Internux
![]() | |
Anak perusahaan | |
Industri | Telekomunikasi |
Didirikan | 11 Oktober 2000 |
Pendiri | Stephanus Adi Nugroho |
Kantor pusat | BeritaSatu Plaza Lt. 7 Jl. Jenderal Gatot Subroto 35-36 Jakarta, Indonesia Sebelumnya: Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 53 Makassar, Indonesia |
Produk | Sebelumnya: Operator jaringan seluler Penyedia jasa internet |
Induk | First Media (via PT Mitra Mandiri Mantap) Mitsui Co. |
Situs web | www.internux.co.id |
Internux adalah sebuah perusahaan telekomunikasi swasta dari Indonesia yang berdiri pada tahun 2000. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari PT First Media Tbk, dan awalnya hanya beroperasi sebagai penyedia jasa internet di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tahun 2009 perusahaan ini mendapat izin membangun jaringan BWA 2,3 GHz, namun baru menyelenggarakannya di tahun 2013 dengan sistem 4G LTE dengan merek dagang BOLT!.
Pada 28 Desember 2018, izin Internux di jaringan 2,3 GHz dicabut sehingga perusahaan ini tidak lagi menjadi operator jaringan seluler sampai saat ini. Namun, Internux tetap bertahan sebagai anak usaha First Media.
Sejarah
Pendirian dan perkembangan awal
Nama Internux (awalnya ditulis iNterNUX) merupakan singkatan dari Internet Linux. Sesuai namanya, awalnya perusahaan ini bergerak dalam penyediaan jasa internet berbasis sistem operasi Linux. Bisnis Internux bermula ketika pada 23 September 1999, Stephanus Adi Nugroho dan dua rekannya mendirikan sebuah warung internet (warnet) di Makassar, dengan sistem Linux. Walaupun awalnya Adi dan kawan-kawan sempat ragu karena Linux kurang terkenal dan masih dalam pengembangan, ternyata warnet yang hanya memiliki 6 komputer itu cukup sukses dan dalam 3 bulan sudah balik modal. Seiring waktu, Internux, melihat warnet di Makassar yang pada saat itu sedang berkembang berusaha untuk memperbesar kinerjanya dengan menjadi teknisi dan tenaga ahli bagi pembangunan warnet-warnet berbasis Linux lainnya.[1] Pada 11 Oktober 2000,[2] Internux resmi didirikan sebagai sebuah perseroan terbatas dengan nama PT Internux, dan kemudian terdaftar di Departemen Kehakiman Republik Indonesia pada tahun 2001.[1]
Di tahun 2001, melihat peluang yang lebih besar, Internux memutuskan terjun dalam bisnis internet service provider (ISP), tetapi tetap dengan sistem Linux di kota Makassar. Awalnya, layanan internet ini hanya ditawarkan pada sesama pemilik warnet, tetapi kemudian setelah pada 2002 bisnis warnet di Makassar menjadi lesu, Internux mulai menawarkan jasanya pada berbagai lembaga lain seperti perusahaan/korporasi, biro perjalanan dan lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus. Dari awalnya berjuang untuk meyakinkan konsumen dengan layanannya yang bernama Internux Corporate Internet Access dan WLAN on Demand, pada 2004 Internux berhasil membangun dirinya menjadi ISP yang cukup baik di Makassar. Setelah terjun ke bisnis ini, praktis bisnis warnet yang awalnya ditekuni pun ditinggalkan.[1]
Pengurus Internux pada saat didirikan meliputi Stephanus Adi Nugroho, Andi Ridwan Djabir Pattiwiri, Irwin Day dan Adnan Nizar, dengan alamat di Jl. Arief Rate No. 3, Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, pada tahun 2004, mayoritas saham berpindah ke tangan Stephanus Adi Nugroho dan kantor pun berpindah ke Jl. Ratulangi 53J, Makassar. Empat tahun kemudian, Adi dan rekan-rekannya melepas kepemilikan mereka ke tangan PT Mitra Mandiri Mantap (dipimpin oleh Erslan Ibrahim) dan KWTC (dipimpin oleh Woo Jung-ku). Keduanya mengangkat Adnan Nizar, pendiri perusahaan ini, sebagai direktur utama. Di tahun 2009, Internux berpindah kantor pusat dari Makassar ke Jakarta, di Menara Karya, Jakarta Selatan, dengan posisi dirut di bawah Erslan Ibrahim.
