More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Kelenteng Sanggar Agung - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelenteng Sanggar Agung - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kelenteng Sanggar Agung

  • English
  • Nederlands
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sanggar Agung)
Kelenteng Sanggar Agung
宏善堂
Wikipedia | Kode sumber | Tata penggunaan
PetaKoordinat: 7°14′40″S 112°48′15″E / 7.24444°S 112.80417°E / -7.24444; 112.80417Lihat peta diperbesar
Wikipedia | Kode sumber | Tata penggunaan
PetaKoordinat: 7°14′40″S 112°48′15″E / 7.24444°S 112.80417°E / -7.24444; 112.80417Lihat peta diperkecil
Agama
AfiliasiTridharma
DewaNán Hǎi Guān Shì Yīn Púsà
Lokasi
LokasiJl. Sukolilo No. 100, Kel. Sukolilo Baru, Kec. Bulak, Kota Surabaya
Arsitektur
Gaya arsitekturTiongkok, Jawa, Thailand, dan Bali
Rampung1999

Kelenteng Sanggar Agung (Hanzi: 宏善堂; Pinyin: Hóngshān Táng Miào, disebut juga Kelenteng Hong San Tang) adalah sebuah kelenteng di Kota Surabaya. Alamatnya berada di Jalan Sukolilo Nomor 100, Pantai Ria Kenjeran, Surabaya. Kuil ini, selain menjadi tempat ibadah bagi pemeluk Tridharma (Buddha, Konghucu, dan Taoisme), juga menjadi tempat tujuan wisata bagi para wisatawan. Kelenteng ini dibuka pada tahun 1999.

Ciri khas dari kelenteng ini adalah sebuah patung Kwan Im setinggi 20 meter yang terletak di tepi laut. Kelenteng ini dipersembahkan kepada Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa atau Bodhisatwa Kwan Im Laut Selatan. Patung ini dibangun setelah seorang karyawan Sanggar Agung melihat sesosok wanita berjubah putih berjalan di atas air pada saat ia sedang menutup Kelenteng di malam hari. Penampakan tersebut dipercaya sebagai penampakan Kwan Im sendiri. Ikon lain dari Sanggar Agung adalah patung Phra Phrom raksasa berlapis emas.

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Kwan Kong Bio

[sunting | sunting sumber]

Pada Festival Bulan Purnama pada tahun 1978, tanggal 15 bulan 8 Imlek, sebuah kelenteng dibangun sekitar 500 meter di sebelah selatan lokasi Sanggar Agung yang sekarang, yaitu Klenteng Kwan Kong Bio. Lokasi kelenteng ini dipindahkan sebanyak tiga kali sampai akhirnya Sanggar Agung dibangun.[1] Pada tahun 1999, kelenteng tersebut secara resmi dipindahkan ke lokasi yang sekarang yaitu Kelenteng Sanggar Agung. Beberapa patung dewa di Sanggar Agung sudah diletakkan di dalam bangunan kelenteng yang lebih lama semenjak puluhan tahun.[2]

Pembangunan Sanggar Agung

[sunting | sunting sumber]

Kelenteng Sanggar Agung didirikan oleh keluarga Soetiadji Yudho dan diresmikan pada tahun 1999, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Ia bermaksud membawa semangat spiritual umat Tridharma sekaligus harapan menampilkan sebuah ikon bagi Kota Surabaya. Patung raksasa Kwan Im dibangun dua tahun kemudian.[3][4]

Lokasi dan arsitektur

[sunting | sunting sumber]
Singa batu sebelah kanan melambangkan kekuatan Yin, wanita (betina), negatif, menerima, membawa seekor anak singa.
Singa batu sebelah kiri melambangkan kekuatan Yang, pria (jantan), positif, memberi, membawa sebuah bola.

