More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Perang Takhta Jawa Pertama - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Takhta Jawa Pertama - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Takhta Jawa Pertama

  • العربية
  • English
  • Français
  • Italiano
  • Nederlands
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Takhta Jawa Pertama
Bagian dari Konflik Mataram–Belanda
Tanggal1704-1708
LokasiJawa
Hasil
  • Kemenangan VOC
  • Pangeran Puger naik takhta sebagai Pakubuwana I
  • Pengasingan Amangkurat III ke Ceylon
Perubahan
wilayah
Konsesi teritorial dari Mataram ke VOC:
Mataram menyerahkan Priangan, Madura, Semarang kepada VOC; Cirebon menjadi protektorat VOC[1]
Pihak terlibat
Kesultanan Mataram Kesultanan Mataram Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC)
Kesultanan Mataram Pasukan yang mendukung Pangeran Puger
Tokoh dan pemimpin
Kesultanan Mataram Amangkurat III
Untung Surapati †
Govert Knol[2]
Kesultanan Mataram Pangeran Puger (kemudian Pakubuwana I)
Jangrana II
Cakraningrat II
Kekuatan
46,000[3]
  • l
  • b
  • s
Kampanye dari
Kesultanan Mataram
  • Surabaya (1614–1625)
  • Batavia (1628–1629)
  • Pemberontakan Trunajaya (1674–1680)
  • Takhta Jawa ke-1 (1704–1708)
  • Takhta Jawa ke-2 (1719–1723)
  • Jawa (1741–1743)
  • Takhta Jawa ke-3 (1749–1757)

Perang Takhta Jawa Pertama adalah konflik yang berlangsung pada tahun 1704 hingga 1708 antara Amangkurat III dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda yang mendukung pamannya, Pangeran Puger untuk menggantikan takhta.

Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Awal mula

[sunting | sunting sumber]

Pada saat peristiwa Pemberontakan Trunajaya, Raden Mas Rahmat ditugasi oleh Amangkurat I untuk mempertahankan Plered. Namun, Raden Mas Rahmat menolak dan memilih ikut mengungsi bersama ayahnya, Amangkurat I. Pangeran Puger kakak tiri Raden Mas Rahmat menggantikan posisinya untuk membuktikan kepada Amangkurat I bahwa tidak semua anggota keluarga Kajoran terlibat dalam pemberontakan Trunajaya.

Amangkurat I kemudian wafat dalam pengungsiannya di Banyumas pada tanggal 13 Juli 1677 dan dimakamkan di daerah Tegal. Raden Mas Rahmat kemudian naik takhta sebagai Amangkurat II. Ia mulanya merupakan raja tanpa istana karena Plered telah diduduki oleh Pangeran Puger. Ia pun membangun istana baru di hutan Wanakarta yang kemudian diberi nama Kartasura pada bulan September 1680. Amangkurat II kemudian membujuk Pangeran Puger supaya bergabung dengannya tetapi ajakan tersebut ditolak.

Penolakan tersebut menyebabkan terjadinya konflik. Akhirnya, pada tanggal 28 November 1681 Pangeran Puger menyerah kepada Jacob Couper, perwira VOC yang membantu Amangkurat II. Pangeran Puger kemudian mengakui kedaulatan Amangkurat II sebagai raja Mataram.

Terjadinya konflik

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1703, Amangkurat II meninggal dunia.[4] Penggantinya adalah putranya, Amangkurat III. Sedangkan pamannya, Pangeran Puger, bertikai dengannya dan terpaksa lari bersama keluarganya dari Kartasura ke Semarang untuk mencari bantuan VOC. Pangeran Puger menyatakan pada VOC bahwa Amangkurat III adalah musuh mereka bersama, dan sekutu musuh VOC, Untung Surapati. Dia juga menyatakan bahwa kebanyakan orang Jawa lebih mendukungnya sebagai raja. Cakraningrat II dari Madura mendukung tuntutan Pangeran Puger. Karena VOC menganggap Cakraningrat II sebagai sekutu yang tepercaya, akhirnya VOC setuju untuk mendukung Pangeran Puger.

Tahun 1704 VOC mengakui Pangeran Puger sebagai raja dengan gelar Pakubuwana I. Peristiwa ini merupakan awal dari apa yang disebut "Perang Takhta Jawa Pertama".

Daerah pesisir ternyata tidak tertarik mendukung Pakubuwana I. Banyak pemimpin pesisir lebih ingin menjadi bawahan VOC, terutama Cirebon, daripada terbawa dalam perang dan memikul beban kekuasaan Mataram. Namun VOC sendiri tidak tertarik dengan membawahi pemimpin tersebut.

