Wijaya Karya Bitumen
![]() | |
Nama sebelumnya | PT Sarana Karya (Persero) (1984-2014) |
---|---|
Jenis perusahaan | Perseroan terbatas |
Industri | Aspal |
Didirikan | 1 September 1984 |
Kantor pusat | Kabupaten Buton, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Bambang Dwi Wijayanto[1] (Direktur Utama) Rosman Pria Utama[1] (Komisaris Utama) |
Produk |
|
Merek | Bitumen Indonesia |
Jasa |
|
Pendapatan | Rp 279,946 miliar (2020)[2] |
Rp 3,222 miliar (2020)[2] | |
Total aset | Rp 443,666 miliar (2020)[2] |
Total ekuitas | Rp 185,663 miliar (2020)[2] |
Pemilik | Wijaya Karya |
Karyawan | 200 (2020)[2] |
Anak usaha | PT Wijaya Karya Aspal |
Situs web | www |
PT Wijaya Karya Bitumen atau biasa disingkat menjadi WIKA Bitumen, adalah anak usaha dari Wijaya Karya yang bergerak di bidang pengolahan aspal. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan Bau-bau.[2]
Sejarah
Sejarah asbuton telah dimulai sejak zaman pendudukan Belanda, tepatnya sejak ditemukannya cadangan aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, pada tahun 1924 oleh seorang geolog Belanda bernama W. H. Hetzel. Pada bulan Oktober 1924, konsesi penambangan aspal Buton selama 30 tahun pun diberikan kepada seorang pengusaha Belanda bernama A. Volker. Pada tahun 1926, pengusahaan pertambangan aspal Buton dilanjutkan oleh NV Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton (MMB). Penambangan aspal Buton dilakukan secara terbuka di Lawele dan Kabungka. Batuan aspal Buton lalu dikirim ke pelabuhan di Banabungi dan Lawele untuk kemudian dikirim ke dalam dan luar Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, pada bulan Oktober 1954, pengusahaan pertambangan aspal Buton dilanjutkan oleh Jawatan Jalan & Jembatan dari Kementerian Pekerjaan Umum. Pada bulan Mei 1961, pemerintah resmi memisahkan Bagian Butas dari Direktorat Jalan dan Jembatan untuk membentuk Perusahaan Aspal Negara (PAN).[3] Pada tahun 1984, status dari PAN diubah menjadi persero, dengan nama PT Sarana Karya (Persero).

Pada bulan Desember 2013, pemerintah Indonesia resmi menjual seluruh saham perusahaan ini ke Wijaya Karya.[4][5] Melalui akuisisi tersebut, perusahaan ini rencananya dikembangkan untuk dapat mengolah Asbuton menjadi produk bitumen bernilai tambah tinggi, yang dapat digunakan sebagai bahan untuk infrastruktur jalan serta bahan penunjang industri lainnya. Pada tahun 2014, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang.
Pada tahun 2017, perusahaan ini mendirikan PT Wijaya Karya Aspal untuk mengelola aktivitas pertambangan di Kabungka. Perusahaan ini pun berencana akan mulai mengekspor asbuton murni (yang setara dengan aspal minyak) pada tahun 2024 dengan mengembangkan pabrik ekstraksi. Pada tahun 2019, untuk pertama kalinya, perusahaan ini berhasil memproduksi aspal ekstraksi di pabrik ekstraksi mininya yang berkapasitas 2.000 ton per tahun, serta melakukan uji gelar di jalan poros Maros, Sulawesi Selatan.[2][6] Pada bulan Oktober 2020, melalui Wijaya Karya Aspal, perusahaan ini memasok 50.000 metrik ton Buton Rock Asphalt (BRA) ke Qingdao Bright Century asal Tiongkok.[7]
Referensi
- ^ a b "Komisaris & Direksi". Wijaya Karya Bitumen. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2020" (PDF). Wijaya Karya Bitumen. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 195 tahun 1961" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 91 tahun 2013" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ "Akuisisi Sarana Karya, WIKA Garap Aspal Buton". Jawa Pos. 3 Januari 2014. Diakses tanggal 11 Mei 2025.
- ^ "Tentang Perusahaan". Wijaya Karya Bitumen. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ Bahfein, Suhaiela (2 Oktober 2020). "WIKA Ekspor Aspal Buton 50.000 Ton ke China". Kompas. Diakses tanggal 16 Mei 2022.