Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur
Pondok Ranggon | |||||
---|---|---|---|---|---|
![]() Ruang Limpah Sungai (RLS) Pondok Ranggon. | |||||
![]() Peta lokasi Kelurahan Pondok Ranggon | |||||
Negara | ![]() | ||||
Provinsi | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | ||||
Kota Administrasi | Jakarta Timur | ||||
Kecamatan | Cipayung | ||||
Kodepos | 13860 | ||||
Kode Kemendagri | 31.75.10.1003 ![]() | ||||
Kode BPS | 3172030001 ![]() | ||||
Luas | 3,6 km² | ||||
Jumlah penduduk | 35.248 jiwa[1] | ||||
Kepadatan | 9.791 jiwa/km² | ||||
|
Pondok Ranggon (bahasa Sunda: ᮕᮧᮔ᮪ᮓᮧᮊ᮪ ᮛᮃᮀᮌᮧᮔ᮪, translit. Pondok Ranggon) adalah salah satu dari delapan kelurahan yang berada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 35.248 jiwa (2024) dan luas 3,6 km², berada di ketinggian 55 hingga 91 mdpl dan merupakan kelurahan tertinggi di DKI Jakarta.
Sejarah
Berdasarkan cerita rakyat yang diturunkan oleh orang-orang tua di Pondok Ranggon, pada awalnya ada seorang lelaki tua (bahasa Sunda: aki) — yang bermukim di suatu tempat yang saat ini menjadi Pondok Ranggon — dengan seorang perempuan tua (bahasa Sunda: nini) yang ditemukannya di tempat tersebut tanpa melalui perkawinan. Orang Sunda menyebut kehidupan kedua orang tua tersebut dengan istilah rangon, karena mereka tinggal di suatu pondok, maka masyarakat menyebut tempat itu dengan nama Pondok Rangon atau Pondok Ranggon.[2]
Geografi
Kelurahan ini berbatasan dengan Markas Besar TNI di sebelah utara, kelurahan Cilangkap dan Munjul di sebelah barat, kelurahan Jatiraden (Bekasi; dibatasi oleh Kali Sunter) di sebelah timur, serta kelurahan Harjamukti (Depok) di sebelah selatan. Oleh karena itu, Pondok Ranggon merupakan wilayah dengan nilai strategis, karena berhubungan langsung dengan jalur perlintasan alternatif dari wilayah Cileungsi (Bogor), Kranggan (Bekasi), dan Harjamukti (Depok).
Demografi
Bahasa dan budaya

Penduduk asli Pondok Ranggon awalnya adalah orang Sunda. Hal ini berdasarkan cerita rakyat yang dituturkan oleh orang-orang tua di sana. Seiring waktu, wilayah ini kemudian juga dihuni oleh suku Betawi yang menyebabkan adat dan budaya penduduk Pondok Ranggon merupakan percampuran dari keduanya.[3] Kelurahan ini merupakan salah satu dari sedikit kelurahan yang penduduk aslinya masih menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari,[4] kelurahan lainnya adalah Jatinegara Kaum yang penduduknya bertutur menggunakan bahasa Sunda dialek Banten.[5] Berbeda dengan di Jatinegara Kaum, penduduk asli di Pondok Ranggon bertutur menggunakan bahasa Sunda dialek Bogor.[4]
Agama
Dari sisi keagamaan, berdasarkan Visualisasi Data Kependudukan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia per 31 Desember 2024, mayoritas masyarakat Pondok Ranggon beragama Islam dengan jumlah 32.341 jiwa (91,75%), Protestan dengan jumlah 2.380 jiwa (6,75%), Katolik dengan jumlah 473 jiwa (1,34%), Buddha dengan jumlah 30 jiwa (0,09%), Hindu dengan jumlah 23 jiwa (0,06%), dan Aliran Kepercayaan dengan jumlah 1 jiwa (0,01%).[1]
Referensi
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Kementerian Dalam Negeri. 31 Desember 2024. Diakses tanggal 2 September 2025.
- ^ "Pondok Rangon, Kampung | Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta". www.jakarta.go.id. Diakses tanggal 2020-08-24.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Festival Ganceng 2025 Resmi Dibuka, Wali Kota Jaktim Ajak Generasi Muda Lestarikan Tradisi". sinpo.id. Sinpo. 14 Juni 2025. Diakses tanggal 2 September 2025.
- ^ a b Hindun (27 Agustus 2020). "Hese vs Hees". www.gurusiana.id. Gurusiana. Diakses tanggal 2 September 2025.
- ^ Kurniawati, Wati; Suhardi, Basuki (1988). "Pemakaian kata sapaan dalam bahasa Sunda di RW 03 Jatinegara Kaum". Jurnal Lontar. Depok: Universitas Indonesia.