Bisnis WiMAX
Pada tahun 2009, nama PT Internux melesat dalam pemberitaan karena memenangkan lelang yang diadakan pemerintah untuk membangun jaringan WiMAX di seluruh wilayah Indonesia sejak 27 April 2009.[3] Dalam penetapan yang diumumkan oleh Kemenkominfo di tanggal 16 Juli 2009, Internux memenangkan lelang untuk membangun jaringan berlisensi broadband wireless access (BWA) di Jabodetabek bersama PT First Media Tbk. Keduanya memiliki harga yang tidak terlalu jauh: First Media Rp 121 miliar, sedangkan Internux Rp 110 miliar.[4] Pihak Internux mengklaim bahwa mereka sudah mempersiapkan pengembangan jaringan tersebut setahun sebelum mengikuti tender, dengan modal Rp 220 miliar. Namun, belum juga mengoperasikan layanannya, Internux "tersandung" masalah karena tidak membayar biaya total kewajiban dan Biaya Hak Penggunaan frekuensi sesuai waktu yang ditetapkan. Tindakan menunggak ini terus terjadi walaupun pemerintah sudah mengenakan denda sebesar 2%, mengirimkan 3 kali surat peringatan, dan memperpanjang waktu pembayaran hingga beberapa kali, yaitu pada 17 November dan 20 November 2009, 21 Januari[5] dan 20-22 Februari 2010.[6]
Memasuki Januari 2010, Internux merupakan satu-satunya pemenang tender yang tidak mematuhi kewajibannya.[7] Pihak Internux beralasan bahwa mereka sedang memikirkan masalah perangkat WiMAX yang pada saat itu masih mahal di Indonesia. Pada saat bersamaan, mereka dilaporkan telah diakuisisi oleh perusahaan asal Korea Selatan[8] (walaupun tampaknya hal ini hanya sebatas rumor).[9] Akibat tidak mematuhi kewajibannya, setelah sempat tertunda dari sebelum perpanjangan waktu pertama,[10] pada 3 Mei 2010 pemerintah resmi mencabut izin BWA Internux, untuk selanjutnya dilelang kembali.[11] Awalnya, tender ulang eks-wilayah layanan Internux dijadwalkan akan dilakukan pada Juni 2010,[12] yang sudah diminati salah satunya oleh Telkom Indonesia.[13] Namun, lelang ini belakangan tak kunjung dilakukan.
Tidak tinggal diam dengan pencabutan izinnya, pada akhir 2010 Internux menggugat Kemenkominfo di PTUN. Dalam sejumlah putusan, banding dan kasasi di tahun 2011-2012, semuanya memenangkan Internux, sehingga izinnya (terpaksa) dikembalikan oleh pemerintah pada Januari 2012.[14] Di tengah-tengah gugatan tersebut, Internux sempat dirumorkan pada April 2011 tengah mengadakan pembicaraan dengan Bakrie Telecom untuk mengakuisisinya. Bakrie Telecom memang menyampaikan ke publik bahwa mereka berminat untuk terjun ke bisnis WiMAX dengan akuisisi perusahaan yang bermain di wilayah potensial, tetapi tidak disampaikan apa nama perusahaan itu.[15] Namun, jika Bakrie Telecom mengatakan bahwa merekalah yang akan mengakuisisi Internux, di pihak Internux justru menyatakan bahwa mereka hanya sekadar bekerjasama dengan Bakrie Telecom.[16] Namun tidak ada kelanjutan dari wacana ini, dan hingga 2013, Internux belum kunjung meluncurkan layanannya yang rencananya diberi merek Bolt.[17] Alasan yang umum beredar adalah karena WiMAX sudah terlambat dan sulit lagi dikembangkan di Indonesia.[18]
Kemudian, pada Mei 2013 Kemenkominfo memberikan peluang kepada pemilik hak jaringan WiMAX untuk mengubah sistemnya menjadi 4G LTE.[19] Dengan terbukanya peluang tersebut, pada akhir 2012 Internux mengajukan proposal untuk mengubah izin jaringannya (yang belum beroperasi sama sekali) dari WiMAX ke 4G LTE, serta mulai menyiapkan perangkat dan infrastrukturnya pada tahun 2013.[20] Berbagai kerjasama juga dijalin dengan sejumlah perusahaan, misalnya kepada Sarana Menara Nusantara[21] dan Tower Bersama Infrastructure. Namun, yang terpenting adalah kerjasama yang dijalin dengan First Media lewat Strategic Aliance Agreement yang disepakati keduanya pada 23 Oktober 2013. Dalam perjanjian ini, First Media mengalihkan jaringan dan infrastrukturnya untuk digunakan oleh Internux.[22] Zona layanan BWA kedua perusahaan, yang kebetulan sama-sama di Jabodetabek ditambah milik First Media di Sumatra bagian utara (Sumatera Utara dan Aceh) hasil tender di tahun 2009, selanjutnya digabungkan ke dalam satu layanan.[23] Kerjasama itu lahir mengingat pengalaman First Media yang sudah cukup lama bermain di bisnis internet.[24]