Keunikan dari lokasi Kelenteng Sanggar Agung adalah kelenteng ini dibangun di atas laut[3] sehingga berbentuk seperti teluk kecil yang menjorok ke laut serta dikelilingi pepohonan bakau. Kelenteng ini dibangun di atas area dengan luas sekitar 4000 meter persegi dengan bangunan berciri Bali dan kombinasi budaya Jawa.[1]

Menurut Freddy H. Istanto, Dekan Fakultas Teknologi dan Design Universitas Ciputra, kompleks peribadatan di Sanggar Agung sangat menarik untuk dikaji karena design eksteriornya memiliki muatan multi kultur yang unik. Dari atapnya, Sanggar Agung menggunakan perpaduan gaya Jawa yang cukup kuat meskipun secara umum bangunannya bercorak Bali. Menurutnya, terdapat kesan desain Sanggar Agung sengaja membawa image rumah tradisional Indonesia agar tak terjebak pada gaya kelenteng, wihara, atau kuil kebanyakan, apalagi terjebak pada arsitektur negara China. Namun demikian, tradisi kuil China masih tampak di Sanggar Agung, misalnya pada bulatan di pagar. Freddy H. Istanto menekankan bahwa Sanggar Agung boleh disebut sebagai "representasi harmoni kondisi psikologi dan budaya dari masyarakat setempat dengan umat Tri Dharma".[4]

Patung raksasa Kwan Im

[sunting | sunting sumber]
Gerbang samudra Sanggar Agung dihiasi patung raksasa Kwan Im yang diapit Long Nu dan Sancai, bersama 4 Maharaja Langit, dan sepasang naga

Secara resmi, Sanggar Agung menyatakan bahwa tinggi patung Kwan Im di sisi timur bangunan Kelenteng adalah 18 meter. Patung tersebut dikawal oleh dua penjaga Shan Nan dan Tong Nu serta 4 Maharaja Langit pelindung empat penjuru dunia. Gerbang langit di bawah kaki patung Kwan Im dijaga oleh sepasang Naga Surgawi.[1] Kebanyakan sumber mengklaim bahwa patung Dewi Kwan Im di Sanggar Agung memiliki tinggi sekitar 20 meter, sementara dua patung naga di bawahnya masing-masing sepanjang 6 meter.[3] Orang bisa melihat Jembatan Suramadu jika berdiri di bawah gerbang tersebut.

Stupa Maha Brahma

[sunting | sunting sumber]
Umat berdoa di Stupa She Mien Fo

Patung Maha Brahma, She Mien Fo, atau Four Face Buddha berada di bagian belakang bangunan Klenteng Sanggar Agung (sisi yang menghadap ke jalan). Patung ini didaftarkan di MURI sebagai patung Four Face Buddha terbesar di Indonesia.

Pembangunan Stupa Maha Brahma dimulai pada Juli 2003 dan diresmikan pada tanggal 9 November 2004. Persemian tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk petinggi agama seperti Viriyanadi Mahatera, Phrarajkhru Sivacharaya dari Thailand, dan Gede Anom Jala Karana Manuaba.[4]

Luas lahan yang digunakan untuk pembangunan adalah sekitar 1,5 hektare. Bangunan inti berukuran 9×9 meter berada tepat di tengah lahan. Perhitungan pembangunan stupa ini banyak menggunakan angka sembilan karena disesuaikan dengan referensi patung serupa di Thailand. Selain itu, angka sembilan juga memiliki makna tersendiri. Stupa Maha Brahma dikelilingi taman bunga dan empat patung gajah putih dengan tinggi sekitar empat meter di setiap sudutnya.[4]

Stupa disokong oleh empat pilar berwarna hijau keemasan. Secara garis besar, stupa terdiri atas tiga bagian, yaitu stupa, patung Maha Brahma, dan singgasana. Bagian atas stupa memiliki ketinggian 18 meter. Sedangkan patung Maha Brahma dan singgasana masing-masing setinggi sembilan meter. Keseluruhan kulit patung dilapisi oleh kampoh ("kertas emas") 22 karat asli dari Thailand. Keseluruhan biaya pelapisan emas mencapai Rp 1,5 miliar. Monumen ini menjadi yang terbesar di Indonesia, meskipun patung Four-Faced Buddha di Thailand masih jadi yang terbesar di dunia.[4] Secara keseluruhan, tinggi Stupa Maha Brahma adalah 36 meter.

Fungsi Sosial

[sunting | sunting sumber]

Tempat ibadah

[sunting | sunting sumber]

Kelenteng Sanggar Agung merupakan tempat ibadah bagi umat Tridharma, yaitu dari agama Konghucu, agama Buddha, dan Taoisme.[2] Karena berlokasi di tepi laut, Kelenteng Sanggar Agung sering menjadi tempat rujukan bagi keluarga yang hendak nyekar leluhur mereka, terutama yang dikremasi.