Akhir 1704, Pakubuwana I berhasil menundukkan Demak. Agustus 1705, pasukan yang terdiri dari prajurit Jawa dan Madura, didukung orang Eropa dari VOC, Bugis, Makassar, Bali, Melayu, Banda, Ambon dan Mardijkers (orang pribumi berbahasa Portugis) menyerang Kartasura. Amangkurat III terpaksa melarikan diri ke timur dan mencari suaka pada Untung Surapati dengan membawa pusaka Mataram. Bulan September, Pakubuwana I masuk Kartasura dan menduduki takhta Mataram. Tahun-tahun berikutnya, persekutuan Mataram, VOC dan Madura menjalakan sejumlah kampanye. Untung Surapati terbunuh di Bangil tahun 1706. Pasuruan ditundukkan tahun 1707 dan Amangkurat III menyingkir ke Malang bersama para putra Untung Surapati. Dalam kampanye terakhir ini, pasukan gabungan Mataram dan sekutunya sempat berjumlah 46 000 prajurit. Perang ini sangat berat bebannya dari segi manusia dan dana.

Amangkurat III akhirnya setuju untuk berunding dengan VOC tahun 1708, dengan syarat dia diberi sebagian dari Jawa dan tidak tunduk pada Pakubuwana I. VOC mempunyai rencana lain. Mereka menangkap Amangkurat III dan mengasingkannya ke Sri Lanka, di mana dia meninggal tahun 1734.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Perang Takhta Jawa Kedua
  • Perang Takhta Jawa Ketiga

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ricklefs 2008, hlm. 105.
  2. ^ Pigeaud 1976, hlm. 103.
  3. ^ Ricklefs 2008, hlm. 104.
  4. ^ Hasibuan, H., dkk. (2020). Ashadi (ed.). Arsitektur Peninggalan Mataram dari Kacamata Mahasiswa (PDF). Jakarta Pusat: Arsitektur UMJ Press. hlm. 16. ISBN 978-602-5428-40-1. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)

Sunmber

[sunting | sunting sumber]
  • Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
  • Kohn, George C. (2006). Dictionary of Wars. Infobase Publishing. ISBN 9781438129167.
  • Pigeaud, Theodore Gauthier Thomas (1976). Islamic States in Java 1500–1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr H. J. de Graaf. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 103. ISBN 90-247-1876-7.
  • Ricklefs, M.C. (11 September 2008). A History of Modern Indonesia Since C.1200. Palgrave Macmillan. hlm. 103–105. ISBN 978-1-137-05201-8.[pranala nonaktif permanen]
  • l
  • b
  • s
Sejarah konflik di Nusantara
Pra-kolonial
  • Perang Medang–Sriwijaya
  • Invasi Sriwijaya oleh Medang
  • Pemberontakan Wurawari
  • Invasi Chola ke Sriwijaya
  • Ekspedisi Pamalayu
  • Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa
  • Pemberontakan Ra Kuti
  • Perang Bubat
  • Penjarahan Singapura
  • Perang Regreg
  • Serbuan Demak ke Majapahit
Kolonial Portugis
  • Perang Ternate-Spanyol
  • Konflik Aceh–Portugal
  • Perang Ternate–Portugal
Kolonial VOC
  • Konflik Mataram–Belanda
  • Penyerbuan ke Batavia (1628)
  • Pertempuran Melaka (1641)
  • Perang Takhta Jawa Pertama
  • Perang Takhta Jawa Kedua
  • Geger Pacinan
  • Perang Jawa (1741–43)
  • Perang Kuning (1741-50)
  • Perang Takhta Jawa Ketiga
  • Perang Bayu
  • Pembantaian Amboyna
  • Perang Makassar
Kolonial Belanda
  • Perang Padri (1821–37)
  • Perang Pattimura
  • Pemberontakan Ronggo (1810)
  • Geger Sepehi (1812)
  • Perang Diponegoro (1825–30)
  • Ekspedisi Palembang
    • 1819
    • 1821
  • Invasi Belanda ke Pantai Barat Sumatera (1831)
  • Ekspedisi Sumatera Pertama
  • Perang Aceh Pertama
  • Perang Aceh (1873–1913) (Ekspedisi Tanah Gayo, Alas, dan Batak)
  • Perang Bali
    • 1846
    • 1848
    • 1849
    • 1858
    • 1894
    • 1906
    • 1908
  • Pemberontakan di Kalimantan Barat
    • 1823
    • 1850–54
    • 1854–55
  • Pemberontakan Batipuh
  • Perang Banjar (1859–63)
  • Perang Bone
    • 1824
    • 1825
    • 1859
  • Penyerbuan Jawa 1811
    • Penyerbuan Meester Cornelis
  • Perang Tapanuli
  • Ekspedisi Palembang (1851–59)
  • Nias (1855–64)
  • Besemah (1864–68)
  • Mandor (1884–85)
  • Jambi (1885)
  • Ekspedisi Idi (1890)
  • Ekspedisi Pidie (1897–98)
  • Ekspedisi Kerinci (1903)
  • Ekspedisi Sulawesi (1905–06)
  • Perang Belasting
    • Perang Kamang
    • Perang Manggopoh
Pendudukan Jepang
  • Kampanye Hindia Belanda
  • Pembantaian Sook Ching
  • Peristiwa Mandor
  • Peristiwa Loa Kulu
  • Pertempuran Lima Hari
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perang_Takhta_Jawa_Pertama&oldid=27120859"
Kategori:
  • Kesultanan Mataram
  • Sejarah Jawa
  • Sejarah Indonesia
  • VOC
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Halaman yang menggunakan pranala magis ISBN

Best Rank
More Recommended Articles