Bisnis 4G LTE
Pada akhirnya, di tanggal 14 November 2013 layanan 4G LTE Internux resmi diluncurkan dengan nama BOLT! yang menggunakan frekuensi 2,3 GHz, dengan target awal 10 juta pengguna baru di Jabodetabek. Untuk pengembangan awalnya, manajemen Internux mengalokasikan dana senilai Rp 6,3 triliun untuk menyewa ribuan BTS dari sejumlah operator dan menyediakan perangkatnya. Tercatat ada 1.500 BTS sewaan yang pada saat itu digunakan Internux dan ditargetkan menjadi 3.500 pada 2014. Selain itu, bantuan lewat kerjasama juga dijalin dengan Huawei dalam infrastruktur[25] dan Mitsui dalam pendanaan modal senilai US$ 75 juta.[26][27] Seiring peluncuran BOLT!, First Media ikut mengalihkan pengguna layanan WiMAX mereka, Sitra menjadi pelanggan BOLT!.[28] Hal ini terjadi meskipun First Media sempat ingin menghadirkan layanan 4G mereka dengan nama lain, sebagai pengganti Sitra yang berhenti beroperasi sejak Juni 2013.[29]
Pada 2014-2015 Internux melakukan berbagai ekspansi dengan meluncurkan beberapa produk dan layanan baru[30] ditambah perluasan layanan ke Medan, bekerjasama dengan First Media yang memegang lisensi BWA di Sumatera bagian utara. BTS mereka terus berusaha ditingkatkan, dari 2.200 unit menjadi 3.600 unit hingga akhir tahun 2014.[30] Di tahun 2016, Internux tetap melakukan pengembangan dengan menargetkan 2,5 juta pelanggan dan 4.200 BTS. Berbagai infrastruktur seperti nano cell juga dibangun untuk meningkatkan layanan.[31] Di awal 2017, Internux menuai perhatian karena menggugat Kemenkominfo yang pada saat itu memberikan frekuensi 2,3 GHz (wilayah BOLT!) untuk Smartfren secara langsung tanpa tender.[32] Dalam gugatan di PTUN itu, Kemenkominfo kalah dan diwajibkan memberikan frekuensi itu secara nasional untuk Internux. Namun, pemerintah akan menyatakan banding dalam putusan ini.[33]
Di tengah ekspansi ini, Internux mengalami perubahan kepemilikan, sehingga saham mayoritasnya (69%) dipegang oleh First Media. Pada awalnya, kepemilikan First Media di induk Internux, PT Mitra Mandiri Mantap hanya sebesar 18% pada awal November 2014 (dengan konversi piutang menjadi saham).[34] Namun, angka itu naik pada 24 November 2014 menjadi 49% dan per 29 Desember 2014 sudah menjadi 69%, dalam transaksi senilai Rp 1,34 triliun.[35] Sebelumnya, saham PT Mitra dikuasai oleh PT Cahaya Emerald Cemerlang dan PT Inti Permata Provita dengan kepemilikan masing-masing 50%. Setelah transaksi kepemilikan keduanya terdilusi menjadi masing-masing 15,48%. Akuisisi dilakukan dalam rangka ekspansi First Media dan dilakukan dalam kondisi Internux yang kurang baik karena merugi.[36] Targetnya adalah pendapatan Internux mencapai Rp 2 triliun pada 2015 dan Rp 4 triliun pada 2017.[37]
Untuk membantu keuangan PT Mitra Mandiri Mantap dan Internux, First Media telah menyuntikkan dana sebesar Rp 700 miliar.[38] Penambahan modal demikian dilakukan untuk meningkatkan pelayanan data.[39] Rumor akuisisi sebenarnya sudah ada sejak perjanjian kerjasama Internux-First Media di tahun 2013,[40] tetapi belum bisa dibuktikan apakah benar Internux sudah dikuasai oleh First Media (atau induknya, Grup Lippo) pada saat itu. Saat itu, First Media juga membantah rumor adanya akuisisi.[41] Komposisi saham Internux selanjutnya terdiri dari 80% oleh PT Mitra Mandiri Mantap dan 20% oleh Mitsui Corp.[42] First Media sempat merencanakan melepas 25% saham Internux dalam penawaran umum perdana pada pertengahan 2015, dengan harapan meraih dana segar Rp 700 miliar,[43] namun tidak kunjung terwujud.
