Bintang ini melambangkan artikel pilihan di Wikipedia. Artikel pilihan adalah artikel-artikel terbaik di Wikipedia, yang ditentukan oleh komunitas. Sebelum dimasukkan ke dalam daftar ini, artikel-artikel tersebut dinilai dan dibahas di Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan, untuk memastikan keakuratan, kenetralan, kelengkapan, dan gaya penulisan, berdasarkan Wikipedia:Kriteria artikel pilihan.
Saat ini terdapat 416 artikel pilihan dari 737.385 artikel di Wikipedia, yang berarti ada satu artikel pilihan untuk setiap 1.773 artikel di Wikipedia.
Artikel yang berhasil mendapatkan status artikel pilihan akan diberikan bintang () pada pojok kanan atasnya. Selain itu, apabila suatu artikel merupakan artikel pilihan di Wikipedia bahasa lain, akan diberikan bintang pada pranala interwiki di sisi kiri bawah artikel.
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada bulan Agustus 1945, tahap akhir Perang Dunia II. Dua operasi ini merupakan penggunaan senjata nuklir dalam peperangan untuk pertama dan terakhir kalinya dalam sejarah, dan menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa. Setelah Blok Sekutu berhasil membuat bom atom dalam Proyek Manhattan, pada 6 Agustus, A.S. menjatuhkan bom uranium jenis bedil (bernama kode "Little Boy") di Hiroshima. Tiga hari kemudian, A.S. menjatuhkan bom plutonium jenis implosi ("Fat Man") di Nagasaki. Serangan ini diperkirakan menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan 39.000–80.000 di Nagasaki; sekitar setengahnya terbunuh pada hari pengeboman. Sisanya tewas dalam bulan-bulan setelahnya dikabatkan efek luka bakar, penyakit radiasi, serta cedera-cedera dan komplikasi lain, yang diperparah dengan adanya kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meskipun terdapat garnisun militer besar di Hiroshima. Tak lama kemudian, pada tanggal 15 Agustus, pemerintah Jepang menyerah kepada Sekutu, sehingga mengakhiri Perang Dunia II. (Selengkapnya...)
Pengepungan Bagdad terjadi pada awal tahun 1258 di Bagdad, bekas ibu kota dari Kekhalifahan Abbasiyah. Setelah serangkaian provokasi dari Khalifah al-Musta'sim, Bagdad kemudian diserang oleh satu pasukan besar di bawah Hulegu, seorang pangeran dari Kekaisaran Mongol. Serangan pun dimulai pada akhir bulan Januari. Mesin-mesin kepung Mongol lalu berhasil menembus pertahanan Bagdad hanya dalam waktu beberapa hari sehingga pasukan Hulegu yang sangat terlatih pun berhasil menguasai tembok timur pada tanggal 4 Februari. Al-Musta'sim yang makin putus asa kemudian berupaya untuk bernegosiasi, tetapi Hulegu tetap bertekad untuk meraih kemenangan penuh, bahkan membunuh pasukan al-Musta'sim yang berniat untuk menyerahkan diri. Al-Musta'sim akhirnya menyerahkan kota tersebut pada tanggal 10 Februari, dan Mongol mulai menjarah kota tersebut tiga hari kemudian. Jumlah orang yang tewas tidak diketahui, karena jumlahnya kemungkinan bertambah akibat epidemi yang kemudian melanda kota tersebut. Hulegu lalu memperkirakan bahwa jumlah orang yang tewas adalah sekitar 200.000. Setelah menyerukan amnesti atas penjarahan pada tanggal 20 Februari, Hulegu mengeksekusi mati al-Musta'sim. (Selengkapnya...)
Darah dan Doa adalah sebuah film perang yang dirilis di Indonesia pada tahun 1950. Sutradara sekaligus produser filmDarah dan Doa adalah Usmar Ismail. Film ini berkisah tentang Divisi Siliwangi yang dipimpin Kapten Sudarto ketika berhijrah menuju Jawa Barat. Film Darah dan Doa seringkali disebut sebagai film buatan Indonesia yang pertama setelah film Tjitra (1949) karya Umar Ismail yang dibuat oleh perusahaan Belanda. Pengambilan gambar perdana untuk film Darah dan Doa dilakukan pada tanggal 30 Maret 1950 dan ditetapkan sebagai hari film nasional di Indonesia. Film Darah dan Doa awalnya diproduksi untuk ditayangkan di Festival Film Cannes dengan biaya produksi sejumlah Rp350.000. Proses produksi Darah dan Doa nyaris berhenti karena kesulitan keuangan sebelum sang sutradara mendapatkan kucuran dana tambahan. Begitu rilis, film ini disensor akibat isinya yang menimbulkan kontroversi. Penayangannya berakhir dengan kegagalan dari segi komersial. Meski begitu, film ini ditanggapi dengan lebih positif dalam ulasan-ulasan di kemudian hari, hingga Ismail pun digelari sebagai "bapak film Indonesia". (Selengkapnya...)