More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sulawesi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sulawesi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sulawesi

  • Acèh
  • Afrikaans
  • العربية
  • مصرى
  • Asturianu
  • Azərbaycanca
  • تۆرکجه
  • Башҡортса
  • Basa Bali
  • Bikol Central
  • Беларуская
  • Беларуская (тарашкевіца)
  • Български
  • Banjar
  • বাংলা
  • Brezhoneg
  • Bosanski
  • Batak Mandailing
  • Basa Ugi
  • Català
  • Cebuano
  • Čeština
  • Чӑвашла
  • Cymraeg
  • Dansk
  • Deutsch
  • Ελληνικά
  • English
  • Esperanto
  • Español
  • Eesti
  • Euskara
  • فارسی
  • Suomi
  • Français
  • Nordfriisk
  • Frysk
  • Gaeilge
  • Gàidhlig
  • Galego
  • Bahasa Hulontalo
  • Hausa
  • 客家語 / Hak-kâ-ngî
  • עברית
  • हिन्दी
  • Fiji Hindi
  • Hrvatski
  • Magyar
  • Հայերեն
  • Ilokano
  • Íslenska
  • Italiano
  • 日本語
  • Jawa
  • ქართული
  • Kumoring
  • Қазақша
  • ភាសាខ្មែរ
  • 한국어
  • Latina
  • Lingua Franca Nova
  • Lombard
  • Lietuvių
  • Latviešu
  • Basa Banyumasan
  • Malagasy
  • Minangkabau
  • Македонски
  • മലയാളം
  • मराठी
  • Кырык мары
  • Bahasa Melayu
  • မြန်မာဘာသာ
  • مازِرونی
  • Nederlands
  • Norsk nynorsk
  • Norsk bokmål
  • Occitan
  • Ирон
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Kapampangan
  • Papiamentu
  • Polski
  • Piemontèis
  • پنجابی
  • Português
  • Română
  • Русский
  • Srpskohrvatski / српскохрватски
  • Simple English
  • Slovenčina
  • Slovenščina
  • Српски / srpski
  • Seeltersk
  • Sunda
  • Svenska
  • Kiswahili
  • Ślůnski
  • தமிழ்
  • ไทย
  • Tagalog
  • Türkçe
  • Українська
  • اردو
  • Oʻzbekcha / ўзбекча
  • Tiếng Việt
  • Winaray
  • 吴语
  • მარგალური
  • ייִדיש
  • 中文
  • 閩南語 / Bân-lâm-gí
  • 粵語
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Wikiwisata
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Koordinat: 02°S 121°E / 2°S 121°E / -2; 121
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Celebes" beralih ke halaman ini. Untuk lukisan karya Max Ernst, lihat The Elephant Celebes.
Sulawesi
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat02°S 121°E / 2°S 121°E / -2; 121
KepulauanNusantara
Kepulauan Sunda Besar
Luas180.680 km2
Peringkat luaske-11
Titik tertinggiRantemario (3,478 m)
Pemerintahan
Negara Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
 Gorontalo
 Sulawesi Tengah
 Sulawesi Tenggara
 Sulawesi Selatan
 Sulawesi Barat
Kota terbesarMakassar (1,339,374 jiwa; Sensus 2010)
Ibu kota dan Provinsi terbesarPalu (395,06 km2)
Kependudukan
Penduduk22,724,837 jiwa (tahun 2022)
Kepadatan109.0 jiwa/km2
Kelompok etnikLuwu, Makassar, Bugis, Kaili, Mandar, Mamasa, Minahasa, Mongondow, Gorontalo, Toraja, Buton, Pamona, Mori, Sangir, Banggai, Saluan, Balantak, Tolaki, Bajau, Muna Wakatobi.
Peta

Sulawesi (baca: sulawési, IPA: [sulawesi]), dahulu pernah dikenal sebagai Celebes (/ˈsɛlɪbiːz/ atau /sɪˈliːbiːz/) adalah sebuah pulau di Indonesia. Bentuknya seperti huruf K.

Sulawesi adalah salah satu dari empat Kepulauan Sunda Besar dan merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Pulau Sulawesi terletak di sebelah timur Pulau Kalimantan, sebelah barat Kepulauan Maluku, dan sebelah selatan Mindanao dan Kepulauan Sulu, Filipina.