Berakhirnya bisnis Internux
Bagaimanapun, pada akhirnya Internux menghadapi masalah berupa berbagai sengketa yang membuat bisnisnya berakhir. Pada 17 September 2018, tiba-tiba PT Internux menghadapi gugatan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) yang diajukan oleh sejumlah pihak, karena menunggak Rp 4,69 triliun dari 283 kreditur, yang terdiri dari berbagai anak perusahaan Grup Lippo, Huawei serta sejumlah bank lokal dan asing. Namun, pada 30 Oktober kemudian hasil pemungutan suara menyatakan para kreditur setuju untuk damai dengan proposal perdamaian yang diajukan Internux,[44] dan pada 14 November 2018 Pengadilan Niaga Jakarta Pusat resmi memutus perjanjian perdamaian ini, yang berarti Internux tidak jadi dipailitkan.[45] Menurut manajemen Internux, masalah keuangan ini bisa terjadi karena iklim bisnis di 2,3 GHz tidak berpihak kepada mereka dan adanya saingan yang besar, padahal pemegang saham sudah menginvestasikan dananya sebesar Rp 8 triliun.[20] Kesulitan keuangan ini terjadi meskipun pada Agustus lalu Internux menyatakan telah menyiapkan investasi Rp 8 triliun untuk infrastruktur broadband dan perumahan.[46]
Namun, kemudian muncul masalah yang lebih besar lagi yang akhirnya berakhir dengan ketidakberuntungan bagi Internux. Awal November 2018, pemerintah mengancam akan mencabut izin 2,3 GHz Internux dan induknya, First Media (yang diberikan pada lelang 2009 lalu) karena tidak membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) dari 2016-2018, senilai Rp 500 miliar plus denda.[47] Internux menunggak sebesar Rp 343 miliar, sedangkan First Media mempunyai tunggakan Rp 364 miliar (totalnya Rp 708 miliar). Utang ini diketahui setelah pemerintah melakukan evaluasi pada kinerja operator broadband.[48] Sebenarnya, pemerintah dalam gugatan PKPU Internux sudah berusaha untuk memasukkan hutang BHP Internux dalamnya namun gagal karena diputus damai. Artinya adalah Internux bisa mencicil pembayaran hutangnya hingga 30 tahun, yang jelas tidak disetujui pemerintah karena izin BWA hanya berlaku 10 tahun.[49] Mengetahui izinnya akan dicabut, First Media mengajukan gugatan yang meminta penundaan pencabutan izin oleh Kemenkominfo ke PTUN pada 2 November 2018.[50] Namun, gugatan ini dicabut pada 19 November 2018 setelah Internux-First Media mengajukan proposal skema pembayaran dan janji untuk melakukan penyelesaian hutang BHP mereka, pada 2016-2017 dan berkomitmen untuk melunasi pada 2020.[51]
Akhirnya, Kemenkominfo lebih memilih melaksanakan pencabutan izin. Setelah sempat tertunda dari rencana awal di tanggal 17 November 2018,[52] pada 28 Desember 2018 pemerintah resmi mencabut izin frekuensi Internux dan First Media di 2,3 GHz.[53] (Pada saat bersamaan, hak penyelenggara BWA dari pemenang tender WiMAX lain, PT Jasnita Telekomindo ikut dicabut oleh pemerintah setelah mereka mengembalikan izinnya).[54] Setelah pencabutan izin itu, pihak Internux mulai memproses pengembalian dana ke konsumen dalam waktu satu bulan, terhitung dari tanggal 31 Desember 2018.[55] Adapun frekuensi eks-Internux dan First Media sempat disebutkan ingin diakuisisi oleh Smartfren.[56] Akibat pencabutan izin ini, walaupun masih harus membayar hutang BHP-nya pada Kemenkominfo, First Media tetap mengalami kerugian yang naik dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 3,31 triliun. Aset perusahaan juga melorot dari Rp 12 triliun menjadi 6,98 triliun.[57]
Kondisi saat ini
Per laporan keuangan First Media di bulan September 2020, Internux masih tercantum sebagai anak usahanya (lewat PT Mitra Mandiri Mantap dengan kepemilikan 75%),[58] akan tetapi, kurang diketahui bagaimana prospek dan operasional anak usahanya tersebut. Kemungkinan perusahaan ini masih dipertahankan untuk penyelesaian hutang-hutangnya. Namun, pada laporan keuangan First Media tahun 2024, nama PT Internux sudah tidak dapat ditemukan dalam daftar anak usahanya. Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa pada tanggal 23 April 2024, PT Internux menerima Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 18/TEL.02.04/2024 yang mencabut izin ISP perusahaan.[59]
Produk dan layanan
BOLT!

