More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Kerajaan Kutai Martapura - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Kutai Martapura - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Kutai Martapura

  • Basa Bali
  • Betawi
  • Banjar
  • Català
  • Deutsch
  • English
  • Français
  • 日本語
  • Jawa
  • Bahasa Melayu
  • Sunda
  • தமிழ்
  • Українська
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kerajaan Kutai)
Kerajaan Kutai Martapura
400–1635
Ibu kotaMuara Kaman, Kalimantan Timur
Bahasa yang umum digunakanBahasa Sansekerta, Bahasa Kutai
Agama
Hindu
PemerintahanMonarki
Sri Maharaja 
• Abad 4 masehi
Kundungga
• Abad 4 masehi
Aswawarman
• Abad 5 masehi
Mulawarman
• Abad 16 masehi
Dermasatia
Sejarah 
• Didirikan
400
• Dianeksasi oleh Kutai Kertanegara
1635
Digantikan oleh
kslKesultanan
Kutai Kertanegara ing Martapura
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Bagian dari seri mengenai
Sejarah Indonesia
Prasejarah
Manusia Jawa 1.000.000 BP
Manusia Flores 94.000–12.000 BP
Bencana alam Toba 75.000 BP
Kebudayaan Buni 400 SM
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Kalingga 424–782
Tarumanagara 450–900
Kerajaan Melayu 671–1347
Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Bima 709–1621
Mataram Kuno 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1046
Kerajaan Janggala 1042–1135
Kerajaan Kadiri 1042–1222
Kerajaan Singasari 1222–1292
Majapahit 1293–1478
Kerajaan Islam
Lihat: Penyebaran Islam di Nusantara
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Bone 1300–1905
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–sekarang
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888, sekarang Brunei
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kerajaan Giri 1481–1680
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kerajaan Balanipa 1511–sekarang
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–sekarang
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Jambi 1615–1904
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Palembang 1659–1823
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–sekarang
Kesultanan Yogyakarta 1755–sekarang
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Negara lainnya
Lihat: Kerajaan-kerajaan Kristen di Nusantara
Kerajaan Soya 1200–sekarang
Kerajaan Bolaang Mongondow 1320–1950
Kerajaan Manado 1500–1670
Kerajaan Siau 1510–1956
Kerajaan Larantuka 1515–1962
Kerajaan Sikka
Kerajaan Tagulandang 1570–1942
Kerajaan Manganitu 1600–1944
Republik Lanfang 1777–1884
Kerajaan Lore 1903–sekarang
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Munculnya Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Republik Indonesia
Awal Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Menurut topik
  • Arkeologi
  • Mata uang
  • Ekonomi
  • Militer
Garis waktu
 Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s

Kerajaan Martapura atau Kerajaan Martadipura (penamaan yang keliru) adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua berupa prasasti Yupa dan berdiri sekitar abad ke-4 Masehi.[1] Pusat kerajaan ini terletak di Muara Kaman, yang saat ini adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut, nama resmi kerajaan tidak disebutkan dalam prasasti. Informasi nama Martapura diperoleh dari kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang menceritakan pasukan Kerajaan Kutai Kertanegara dari Kutai Lama menyerang ibu kota kerajaan ini. Nama Kutai kemudian disematkankan pada Kerajaan Martapura, padahal nama Kutai berasal nama kerajaan yang relatif lebih baru yaitu Kutai Kertanegara, yang bekas ibu kota awalnya terletak di Kutai Lama, kawasan pesisir timur Pulau Kalimantan.[2]

Historiografi

[sunting | sunting sumber]
Salah satu prasasti yupa dari awal abad V ditemukan di Muara Kaman, yang menyebutkan mengenai silsilah Raja Mulawarman, anak Raja Aswawarman, cucu Raja Kundungga. Koleksi Museum Nasional Indonesia, Jakarta