Klenteng ini juga mengikutsertakan umat beragama lain sebagai pekerja maupun pengurusnya, misalnya dari umat Islam dan Kristen.[2]

Kawasan pariwisata

[sunting | sunting sumber]
Seorang pengunjung sedang berfoto di antara sepasang patung naga

Selain menjadi tempat ibadah bagi umat Konghucu, kelenteng ini juga menarik para wisatawan untuk berfoto atau duduk di tepi pantai.[3] Pada tanggal 21 September 2010, Sanggar Agung mengadakan perayaan Bulan Purnama (Zhongqiu/ Tiong Chiu) dengan pengisi acara berasal dari berbagai grup kesenian di dalam dan luar daerah, seperti dari Minahasa, Bali, Solo, Ponorogo, dan lainnya. Festival juga dimeriahkan grup drum band dari sekolah Muhammadiyah dan AAL.[5]

Agar kedatangan wisatawan non-Konghucu tidak mengganggu aktivitas peribadatan, semenjak tahun 2015, jalan yang diperuntukkan bagi para wisatawan yang hendak ke halaman tepi pantai diarahkan tidak melewati bagian dalam kelenteng, melainkan melewati ruang pengelola kelenteng di sayap kiri bangunan. Wisata ini buka setiap hari pukul 07.00 - 20.00 WIB.[6]

Kawasan suaka alam

[sunting | sunting sumber]
Kelenteng Sanggar Agung dikelilingi hutan mangrove difoto dari kejauhan

Hutan bakau di sekitar Kelenteng Sanggar Agung menjadi habitat alamiah bagi berbagai jenis hewan, seperti burung bangau, kepiting, burung gereja, dan ikan gelodok. Oleh sebab itu, Klenteng ini biasanya menjadi tempat rujukan bagi umat Buddhis dan Tridharma yang melakukan ritual fangshen atau "melepas kembali hewan ke alam liar".

Rekor MURI

[sunting | sunting sumber]

Museum Record Indonesia (MURI) beberapa kali memberi penghargaan pada aktivitas yang dilakukan di Sanggar Agung. Pada bulan September 2002, penghargaan diberikan pada Soetiadji Yudho karena memprakarsai pemasangan 2000 lampion. Pada 9 November 2004, Sanggar Agung mendapat penghargaan MURI karena memprakarsai pembuatan patung Maha Brahma Empat Muka tertinggi dan terbesar di Indonesia.[4]

Pada tahun 2007, PT Bintang Toedjoe menyelenggarakan konvoi sebanyak 108 kepala barongsai yang dimulai dari Kya Kya Surabaya dan berakhir di Sanggar Agung, Kenjeran. Rekor tersebut tercatat sebagai Konvoi Kepala Barongsai Terbanyak oleh MURI dan dicatat oleh PT. Jawa Pos Media Televisi.[7]

Daftar Altar

[sunting | sunting sumber]

Altar dalam klenteng

[sunting | sunting sumber]

Urutan altar berdasarkan penomoran urutan bersembahyang, dimulai dari sisi depan klenteng yang menghadap ke laut.

0. Dewa Naga (bukan termasuk altar resmi, tetapi digunakan umat sebagai altar)
  1. Tian
  2. Para Buddha, Bodhisatwa (Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa, Ti Cang Wang Pu Sa, Maitreya), dan 18 Arhat
  3. Siddharta Gautama
  4. Tai Shang Lao Jun
  5. Tian Shang Sheng Mu
  6. Xuan Tian Shang Di
  7. Guan Sheng Di Jun
  8. Fu De Zheng Shen
  9. Cai Shen Ye & Ba Xian
  10. Nabi Khongcu

Altar di lokasi Maha Brahma

[sunting | sunting sumber]
1. Altar Ganesha
2-5. Altar Maha Brahma

Mitologi

[sunting | sunting sumber]