BOLT! awalnya dimaksudkan sebagai layanan WiMAX dari Internux.[17][18] Namun, seiring tidak berkembangnya sistem WiMAX di Indonesia dan adanya peluang dari Kemenkominfo kepada pemilik hak jaringan WiMAX untuk mengubah sistemnya menjadi 4G LTE, pada akhir 2012 Internux (dan First Media)[19] mengajukan izin untuk mengonversi jaringannya ini.[20]
Setelah semua persiapan selesai, di tanggal 14 November 2013, layanan 4G LTE BOLT! (panjangnya BOLT! Super 4G LTE)[60] resmi diluncurkan di sebuah gedung kawasan Sudirman, Jakarta. Layanan 4G LTE Internux ini menggunakan frekuensi 2,3 GHz (Band 40) dengan sistem time division duplex (TDD) dan merupakan jaringan 4G LTE pertama di Indonesia. Internux menargetkan 10 juta pengguna di daerah layanan awalnya di Jabodetabek, dan paket berupa internet-Mi-Finya ditawarkan seharga Rp 299.000/paket.[61] Namun, setelah peluncurannya, layanan Internux sempat tidak bisa digunakan secara langsung (dikomersialkan), dengan alasan harus disempurnakan terlebih dahulu selama beberapa waktu.[62] 1,5 bulan setelah diluncurkan, tepatnya pada 25 Desember 2013, barulah pihak Internux memasarkan produk BOLT! secara luas ke masyarakat.[63] Internux kemudian juga mendapatkan tambahan pelanggan dari pengalihan layanan WiMAX Sitra milik First Media.[28]
BOLT! bisa dikatakan merupakan upaya kedua dari Grup Lippo untuk terjun ke bisnis operator jaringan seluler, setelah sebelumnya bermain dengan merek Lippo Telecom pada 2001-2007 lalu. Adapun layanan BOLT! sedikit berbeda dengan layanan seluler, karena pengelolanya (Internux dan First Media) hanya memiliki lisensi BWA.[64] Hal ini terlihat dari nomor BOLT! yang tidak memiliki kode telepon/prefiks khusus,[65] cakupan yang terbatas (tidak nasional), ditambah layanannya tidak memiliki kemampuan teleponi[66] maupun SMS (hanya komunikasi data saja).[64] Sebagai alternatif, sejak Juli 2015, BOLT! memiliki aplikasi BOLT! Talk yang dapat digunakan untuk komunikasi suara dan pesan singkat, yang dapat dimanfaatkan penggunanya tanpa tambahan biaya. Layanan BOLT! Talk mirip dengan aplikasi perpesanan instan yang sudah ada, namun tetap berbasis VoIP.[67] Karena skema lisensi itu juga, pelanggan BOLT! tidak perlu meregistrasi nomornya seperti yang dilakukan pengguna operator lain.[65]
Tiga bulan beroperasi, BOLT! diklaim sudah meraih 5.000 pelanggan untuk wilayah layanan Jabodetabek. Untuk memperluas layanan, Internux terus berusaha memperbanyak BTS miliknya.[68] Hal ini dikarenakan masih banyaknya pelanggan yang mengeluhkan penurunan atau hilangnya sinyal, yang berbuah teguran Kemenkominfo kepada Internux.[69] Pengguna BOLT! diperkirakan menggunakan 1 GB layanan data/hari.[70] Untuk mendekatkan diri ke pelanggan, BOLT! menghadirkan outlet layanan yang diberi nama BOLT! Zone di beberapa mal Jabodetabek.[71] Mengikuti rencana Internux untuk menghadirkan paket bundling telepon pintar,[72] pada 21 Agustus 2014, BOLT! Powerphone, smartphone hasil kerjasama dengan ZTE, mulai beredar di pasaran.[73] Berbagai produk baru dan paket baru juga diluncurkan sepanjang 2014.[74][75]
Ekspansi terus dilanjutkan pada 2015. Di tahun ini, BOLT! melakukan perluasan layanan ke Medan, bekerjasama dengan First Media yang memegang izin BWA di Sumatera Utara pada 2009 lalu. Uji cobanya sudah dilakukan sejak Desember 2014, tetapi baru pada 12 Maret 2015 layanan ini diperkenalkan ke publik Medan. Modal awalnya adalah 200 BTS (direncanakan meningkat menjadi 470 BTS di akhir 2015), dan modal US$ 20 juta. Targetnya adalah 200.000 pelanggan dan cakupan 5 juta penduduk Medan.[42] Selain di Medan, Bolt juga melakukan ekspansi ke Banten utara dan Cikarang.[76] Produk-produk baru seperti perangkat Wi-Fi, tablet[77] dan layanan VoIP juga direncanakan untuk diluncurkan. Pada Februari 2015, BOLT! berhasil mendapat 1 juta pelanggan yang dilayani 3.600 BTS, dan di akhir tahun ditargetkan naik menjadi 4,5 juta.[30] Di tahun ini juga, BOLT! meraih penghargaan "Indonesia WOW Brand 2015: Telco, Gadget & Broadcast TV".[78]