Sumber primer sejarah Kerajaan Martapura adalah tujuh prasasti yupa yang ditemukan di Bukit Brubus, Muara Kaman.[3] Penemuan batu bertulis ini tidak sekaligus, melainkan dalam dua tahap dengan rentang waktu lebih dari setengah abad. Tahap pertama, empat prasasti ditemukan pada tahun 1879. Setahun kemudian, keempat prasasti tersebut diangkut ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini Museum Nasional, Jakarta). Tahap kedua, tiga prasasti lainnya ditemukan berselang 61 tahun kemudian, yakni pada 1940. Ketiganya disimpan di museum yang sama.[4]

Selain sumber prasasti yupa, terdapat kitab Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara. Naskah Arab Melayu ini belum dibahas oleh Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia sehingga perihal lanjutan riwayat dinasti Mulawarman tidak termuat dalam buku babon Sejarah Nasional Indonesia.

Penamaan

[sunting | sunting sumber]

Nama kerajaan tertua di Nusantara yang umumnya diketahui oleh khalayak adalah Kutai. Tim Penyusun Sejarah Nasional Indonesia mengungkapkan, nama Kutai digunakan oleh para peneliti sejak zaman Belanda untuk menamakan kerajaan Dinasti Mulawarman berdasarkan lokasi penemuan prasasti yupa di wilayah Kesultanan Kutai. Namun, prasasti yupa sendiri tidak pernah menyebutkan nama kerajaannya dengan Kutai.[5]

Nama Kutai sendiri baru muncul sekitar abad XIII sebagai nama kerajaan yang berpusat di daerah hilir Sungai Mahakam, di Kutai Lama di Kecamatan Anggana. Kerajaan ini disebutkan dalam Nagarakretagama sebagai Kutei. Ibu kota Kutai ini kemudian dipindahkan ke Tenggarong. Pada 1635, Kerajaan Kutai Kartanegara menginvasi daerah Muara Kaman yang disebut sebagai Kerajaan Martapura. Nama Martapura inilah yang kemudian diduga sebagai nama kerajaan dinasti Mulawarman.[6]

Raja-raja

[sunting | sunting sumber]

Hanya ada lima nama raja yang tercatat dalam sumber sejarah, yakni 3 orang di prasasti yupa beraksara Pallawa dan 2 orang dalam kitab Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara beraksara Arab Melayu. Adapun informasi lain yang menyebutkan daftar lebih dari 20 raja tidak berdasarkan sumber sejarah yang autentik, melainkan dari ucapan meranyau seorang dukun dalam upacara adat belian.[7]

Nama Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu. Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan. Pada salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa yang menjadi cikal bakal dari kerajaan kutai adalah Kundungga, yang diteruskan kepada Aswawarman. Adapun pengganti dari Aswawarman adalah putranya yang bernama Mulawarman. Pada periode Mulawarman itulah kerajaan mencapai hasil komoditas yang besar sehingga mampu mengadakan upacara yang menghadirkan brahmana dari India.[2]

Kundungga

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Kundungga

Nama Kundungga dimaknai sebagai nama asli orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.[5] Pada awalnya kedudukan Kundungga adalah sebagai kepala suku, setelah masuk pengaruh Hindu ke Indonesia kemudian ia mengubah struktur menjadi kerajaan dan dirinya menjadi raja, dan dilakukan secara turun temurun.[8] Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.

Aswawarman

[sunting | sunting sumber]

Aswawarman merupakan raja kedua dari Kerajaan Martapura sekaligus putra dari Kundungga. Asmawarman telah terpengaruh budaya Hindu. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama ksatria India bagian Selatan.[5][9]

Mulawarman

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga sendiri belum menganut agama Hindu. Prasasti yupa hanya menuliskan teks nama Mulawarman, tanpa tambahan nama setelahnya.[10]

Masa kejayaan

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Prasasti Yupa, dapat diketahui bahwa Kerajaan Martapura mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Mulawarman disebut-sebut sebagai raja yang memiliki budi pekerti baik, kuat, dan pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum Brahmana yang bertempat di "Waprakecvara". Waprakecvara adalah tempat suci (keramat) yang merupakan sinkretisme antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Indonesia.

