More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sindrom Down - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sindrom Down - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sindrom Down

  • Alemannisch
  • Aragonés
  • العربية
  • অসমীয়া
  • Asturianu
  • Azərbaycanca
  • تۆرکجه
  • Беларуская
  • Български
  • বাংলা
  • Bosanski
  • Català
  • کوردی
  • Čeština
  • Cymraeg
  • Dansk
  • Deutsch
  • Zazaki
  • Kadazandusun
  • ދިވެހިބަސް
  • Ελληνικά
  • English
  • Esperanto
  • Español
  • Eesti
  • Euskara
  • فارسی
  • Fulfulde
  • Suomi
  • Français
  • Gaeilge
  • Galego
  • Ghanaian Pidgin
  • ગુજરાતી
  • עברית
  • हिन्दी
  • Hrvatski
  • Magyar
  • Հայերեն
  • Interlingua
  • Íslenska
  • Italiano
  • 日本語
  • Jawa
  • ქართული
  • Қазақша
  • ភាសាខ្មែរ
  • ಕನ್ನಡ
  • 한국어
  • Kurdî
  • Latina
  • Lietuvių
  • Latviešu
  • Македонски
  • മലയാളം
  • Монгол
  • Bahasa Melayu
  • မြန်မာဘာသာ
  • नेपाली
  • नेपाल भाषा
  • Nederlands
  • Norsk bokmål
  • ଓଡ଼ିଆ
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Polski
  • Português
  • Română
  • Русский
  • Scots
  • Davvisámegiella
  • Srpskohrvatski / српскохрватски
  • සිංහල
  • Simple English
  • Slovenčina
  • Slovenščina
  • Shqip
  • Српски / srpski
  • Svenska
  • தமிழ்
  • తెలుగు
  • ไทย
  • Tagalog
  • Türkçe
  • Татарча / tatarça
  • Українська
  • اردو
  • Oʻzbekcha / ўзбекча
  • Tiếng Việt
  • Winaray
  • 吴语
  • Yorùbá
  • 中文
  • 粵語
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan untuk penjelasan ilmiah; bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Ciri-ciri bayi dengan sindrom down.

Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3,[1] yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Langdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1961, para ahli dari berbagai negara merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.[2]

Gejala atau tanda-tanda

[sunting | sunting sumber]
Penderita sindrom down memiliki jarak antar jari kaki yang melebar.

Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microcephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang kecil, dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Sering kali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.

Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphic). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang lain.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (bahasa Inggris: amyloid precursor protein)[3] seperti pada penderita Alzheimer.

Definisi sindrom down

[sunting | sunting sumber]

Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21 yang seharusnya hanya 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Pemeriksaan diagnostik

[sunting | sunting sumber]

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis ini, antara lain:

  • Pemeriksaan fisik penderita
  • Pemeriksaan kromosom
  • Ultrasonografi (USG)
  • Ekokardiogram (ECG)
  • Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

Penatalaksanaan

[sunting | sunting sumber]

Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) "The human osmoregulatory Na+/myo-inositol cotransporter gene (SLC5A3): molecular cloning and localization to chromosome 21". Department of Pediatrics, University of Pennsylvania School of Medicine; Berry GT, Mallee JJ, Kwon HM, Rim JS, Mulla WR, Muenke M, Spinner NB. Diakses tanggal 2010-05-03.
  2. ^ Rodríguez-Hernández, M Luisa; Montoya, Eliado (2011). "Fifty years of evolution of the term Down's syndrome". The Lancet. 378 (9789): 402.
  3. ^ (Inggris) "Tumorigenesis and neurodegeneration: two sides of the same coin?". Department of Pathology, Massachusetts General Hospital; Staropoli JF. Diakses tanggal 2010-06-28.