Di tahun 2016, Internux tetap melakukan pengembangan dengan menargetkan 2,5 juta pelanggan BOLT! dan tambahan 4.200 BTS. Layanannya berusaha ditingkatkan menjadi 4G Ultra LTE, dan berusaha diperluas hingga ke Aceh, Serang dan Cilegon.[79] Di Februari 2016, BOLT! berhasil memenangkan penghargaan Top Brand Award.[80] Pada akhir Juli 2016 pelanggan BOLT! mencapai 2,2 juta,[81] dan pada Juni 2017 mencapai 3 juta.[82] Pada 22 Februari 2017, diluncurkan layanan BOLT! khusus rumah bernama BOLT! Home, dengan harga Rp 199.000 namun tanpa batas (unlimited).[83] Pada Agustus 2018, tercatat BOLT! sudah menjaring 4 juta pelanggan di tahun operasinya yang ke-5, dan menjalin berbagai kerjasama dengan beberapa OTT dan berbagai layanan lain.[84]
Seiring masalah yang muncul, terutama masalah dengan Kemenkominfo, nasib BOLT! seperti hanya tinggal menunggu waktu. Karena terus menunggak pembayaran BHP, pada 17 November 2018, Kemenkominfo berniat mengeluarkan surat keputusan pencabutan izin frekuensi 2,3 GHz First Media dan Internux (yang digunakan untuk layanan BOLT!).[52] Namun, karena adanya proposal dari para penunggak dan kepentingan konsumen, rencana ini sempat ditunda.[85] Sejak 21 November 2018, BOLT! tidak bisa menerima lagi pengisian pulsa dari pelanggannya dan tidak dapat lagi menjual kartu perdana.[86] Kemudian pemerintah memerintahkan agar BOLT! memulai proses pengembalian dana pada konsumen. Setelah pada 25 Desember 2018, dilihat bahwa pengguna BOLT! yang aktif sudah menurun, maka di tanggal 28 Desember 2018 pemerintah resmi mencabut izin Internux dan First Media di 2,3 GHz. Artinya, sejak saat itu, BOLT! resmi berhenti beroperasi.[53]
Berakhirnya layanan BOLT!, yang pada saat itu beroperasi di Jabodetabek dan Medan diiringi dengan pemberitahuan kepada pelanggan bahwa mereka dapat meminta pengembalian dana di 28 kantor BOLT! (bernama BOLT! Zone) di wilayah layanannya selama sebulan, dari 31 Desember 2018-31 Januari 2019.[55] Untuk pelanggannya, BOLT! juga menjalin kerjasama dengan Smartfren dan First Media. Pelanggan BOLT! Home akan "disarankan" beralih ke First Media. Mereka akan ditawarkan promo berupa diskon dan TV kabel gratis.[87] Sedangkan pelanggan BOLT! biasa akan "disarankan" beralih ke Smartfren lewat proses verifikasi. Mereka akan diberi kartu perdana Smartfren dalam proses migrasi ini.[88] Meskipun demikian, tidak semua eks-pelanggan BOLT! merespon positif pengalihan ke Smartfren tersebut, karena penawaran mereka yang kurang menarik.[89] Pada akhir Januari, migrasi itu tuntas dengan pemerintah menyatakan Rp 11 miliar telah dikembalikan ke 11.000 pelanggan, dan 40.000 pelanggan BOLT! sudah bermigrasi ke Smartfren.[90] Namun, Smartfren tetap membuka peluang untuk konversi ini walaupun periodenya sudah berakhir setelah 31 Januari 2019, yaitu berupa tukar tambah perangkat atau promo kuota.[91] Target Smartfren adalah meraih 100.000 pengguna BOLT! sebagai pengguna layanannya.[92]
Beberapa ragam produk BOLT!, seperti:
- Thunder BOLT (kartu BOLT! prabayar)
- Premium BOLT (kartu BOLT! pascabayar)
- BOLT! Mobile Wi-fi
- BOLT! USB Modem
- BOLT! Home Router
- BOLT! Powerphone
- BOLT! Powerphone Special Pack
- Huawei Tablet X1 Slim 4G LTE
- BOLT! Powerphone E1
- Samsung Galaxy J5
BOLT! meresmikan gerai pertamanya yang bernama "BOLT! Zone" di Plaza Semanggi pada 29 November 2013.[93] Sebelum penghentian layanannya di akhir 2018, BOLT! Zone tersedia di lokasi berikut:
- BOLT Zone Plaza Semanggi
- BOLT Zone Pluit Village
- BOLT Zone Kemang Village
- BOLT Zone Depok Town Square
- BOLT Zone Gajah Mada Plaza
- BOLT Zone ITC Cempaka Mas
- BOLT Zone Jalan Pajajaran, Bogor
- BOLT Zone Metropolis Town Square
- BOLT Zone Cibubur Junction
- BOLT Zone PX Pavilion
- BOLT Zone Grand Mal Bekasi
- BOLT Zone WTC Matahari Serpong
- BOLT Zone Tamini Square
- BOLT Zone Sun Plaza Medan
- BOLT Store Cideng
- BOLT Store Kalimalang
- BOLT Store Ciledug
- BOLT Store Depok
- BOLT Store Satrio
- BOLT Store Karawaci
- BOLT Store Kebon Jeruk
- BOLT Store Medan 1
- BOLT Store Sumatera Utara 2
Lihat pula
Rujukan
- ^ a b c "iNterNUX Internet Service Provider "Full Linux"" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-02-10. Diakses tanggal 2021-02-10.
