Tōhōkai
Tōhōkai (東方会, Perkumpulan dari Timur) adalah sebuah partai politik fasisme dari Kekaisaran Jepang. Partai ini aktif di Jepang selama dekade 1930an sampai 1940an. Asal muasa partai ini bisa ditelusuri dari Kokumin Domei yang didirikan oleh Adachi Kenzō pada 1933. Pada 1936, Nakano Seigō berseteru dengan Adachi mengenai arah kebijakan partai dan memutuskan untuk mendirikan partai terpisah yang ia sebut dengan nama Tohokai.[1]
Ideologi
Terinspirasi dari tulisan filsafat ultranasionalis Ikki Kita, Nakano menganjurkan reformasi nasional melalui cara parlementer daripada melalui kudeta militer. Nakano beralih ke gerakan Nazisme pimpinan Adolf Hitler dan gerakan fasisme Benito Mussolini sebagai contoh bagaimana gerakan politik sayap kanan radikal yang mengadvokasi korporatisme dapat berhasil mengambil alih demokrasi parlementer. Tōhōkai menggunakan banyak atribut gerakan Eropa yang ditirunya, termasuk mengenakan kemeja hitam dengan ban lengan (bertuliskan huruf Jepang untuk 'Timur') dan mengadakan demonstrasi massa.[2]
Program Tōhōkai tidak sepenuhnya menjiplak model-model Barat, karena kelompok ini juga didorong oleh rasa kagum yang mendalam terhadap Saigō Takamori dan Pemberontakan Satsuma dan memiliki sifat yang sangat monarkis.[2] Tōhōkai juga menganjurkan kebijakan ekonomi yang disebutnya 'nasionalisme sosial', yang sebenarnya dipengaruhi oleh ide-ide yang diambil dari Masyarakat Fabian Inggris daripada fasisme.[2] Kelompok ini juga merupakan imperialis yang kuat, dengan Nakano menyarankan bahwa Jepang harus "membangun jalan melalui Singapura menuju Teluk Persia agar dapat terhubung langsung dengan Nazi Jerman".[3] Tōhōkai memperoleh sejumlah dukungan rakyat, dan pada puncaknya menduduki sebelas kursi di Diet Jepang pada tahun 1937.[2]
Demikian pula, Tōhōkai menolak gagasan superioritas "ras Yamato" dan bahwa ras tersebut dapat melegitimasi dominasi Jepang atas bangsa Asia lainnya. Menurut Tōkōhai, misi Jepang adalah membebaskan dan menyatukan Asia, karena menurut mereka, bangsa Asia daratan adalah saudara dan setara dengan bangsa Jepang, dan tidak pernah kalah. Pada saat yang sama, Nakano Seigo beberapa kali mengkritik keras para penganut Pan-Asia lainnya atas rasisme dan kebencian mereka terhadap bangsa kulit putih. Ia membandingkan poin-poin acuan ini dengan poin-poin acuan Sun Yat-sen, yang bebas dari rasisme dan siap untuk bersatu dengan bangsa-bangsa Eropa yang dikucilkan melawan kekuatan-kekuatan imperialis.[4]
Pada tahun 1939, partai tersebut benar-benar memasuki negosiasi merger dengan Shakai Taishuto, sebuah partai sayap kiri moderat yang tertarik pada elemen-elemen berhaluan kiri dalam kebijakan ekonomi Tōhōkai. Namun, perundingan tersebut akhirnya gagal, baik karena Nakano bersikeras untuk memimpin partai mana pun yang bergabung maupun karena banyak anggota Shakai Taishuto menganggap Tōhōkai sebagai partai fasis.[5] Kemudian diperdebatkan bahwa Tōhōkai dapat dibandingkan dengan sayap kiri partai Nazi seperti yang diwakili oleh Ernst Röhm dan beberapa tokoh lainnya yang sebagian besar tersingkir di Malam Pisau Panjang.[6]
Merger dan kemunduran
Pada 1940, Tohokai difusikan menjadi Asosiasi Asistensi untuk Pemerintahan Kekaisaran bersama seluruh partai yang ada di Kekaisaran Jepang sebagai bagian dari upaya Fumimaro Konoe untuk membentuk sebuah negara satu partai.[2] Namun mereka berpisah pada 1941 karena Nakano merasa bahwa Konoe tidak begitu tegas dalam menerapkan sistem totaliter ala Eropa yang mereka inginkan, namun suara mereka tidak dibungkam karena propaganda anti-Inggris dan anti-Amerika yang kerap digaungkannya membuat pemerintah tidak dapat menumpas kegiatan mereka dibandingkan yang lain.[7] Sebagai hasilnya, Tohokai dipersilakan untuk mencalonkan sebanyak 42 calon Parlemen Jepang pada 1942.[7] Tujuh anggota partai terpilih kembali dan Nakano terus menjadi kritikus pemerintah, memarahi Konoe dan Hideki Tōjō karena tidak mengikuti jejak Adolf Hitler lebih dekat.[8]
Pada bulan Oktober 1943, Nakano ditangkap bersama 39 anggota partai lainnya atas tuduhan berkomplot untuk menggulingkan rezim Tōjō, dan dia bunuh diri dalam keadaan misterius pada malam setelah dia dibebaskan dengan jaminan.[9] Seperti banyak gerakan serupa yang berdasarkan pada seorang pemimpin karismatik tunggal, Tōhōkai sebagian besar bubar setelah kematian Nakano dan secara resmi dibubarkan pada tanggal 23 Maret 1944.[2] Partai ini secara resmi dilarang oleh perintah Panglima Tertinggi Sekutu.
Referensi
- ^ Christian W. Spang, Rolf-Harald Wippich, Japanese-German Relations, 1895–1945: War, Diplomacy and Public Opinion, Routledge, 2006, p. 181
- ^ a b c d e f Roger Griffin, The Nature of Fascism, Routledge, 2003, p. 155
- ^ Courtney Browne, Tojo: The Last Banzai, Angus & Robertson, 1967, p. 102
- ^ Saaler, Sven; Szpilman, Christopher W. A. (2011). Pan-Asianism: A Documentary History, Volume 2: 1920–Present. Rowman & Littlefield. hlm. 51. ISBN 978-0810895393.
- ^ Stephen S. Large, Organized Workers and Socialist Politics in Interwar Japan, Cambridge University Press, 2010, p. 219
- ^ Andrew Roth, Dilemma in Japan, READ BOOKS, 2007, pp. 92-93
- ^ a b Ben-Ami Shillony, Politics and Culture in Wartime Japan, p. 23
- ^ Shillony, Politics and Culture in Wartime Japan, Oxford University Press, 1991, p. 47
- ^ Peter Wetzler, Hirohito and War: Imperial Tradition and Military Decision Making in Prewar Japan, University of Hawaii Press, 1998, pp. 76-78