"Penanganan Syndrom Down" Karya Prof.dr.Josseph Gerald Fernando Marpaung.,Amd.Kep 2015

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Down syndrome.
  • l
  • b
  • s
Kelainan kromosom (Q90–Q99, 758)
Autosomal
Trisomi
  • Sindrom Down
    • 21
  • Sindrom Edwards
    • 18
  • Sindrom Patau
    • 13
  • Trisomi 9
  • Sindrom Warkany 2
    • 8
  • Sindrom mata kucing/Trisomi 22
    • 22
  • Trisomi 16
Monosomi/delesi
  • Sindrom delesi 1q21.1/Sindrom delesi 1q21.1/Sindrom TAR
    • 1
  • Sindrom Wolf–Hirschhorn
    • 4
  • Sindrom tangisan kucing/Sindrom delesi kromosom 5q
    • 5
  • Sindrom Williams
    • 7
  • Sindrom Jacobsen
    • 11
  • Sindrom Miller–Dieker/Sindrom Smith–Magenis
    • 17
  • Sindrom DiGeorge
    • 22
  • Sindrom delesi distal 22q11.2
    • 22
  • Sindrom delesi 22q13
    • 22
  • Rekaman genomik
    • Sindrom Angelman/Sindrom Prader–Willi (15)
  • Distal 18q-/Proksimal 18q-
Pautan X/Y
Monosomi
  • Sindrom Turner (45, X)
Trisomi/tetrasomi,
kariotipe lainnya/mosaik
  • Sindrom Klinefelter (47, XXY)
  • Sindrom XXYY (48, XXYY)
  • Sindrom XXXY (48, XXXY)
  • 49, XXXYY
  • 49, XXXXY
  • Sindrom Tiga X (47, XXX)
  • Sindrom Empat X (48, XXXX)
  • Sindrom Lima X (49, XXXXX)
  • Sindrom Jacobs (47, XYY)
  • 48, XYYY
  • 49, XYYYY
  • 45, X/46, XY
  • 46, XX/46, XY
Translokasi
Leukemia/limfoma
Limfoid
  • Limfoma Burkitt t(8 MYC;14 IGH)
  • Limfoma folikuler t(14 IGH;18 BCL2)
  • Limfoma sel mantel/Mieloma multipel t(11 CCND1:14 IGH)
  • Limfoma sel besar anaplastik t(2 ALK;5 NPM1)
  • Leukimia limfoblastik akut
Mieloid
  • Kromosom Philadelphia t(9 ABL; 22 BCR)
  • Acute myeloblastic leukemia with maturation t(8 RUNX1T1;21 RUNX1)
  • Leukimia promielositik akut t(15 PML,17 RARA)
  • Leukimia megakarioblastik akut t(1 RBM15;22 MKL1)
Lainnya
  • Sarkoma Ewing t(11 FLI1; 22 EWS)
  • Sarkoma sinovial t(x SYT;18 SSX)
  • Dermatofibrosarcoma protuberans t(17 COL1A1;22 PDGFB)
  • Liposarkoma miksoid t(12 DDIT3; 16 FUS)
  • Desmoplastic small-round-cell tumor t(11 WT1; 22 EWS)
  • Rabdomiosarkoma alveolar t(2 PAX3; 13 FOXO1) t (1 PAX7; 13 FOXO1)
Lainnya
  • Sindrom X rapuh
  • Disomi uniparental
  • Sindrom XX pria/46,XX testicular disorders of sex development
  • Kromosom penanda
  • Ring chromosome
    • 6; 9; 14; 15; 18; 20; 21, 22
Pengawasan otoritas Sunting ini di Wikidata
Umum
  • Integrated Authority File (Jerman)
Perpustakaan nasional
  • Prancis (data)
  • Ukraina
  • Amerika Serikat
  • Jepang
  • Republik Ceko
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sindrom_Down&oldid=27474224"
Kategori:
  • Sindrom
  • Kecacatan
  • Kelainan genetik
  • Pediatrik
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata
  • Artikel Wikipedia dengan penanda GND
  • Artikel Wikipedia dengan penanda BNF
  • Artikel Wikipedia dengan penanda EMU
  • Artikel Wikipedia dengan penanda LCCN
  • Artikel Wikipedia dengan penanda NDL
  • Artikel Wikipedia dengan penanda NKC

Best Rank
More Recommended Articles