- ^ Pendapat KPPU atas pengamnbilalihan Internux
- ^ "8 Perusahaan Menang Tender WiMAX". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-04-10. Diakses tanggal 2021-02-19.
- ^ Siaran Pers No. 217/PIH/KOMINFO/11/2009 Kewajiban Pembayaran Oleh Para Pemenang Tender BWA Non Konsorsium Hingga Batas Akhir Masa Perpanjangan Waktu Tanggal 20 November 2009
- ^ Internux Terancam Batal Menang Tender
- ^ Internux Belum Juga Membayar Kewajiban BWA
- ^ Kewajiban Pembayaran Yang Harus Segera Dipenuhi Oleh PT Internux Sebagai Salah Satu Pemenang Tender BWA
- ^ Internux Tinggal Satu Kali Kesempatan
- ^ The PR: Tantangan Public Relations pada Era Keterbukaan
- ^ Izin Jaringan BWA Internux segera dialihkan
- ^ Internux Tumbang, BWA Jabotabek Tender Ulang
- ^ Kominfo Tender Ulang 15 Zona Wimax
- ^ Telkom Minati Frekuensi Milik Internux
- ^ Frekuensi dan lisensi WiMax Internux dikembalikan
- ^ Bakrie Telecom Segera Akuisisi Operator WiMax
- ^ Internux: Sudah Ada Pembicaraan dengan BTel
- ^ a b Ericsson tak percaya WiMax dan CDMA akan berkembang
- ^ a b Fokus ke 3G, Lelang WiMax Ditunda
- ^ a b Pemegang Lisensi Wimax Bisa ke LTE
- ^ a b c Asal muasal produsen Bolt terjerat utang triliunan rupiah
- ^ Protelindo and Iforte Signed Settlement Agreements with Internux
- ^ Internux Siap Hadirkan 4G LTE di Indonesia
- ^ Menguak Kekuatan Internux dengan 4G LTE
- ^ Internux Rilis Mobile WiFi ‘Bolt’, Gaet First Media Pasarkan Layanan Internet 4G LTE Pertama di Indonesia
- ^ Internet 4G LTE Resmi Hadir di Indonesia
- ^ (Inggris) Law360.com. "Mitsui Invests 75M in Indonesian Telecommunication Corporation". Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
- ^ Jualan 4G LTE, Internux Gandeng First Media
- ^ a b Sebagai Pelanggan Lama sitra . . . akhirnya Penantian itu menemui titik terang
- ^ 4G dari First Media Tak Gunakan Merek Sitra
- ^ a b c Internux siap menggaet 1,5 juta pelanggan
- ^ 2016, Bolt fokus tingkatkan sejuta pelanggan
- ^ Gugatan Bolt Dikabulkan, Ini Tanggapan Menkominfo
- ^ Pemerintah Siap Banding Gugatan Internux Bolt
- ^ Ekspansif, KBLV membeli empat perusahaan
- ^ First Media Tambah Saham di Bolt 49%
- ^ First Media memperkuat sinergi dengan Bolt
- ^ Akuisisi Internux, First Media Harapkan Bolt Setor Pendapatan Rp. 2 Triliun
- ^ First Media Tergetkan Rp 4 Triliun dari Bolt
- ^ (Inggris) Warta Ekonomi. "First Media Tambah Kepemilikan di Induk Usaha Bolt".
- ^ Demi LTE, First Media Akuisisi Internux?
- ^ First Media dan Internux Kian Mesra?
