More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Kelenteng - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelenteng - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kelenteng

  • Banjar
  • English
  • עברית
  • हिन्दी
  • Italiano
  • Basa Banyumasan
  • Nederlands
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Klenteng)
Artikel ini bukan mengenai Wihara.
Beberapa atau seluruh referensi dari artikel ini mungkin tidak dapat dipercaya kebenarannya. Bantulah dengan memberikan referensi yang lebih baik atau dengan memeriksa apakah referensi telah memenuhi syarat sebagai referensi tepercaya. Referensi yang tidak benar dapat dihapus sewaktu-waktu.


Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa. Di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disalahartikan sebagai penganut agama Konghucu. Padahal keduanya hal yang sama sekali berbeda, bahkan di masa awal gagasan Kang Youwei mendirikan agama Konghucu di akhir kekuasaan Dinasti Qing sekira awal abad ke-20, praktik tradisi ini sebagian besar dianggap bertentangan dengan ajaran Konfusius yang tidak membahas mengenai surga dan neraka, apalagi dewa.

Apa yang disebut kelenteng di Indonesia, di seluruh dunia bukanlah tempat ibadah umat Konghucu melainkan tempat ibadah 2 agama yang dari masa Tiongkok klasik hingga saat ini masih eksis di Tiongkok yaitu Agama Buddha dan Agama Tao. Hanya di kedua agama inilah terdapat kosmologi dewata yang khas, dan terdapat Gunung Suci untuk keduanya di Tiongkok.[1] Sebaliknya Konghucu tidak memiliki kosmologi dewata dan gunung suci. Terdapat 5 agama yang direkognisi di Tiongkok yaitu Buddha, Tao, Kristen, Katolik, dan Islam.[2]

Di beberapa daerah, kelenteng juga disebut dengan istilah tokong.[3] Istilah ini diambil dari bunyi suara lonceng yang dibunyikan pada saat menyelenggarakan upacara. Kelenteng adalah istilah “generic” untuk tempat ibadah yang bernuansa arsitektur Tionghoa, dan sebutan ini hanya dikenal di pulau Jawa, tidak dikenal di wilayah lain di Indonesia, sebagai contoh di Sumatra mereka menyebutnya bio; di Sumatra Timur mereka menyebutnya am dan penduduk setempat kadang menyebut pekong atau bio; di Kalimantan di orang Hakka menyebut kelenteng dengan istilah thai Pakkung, pakkung miau atau shinmiau. Tapi dengan waktu seiring, istilah ‘kelenteng’ menjadi umum dan mulai meluas penggunaannya.[4]

Kelenteng bagi masyarakat Tionghoa tidak hanya berarti sebagai tempat ibadah saja. Selain Gong-guan (Kongkuan), kelenteng mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan komunitas Tionghoa dimasa lampau.[5]


Kategori kelenteng

[sunting | sunting sumber]

kelenteng adalah sebutan umum bagi tempat ibadat orang Tionghoa sehingga kelenteng sendiri terbagi atas beberapa kategori sesuai dewata utama yang disembah yakni yang berasal dari kosmologi dewata agama Buddha, kosmologi dewata agama Tao, dan kosmologi dari agama jelata (popular religion). Sedangkan agama Konghucu yang baru digagas sejak awal abad ke-20 atau sekitar tahun 1900an, tidak memiliki kosmologi dewata, bahkan Konghucu dan murid-muridnya disembah sebagai spirit atau arwah leluhur daripada sebagai dewa.[6] Oleh karena itu di seluruh dunia, tempat ibadah yang di Indonesia disebut kelenteng ini tidak menempatkan patung Konghucu di antara altar para dewa dan bodhisatwa. Khusus di Indonesia, Tempat Ibadah Tri Dharma menyediakan ruang khusus untuk tempat kebaktian umat Konghucu yang terpisah dari tempat kebaktian umat Buddha dan Tao. Namun terdapat juga TITD dengan altar yang disatukan dimana patung Buddha ditempatkan di tengah, Lao Tzu (Pendiri Tao) di kiri, dan Konghucu di kanan. Umumnya praktik demikian adalah ciri dari umat Agama Buddha Tri Dharma yang tergabung dalam Majelis Agama Buddha Tri Dharma disingkat MAGABUTRI.