Adanya patung Dewi Kwan Im setinggi 20 meter berdiri kokoh di tepi laut Kenjeran Kelenteng Sanggar Agung, bermula dari cerita penampakan sosok wanita berjubah putih di atas air oleh seorang karyawan kelenteng saat malam hari. Hal ini dianggap sebagai wujud Dewi Kwan Im, sehingga memicu dibangunnya patung ini dua tahun setelah kelenteng didirikan. Patung ini diapit oleh dua penjaganya, Shan Nan dan Tong Nu, serta empat maharaja langit yang melindungi empat penjuru dunia. Di bawahnya terdapat gerbang langit, dijaga oleh sepasang Naga Surgawi, berdiri megah menghadap laut Kenjeran.[8]

Galeri

[sunting | sunting sumber]
  • Patung raksasa She Mien Fo dilapisi emas yang dipayungi kanopi berbentuk stupa khas Thailand (tahun 2013)
    Patung raksasa She Mien Fo dilapisi emas yang dipayungi kanopi berbentuk stupa khas Thailand (tahun 2013)
  • Patung raksasa She Mien Fo Statue setelah renovasi pada tahun 2014
    Patung raksasa She Mien Fo Statue setelah renovasi pada tahun 2014
  • Perpaduan arsitektur di Klenteng Sanggar Agung
    Perpaduan arsitektur di Klenteng Sanggar Agung
  • Altar Ganesha dengan patung seukuran manusia yang juga digunakan oleh umat Hindu
    Altar Ganesha dengan patung seukuran manusia yang juga digunakan oleh umat Hindu
  • Guan Gong dengan dua pengawalnya ditampilkan dalam perayaan di Sanggar Agung
    Guan Gong dengan dua pengawalnya ditampilkan dalam perayaan di Sanggar Agung
  • Umat melepaskan burung dalam ritual fangshen di Klenteng Sanggar Agung
    Umat melepaskan burung dalam ritual fangshen di Klenteng Sanggar Agung
  • Keluarga yang sedang nyekar leluhur pada Festival Qingming pada tahun 2013
    Keluarga yang sedang nyekar leluhur pada Festival Qingming pada tahun 2013

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Dikutip dari brosur Sanggar Agung.
  2. ^ a b c Miftah Faridl. Editor: Rudy Hartono. 21 Januari 2013. Akses= 14 April 2013. Sanggar Agung Rumah Berbagai Umat.
  3. ^ a b c d eastjava. Akses= 14 April 2013. Kelenteng Sanggar Agung Surabaya.
  4. ^ a b c d e f Redaksi EastJava Traveler. 30 April 2009. Akses= 3 Juni 2013. Berlabuh di Sanggar Agung.
  5. ^ Epochtimes. 23 September 2010. Akses= 16 April 2013. PERAYAAN BUDAYA TANPA RASA (RAS DAN AGAMA) Diarsipkan 2013-07-02 di Archive.is.
  6. ^ "Kelenteng Sanggar Agung Kenjeran, Destinasi Wisata Religi yang Ada Patung Naga". kumparan. Diakses tanggal 2025-01-28.
  7. ^ MURI. 11 Oktober 2008. Akses= 15 April 2013. Konvoi Kepala Barongsai Terbanyak.
  8. ^ Media, Kompas Cyber (2025-01-23). "Merasakan Angin Segar dan Debur Ombak di Kelenteng Sanggar Agung Surabaya". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-01-28.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Foto's van de tempel Diarsipkan 2010-11-16 di Wayback Machine.
  • Denah dan foto Sanggar Agung
  • Highest Se Mien Fo - Face Buddha Statue in Indonesia Diarsipkan 2012-08-24 di Wayback Machine. Fotografi patung Maha Brahma
  • Sanggar Agung, Tri Darma Temple Surabaya Youtube oleh Eastjava
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenteng_Sanggar_Agung&oldid=27404561"
Kategori:
  • Kelenteng di Jawa Timur
  • Bangunan dan struktur di Kota Surabaya
  • Kenjeran, Surabaya
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan galat skrip
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Templat webarchive tautan archiveis
  • Mapframe Infobox tanpa hubungan OSM di Wikidata
  • Pages using gadget WikiMiniAtlas
  • Artikel mengandung aksara Han sederhana
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Halaman yang menggunakan ekstensi Kartographer

Best Rank
More Recommended Articles