- ^ a b Bolt Super 4G LTE Ekspansi ke Medan
- ^ Wah, First Media Divestasi Internux Tak Lama Lagi
- ^ Belitan Utang yang Mengancam Perusahaan Internet Grup Lippo
- ^ Cara Licin Produsen Bolt, Cucu Usaha Grup Lippo, Menghindari Pailit
- ^ Internux Tanam Rp 8 Triliun untuk "Broadband" dan Internet Perumahan
- ^ 3 Tahun Menunggak, Izin Prinsip Modem BOLT Terancam Dicabut
- ^ Izin Frekuensi 4G Bolt Terancam Dicabut, Ini Alasannya
- ^ Mengapa Kominfo Kalah dari Anak Usaha Lippo Group di PKPU
- ^ Tunggakan BHP Ditagih, First Media Gugat Kominfo ke PTUN
- ^ Ajukan Restrukturisasi ke Kemenkominfo, First Media dan Internux Janji Lunasi Utang
- ^ a b SK Pencabutan Penggunaan Frekuensi Bolt dan First Media Terbit
- ^ a b Ini Penyebab Runtuhnya First Media dan Bolt
- ^ Akhirnya, Kominfo berani cabut ijin frekuensi Bolt dan Jasnita
- ^ a b Bolt Ganti Rugi Pulsa dan Kuota Pelanggan Mulai Senin
- ^ Eksklusif: Smartfren Kaji Beli Frekuensi Milik First Media
- ^ Bolt Bikin First Media Rugi Hingga Rp 3,5 T
- ^ Laporan Keuangan First Media Tbk Q3 2020
- ^ Laporan tahunan KBLV 2024
- ^ Tak Gentar Hadapi Operator 4G Lain, Bolt Super 4G Usung 3 Strategi
- ^ "Internet 4G LTE Resmi Hadir di Indonesia". Kompas.com. Diakses tanggal 15 November 2013.
- ^ Internux batal komersialkan Bolt 4G hari ini
- ^ Internux Segera Menambahkan BTS Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan Bolt 4G LTE Mereka
- ^ a b Bolt!Talk, Siasat Bolt Mengakali Layanan Suara
- ^ a b Pelanggan Bolt Tak Perlu Registrasi Ulang
- ^ Transformasi Ceria Menjadi Net1 untuk Sediakan Konektivitas Internet di Kawasan Terpencil
- ^ Bolt! Masuki Bisnis OTT dengan Hadirkan Aplikasi Bolt! Talk
- ^ Genjot Bangun BTS, Internux Alokasikan 20% Anggaran Tahunan
- ^ Layanan Bolt lemot, Kominfo akan tegur Internux
- ^ Pengguna Bolt 4G LTE "Sedot" 1 GB Per Hari
- ^ Bolt 4G LTE Tambah Lokasi Konsultasi
- ^ Percepat penetrasi, Internux akan bundling Bolt
- ^ Bolt jual smartphone Android 4G LTE
- ^ Luncurkan MiFi, Bolt incar 500 ribu pelanggan baru
- ^ Bolt kembali ubah paket langganan internet
- ^ Ambil keuntungan, BOLT naik harga
- ^ Bolt Bakal Luncurkan Tablet Kelas Premium, Ini Bocorannya
- ^ "BOLT Super 4G LTE Raih Penghargaan Indonesia WOW Brand 2015". boltsuper4g.com. 26 Maret 2015. Diarsipkan dari asli tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal 9 Mei 2015. ;
- ^ Internux Tambah 1.000 BTS
- ^ Bolt Raih Penghargaan Top Brand Award 2016
- ^ Akhir Juli, Pelanggan BOLT! Sentuh 2,2 Juta
- ^ Pelanggan Tembus 3 Juta, Bolt Semringah
- ^ Bolt Home Unlimited: Paket Internet Tanpa Kuota Khusus untuk Rumahan, Harga Mulai 199 Ribu Rupiah
- ^ Internux Siap Terus Bekerja Sama dengan Mitra untuk Layani Pelanggan
- ^ Kominfo Belum Cabut Izin Penggunaan Frekuensi Bolt, Ada Apa?
- ^ Internux Hentikan Penjualan Perdana dan Isi Ulang Modem Bolt
- ^ Bolt Resmi Tutup Layanan, Bagaimana Nasib Pelanggan?
- ^ Pelanggan Bolt Dapat Internet Gratis Smartfren, Begini Caranya
- ^ Pengguna BOLT kurang tertarik dengan penawaran Smartfren
- ^ Pelanggan Bolt Bermigrasi ke Smartfren, Tetap Pakai Modem Lama atau Ganti Baru?
- ^ Smartfren Perpanjang Promo Pengguna Bolt
- ^ Smartfren Targetkan Gaet 100 Ribu Pelanggan Bolt
- ^ "BOLT Zone Resmi Dibuka". boltsuper4g.com. Diakses tanggal 27 Januari 2014.
Pranala luar
- Situs web resmi Internux Diarsipkan 2016-03-17 di Wayback Machine.
- Situs web resmi BOLT! Diarsipkan 2017-03-24 di Wayback Machine.