Kelenteng dan wihara pada Orde Baru

[sunting | sunting sumber]

Pada masyarakat awam, banyak yang tidak mengetahui bahwa kelenteng dan wihara adalah tempat ibadah bagi umat Buddha, jauh sebelum hadirnya pengaruh Taoisme ke Nusantara, dan Konghucu sebagai agama yang merupakan fenomena baru setelah abad ke-20. Kelenteng adalah wihara berarsitektur Tiongkok, yang sudah menjadi tempat ibadah umat Buddha Tionghoa sejak masa kolonial di Hindia Belanda. Kwan Im Teng pertama didirikan di Batavia sekira 1650 di daerah Petak Sembilan, dan kelak paska kerusuhan 1740 diubah namanya menjadi Jin De Yuan, dan pada masa Orde Baru menjadi Wihara Dharma Bhakti. Tempat pemujaan Kwan Im tertua lainnya juga didirikan di Banten, Cirebon, dan Semarang.[7]

Kelenteng pada dasarnya berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain berfungsi sebagai tempat spiritual. Namun, wihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada wihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari Tiongkok. Contoh adalah kelenteng Taikak sie Semarang yang termasuk tempat ibadah agama Buddha Mahayana. Hal ini perlu diketahui bahwa wihara dalam bahasa Mandarin adalah si . Contoh wihara Shaolin 林 atau yang dikenal dengan sebutan Shaolin si

Setelah peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965, dilakukan penyesuaian nama tempat ibadah yang semula menggunakan mandarin ke bahasa Sanskerta ataupun Pali. Hal ini dilakukan umat Buddha karena pemerintah orde baru menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.[8] Sementara untuk tempat ibadah Konghucu, yang baru hadir pada 1906 di Surabaya dengan nama Boen Bio, maupun 1930 di Cirebon dengan nama Kong Tju Bio, tidak ada perubahan nama. Tempat pertama mengambilalih Kelenteng Dewa Kebudayaan dan Literatur (Boen Tjang Sioe) sedangkan yang kedua mengubah Rumah Abu Yi Ci. Rumah abu ini awalnya adalah bagian dari tempat ibadah umat Buddha di Cirebon yaitu Tio Kak Sie.

Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, penggunaan nama mandarin tidak lagi menjadi persoalan, sehingga umat lebih bebas menunjukkan apresiasi budayanya. Selain tempat ibadah berlatar Chinese Buddhism, sebagai kelenteng juga menamakan diri sebagai Tempat Ibadah Tridharma (TITD). Sam Kauw atau Tri Dharma sendiri sejak dikembangkan oleh Kwee Tek Hoay, akhirnya bergabung menjadi salah satu majelis kepanditaan agama Buddha, dengan nama Majelis Agama Buddha Tri Dharma Indonesia atau disingkat Magabutri. Organisasi inilah yang membina kelenteng-kelenteng dengan nama TITD di depan namanya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Kim Tek Ie
  • Tridharma
  • Wihara


Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Julch, Thomas (Editor) (2022). Buddhism and Daoism on Holy Mountains of China. Leuven, Belgia: Peeters Pub & Booksellers. ISBN 978-9042944152. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  2. ^ https://en.wikipedia.org/wiki/Religion_in_China
  3. ^ Definisi 'tokong' artikata.com, Diakses pada 9 Maret 2011.
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-03-19. Diakses tanggal 2022-03-12.
  5. ^ Claudine Salmon & Denys Lombard (1985). "Klenteng Klenteng Masyarakat Tionghoa di Jakarta".
  6. ^ https://education.nationalgeographic.org/resource/confucianism/
  7. ^ Salmon dan Lombard, Claudine dan Dennys (2003). Klenteng-Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta. Jakarta: Yayasan Ciptaloka Caraka. ISBN 9799722934. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ^ "Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1967". wikisource. Diakses tanggal 2023-04-11.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Chinese temples in Indonesia.
  • (Indonesia) Kelenteng di situs web Tionghoa.net
  • l
  • b
  • s
Arsitektur Indonesia
Rumah adat
Jawa
  • Alun-alun
  • Rumah Jawa
  • Joglo
  • Keraton
  • Panggangpe
  • Pendopo
  • Rumah kalang
  • Saka guru
  • Tumpang sari
  • Bali
    • Arsitektur Bali Aga
    • Bale kulkul
    • Pura Bali
    • Rumah tradisional Bali
    • Bhoma
    • Candi bentar
    • Menara Meru
    • Paduraksa
    • Padmasana
    • Wantilan
    Minangkabau
    • Rumah gadang
    • Rangkiang
    • Balairung
    • Surau
    • Tabuah
    • Gobah
    • Lapau
    Batak
    • Siwaluh Jabu Karo
    • Ruma Bolon Toba
    • Bagas Godang Mandailing
    • Rumah Bolon Simalungun
    • Geriten
    • Gorga
    • Jambur
    • Singa
    • Sopo
    Dayak
    • Liang
    • Rumah panjang
    • Sandung
    Sunda
    • Rumah tradisional Sunda
    • Rumah adat Badui
      • Sulah nyanda
    • Leuit
    • Julang ngapak
    • Suhunan
      • Capit gunting
      • Jolopong
    • Kabuyutan
    Sumatera Selatan
    • Baghi
    • Limas
    • Rakit
    • Ulu
    Nusa Tenggara Timur
    • Sumba
    • Rote
    • Flores
    Daerah lain
    • Aceh
    • Banjar
    • Enggano
    • Gayo
    • Melayu
    • Mentawai
    • Nias
    • Papua
    • Sasak
    • Toraja
    • Bangka-Belitung
    Hindu-Buddha
    • Monumen kuno Jawa
    • Candi
    • Candi bentar
    • Paduraksa
    Islam
    • Bedug
    • Masjid di Indonesia
    • Tajug
    Kolonial Belanda
    Awal
    • Gaya Hindia
    • Gaya Kekaisaran Hindia
    Modern
    • Albert Aalbers
    • Cosman Citroen
    • Frans Ghijsels
    • Han Groenewegen
    • Henri Maclaine Pont
    • Gaya Hindia Baru
    • Nieuwe Zakelijkheid
    • Periode Overgangse (gaya arsitektur)
    • Pieter Moojen
    • Thomas Karsten
    • Wolff Schoemaker
    Lainnya
    • Bangunan gereja di Indonesia
    • Arsitektur India-Indonesia (Kuil.India Kecil.Wastu sastra)
    Pasca-kolonial
    & kontemporer
    1950-an–1970-an
    • Ab Gmelig Meyling
    • Frederich Silaban
    • Gaya Jengki
    • Liem Bwan Tjie
    • Arsitektur pasca kemerdekaan di Indonesia
    • Arsitektur resor dan vila di Indonesia
    • Soejoedi Wirjoatmodjo
    1970-an–sekarang
    • Arsitektur kontemporer Indonesia
    Kategori
    • l
    • b
    • s
    Topik tentang Tionghoa-Indonesia
    Daerah persebaran
    • Aceh
    • Babel
    • Sumatera Barat (Bukittinggi
    • Padang)
    • Sumatera Utara (Medan)
    • Sumatera Selatan (Palembang)
    • Banten (Benteng)
    • Jakarta
    • Jawa Tengah (Tionghoa Jawa
    • Lasem)
    • Bali
    • Jawa Timur (Madura)
    • Sulawesi Utara (Manado)
    • Papua
    • Kalimantan Selatan (Parit)
    • Maluku
    Bahasa
    • Daftar bahasa Tionghoa
    • Bahasa Pecinan Surabaya
    • Bahasa Tionghoa Peranakan
    • Bahasa Hakka Kalbar
    • Medan Hokkien
    • Bagan Hokkien
    • Daftar kata serapan
    Budaya dan kesenian
    • Sastra Tionghoa-Indonesia
    • Sastra Jawa-Tionghoa
    • Hidangan
    • Wayang Gantung
    • Gambang keromong
    • Potehi
    • Lamkoan
    • Sincia
    • Kuntau
    • Barongsai
    Arsitektur
    • Kelenteng
    • Ruko
    • Makam
    Agama dan kepercayaan
    • Tatung (Lok Thung)
    • Thai Pak Kung
    • Sanshan Guowang
    • Matakin
    • Ritual Bakar Tongkang
    Media
    • Keng Po
    • Sin Po
    • Metro Xin Wen
    • Guoji Ribao
    • Qiandao Ribao
    • Harian Indonesia
    Studi Tionghoa-Indonesia
    • Demografi
      • Tokoh Tionghoa
      • Diskriminasi
    • Sejarah
    • Orang Peranakan
    • Republik Lanfang
    • Kongsi Timah Bangka-Belitung
    • Geger Pacinan
    • Tionghoa Udik
    Organisasi
    • Tiong Hoa Hwee Koan
    • PGTI
    • Hollandsche Chineesche School
    • PSMTI
    • Partai Tionghoa Indonesia
    • PITI
    • Himpunan Bersatu Teguh
    Ekonomi
    • Oei Tiong Ham Concern
    Hari Raya
    • Tahun Baru Imlek
    • Cap Go Meh
    • Ceng Beng
    • Peh Cun
    • Tiong Ciu
    Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelenteng&oldid=27428686"
    Kategori:
    • Budaya Tionghoa
    • Kata serapan dari bahasa Tionghoa dalam bahasa Indonesia
    • Tempat ibadah
    Kategori tersembunyi:
    • Pages using the JsonConfig extension
    • Galat CS1: nama generik
    • Pemeliharaan CS1: Status URL
    • Galat CS1: parameter tidak didukung
    • Semua artikel yang tidak memiliki referensi
    • Artikel yang tidak memiliki referensi Juni 2025
    • Pranala kategori Commons ditentukan secara lokal

    Best Rank
    More Recommended Articles