Sebagai keturunan Aswawarman, Mulawarman juga melakukan upacara "Vratyastoma", yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria. Pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara penghinduan ini dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, karena Bahasa Sanskerta bukanlah bahasa rakyat sehari-hari. Selain itu, di bawah kekuasaan Raja Mulawarman kehidupan ekonomi kerajaan mengalami perkembangan pesat dari sektor pertanian dan perdagangan karena letaknya sangat strategis.[3]

Akhir kerajaan

[sunting | sunting sumber]

Pada 1635 Kerajaan Kutai Kertanegara yang masih berpusat di Kutai Lama melakukan agresi ke Muara Kaman. Konflik bersenjata antara dua kerajaan terjadi dalam durasi 7 hari 7 malam. Kerajaan Kutai Martapura kalah saat rajanya yang bernama Maharaja Dermasatia terbunuh di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-8, Pangeran Sinum Panji Mendapa. Kekalahan ini mengakibatkan Kerajaan Martapura runtuh. Wilayahnya dianeksasi oleh Kutai Kertanegara.[2]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Prasasti Yupa

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Vogel, J. Ph. (1918). "The Yupa Inscription of King Mulawarman, from Koetei (East Borneo)". BKI. 74.
  2. ^ a b c Sarip, Muhammad (2023). Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik. Samarinda: RV Pustaka Horizon. ISBN 978-623-6805-61-9. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ a b "Keputusan Mendikbud RI Nomor 279/M/2014 tentang Tujuh Prasasti Yupa Koleksi Museum Nasional Nomor Inventaris D.2A, D.2B, D.2C, D.2D, D.175, D.176, dan D.177 Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional" (PDF). munas.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2020.
  4. ^ Vlekke, Bernard H.M (2008). Nusantara Sejarah Indonesia [Nusantara: A History of Indonesia (1961)]. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ a b c Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (Ed.) (2008). Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno (Awal M–1500 M). Jakarta: Balai Pustaka. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ Sarip, Muhammad (Desember 2020). "Kajian Etimologis Kerajaan (Kutai) Martapura di Muara Kaman, Kalimantan Timur". Yupa: Historical Studies Journal. 4 (2). doi:10.30872/yupa.v4i2.264.
  7. ^ Amin dkk, M. Asli (1975). Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai (PDF). Tenggarong: Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kalimantan Timur. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ^ Abdullah, Taufik; Lapian, A.B. (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2: Hindu-Buddha. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  9. ^ Minattur, Joseph (2009). "A Note on the King Kundungga of the East Borneo Inscriptions". Journal of Southeast Asian History. 5 (2): 181–183. doi:10.1017/S0217781100000995. ISSN 0217-7811.
  10. ^ Sarip, Muhammad; Sheilla, Nanda Puspita (2024). Historipedia Kalimantan Timur dari Kundungga, Samarinda, hingga Ibu Kota Nusantara. Samarinda: RV Pustaka Horizon. ISBN 978-623-6805-66-4. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • l
  • b
  • s
Kerajaan di Kalimantan
Kalimantan Barat
Nanga Bunut · Tanjungpura · Pontianak · Kubu · Sintang · Mempawah · Meliau · Sambas kuna · Sambas · Sanggau · Selimbau · Sekadau · Landak · Tayan · Piasak · Jongkong
Kalimantan Tengah
Kotawaringin
Kalimantan Selatan
Negara Daha · Negara Dipa · Kuripan · Banjar · Pagatan · Batulicin · Pulau Laut · Kusan · Sabamban · Tjingal · Sampanahan
Kalimantan Timur
Kutai Kertanegara · Kutai Martapura · Paser · Berau · Sambaliung · Gunung Tabur
Kalimantan Utara
Bulungan · Tidung
Malaysia Timur dan Brunei
Brunei · Sarawak · Sulu
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerajaan_Kutai_Martapura&oldid=27271698"
Kategori:
  • Kerajaan di Kalimantan
  • Kerajaan Kutai
  • Kerajaan di Kalimantan Timur
  • Kerajaan di Nusantara
  • Kabupaten Kutai Kartanegara
  • Sejarah Kerajaan Kutai
  • Sejarah Kalimantan Timur
  • Bekas negara di Borneo
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Status URL

Best Rank
More Recommended Articles