relating to the Old Testament. Diterjemahkan oleh Theophile J. Meek (Edisi 3rd). Princeton University Press. hlm. 180–188. ISBN 0-691-03503-2.
Bacaan lanjutan
- Archer, Bert (2004). The End of Gay: And the Death of Heterosexuality. Thunder's Mouth Press. ISBN 1-56025-611-7.
- Bullough, Vern L. (2002). Before Stonewall: Activists for Gay and Lesbian Rights in Historical Context. New York, Harrington Park Press, an imprint of The Haworth Press. ISBN 1-56023-193-9.
- Burleson, William E. (2005). Bi America: Myths, Truths, and Struggles of an Invisible Community. United Kingdom, Routledge. ISBN 978-1560234791
- Chauncey, George (1995). Gay New York: Gender, Urban Culture, and the Making of the Gay Male World, 1890–1940 (Edisi Reprint). Basic Books. ISBN 0-465-02621-4.
- Dapin, Mark, "If at first you don't secede...", The Sydney Morning Herald – Good Weekend, 12 February 2005, pp 47–50
- Fone, Byrne R. S. (2000). Homophobia: A History. New York: Metropolitan Books. ISBN 0-8050-4559-7.
- Gallo, Marcia M. (2007) Different Daughters: A History of the Daughters of Bilitis and the Rise of the Lesbian Rights Movement. California: Seal Press. ISBN 1580052525
- Hogan, Steve and Lee Hudson (1998). Completely Queer: The Gay and Lesbian Encyclopedia. New York, Henry Holt and Company. ISBN 0-8050-3629-6.
- Lattas, Judy, "Queer Sovereignty: the Gay & Lesbian Kingdom of the Coral Sea Islands", Cosmopolitan Civil Societies journal, UTS September 2009
- Miller, Neil (1995). Out of the Past: Gay and Lesbian History from 1869 to the Present. New York, Vintage Books. ISBN 0-09-957691-0.
- Percy III, William Armstrong (1996). Pederasty and pedagogy in archaic Greece. University of Illinois Press. ISBN 0-252-02209-2.
- Stryker, Susan (2008). Transgender History. New York, Seal Press. ISBN 978-1-58005-224-5
Pranala luar
- Accuracy disputes January 2024
- Artikel dengan paramater tanggal tidak valid pada templat
- Accuracy disputes December 2017
- Artikel wikipedia yang memerlukan kutipan nomor halaman January 2024
- Semua artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan
- Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan March 2009
- Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan May 2009
- Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan July 2010
- Queer
- LGBT
- Sejarah