Di Indonesia, hanya Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan Papua yang lebih besar luas wilayahnya serta hanya Pulau Jawa, serta Pulau Sumatra yang memiliki populasi lebih banyak dari Sulawesi.

Bentang alam di Sulawesi mencakup empat semenanjung, yakni Semenanjung Utara, Semenanjung Timur, Semenanjung Selatan, dan Semenanjung Tenggara. Ada tiga teluk yang memisahkan semenanjung-semenanjung ini, yaitu Teluk Tomini (Teluk Gorontalo) yang membentang di wilayah perairan selatan dari Semenanjung Minahasa, Semenanjung Gorontalo, dan Semenanjung Tomini (Tomini Bocht), Teluk Tolo di antara Semenanjung Timur dan Tenggara, dan Teluk Bone di antara Semenanjung Selatan dan Tenggara.

Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau dan memisahkan pulau ini dari Kalimantan. Selain itu, Sulawesi juga terletak di antara pertemuan tiga lempeng, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan Sulawesi memiliki struktur tektonik yang sangat kompleks.[1]

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di pulau itu yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[2] Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14–15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan.

Geografi

[sunting | sunting sumber]
Gunung Tongkoko adalah sebuah gunung berapi di Sulawesi Utara

Sulawesi menjadi pulau terbesar kesebelas di dunia dan meliputi area seluas 180.680 km2. Bagian tengah pulau ini bergunung-gunung dengan permukaan kasar sehingga semenanjung di Sulawesi pada dasarnya jauh satu sama lain dan lebih mudah dijangkau melalui laut daripada melalui jalan darat.

Ada tiga teluk yang membagi semenanjung-semenanjung di Sulawesi, dari utara ke selatan, yaitu

  • Teluk Tomini (Teluk Gorontalo)
  • Teluk Tolo,
  • Teluk Bone

Ketiganya memisahkan Semenanjung Minahasa atau Semenanjung Utara, Semenanjung Timur, Semenanjung Tenggara, dan Semenanjung Selatan. Adapun Selat Makassar membentang di sepanjang sisi barat pulau ini.[3]

Sulawesi dikelilingi oleh berbagai cekungan dalam. Sulawesi dan Kalimantan di sebelah barat dipisahkan oleh Selat Makassar yang memiliki kedalaman 2000-2500 m. Di antara Sulawesi dan Filipina di sebelah utara terdapat Cekungan Sulawesi dengan kedalaman 5000-5500 m. Di bagian timur, Pulau Sulawesi dan Maluku dipisahkan oleh Laut Maluku (-4000 m) dan Cekungan Banda Utara (-4500 hingga -5500 m). Di bagian tenggara Sulawesi terdapat Cekungan Banda Selatan yang berkedalaman hingga -4500 m. Di sebelah selatan terdapat Laut Flores (maks -5140 m) yang memisahkan Sulawesi dengan Pulau Flores dan Timor.

Kepulauan kecil

[sunting | sunting sumber]
  • Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud membentang ke utara dari ujung timur laut Sulawesi, sementara Pulau Buton dan pulau-pulau tetangganya berbatasan dengan semenanjung tenggara.
  • Kepulauan Ponelo yang berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi menjeng benteng alam dengan gugusan pulau-pulau konservasi penyu dan wisata alam disekitarnya.
  • Kepulauan Togean berada di tengah Teluk Tomini; Pulau Peleng serta Kepulauan Banggai membentuk sebuah gugusan pulau antara Sulawesi dan Maluku.
  • Kepulauan Selayar membentuk semenanjung yang membentang ke selatan dari bagian barat daya Sulawesi hingga ke Laut Flores. Secara administratif, Kepulauan Selayar merupakan bagian dari Sulawesi Selatan. Semua pulau yang disebutkan di atas dan pulau-pulau yang lebih kecil secara administratif merupakan bagian dari enam provinsi di Sulawesi.

Geologi

[sunting | sunting sumber]

Pulau ini terbentuk melalui lekukan tepi laut dalam yang mengelilinginya hingga wilayah pedalaman berupa pegunungan yang tinggi dan sebagian besar nonvulkanik. Gunung berapi aktif ditemukan di Semenanjung Minahasa yang berada di sisi timur dari Semenanjung Utara Sulawesi dan terus membentang ke utara menuju Kepulauan Sangihe. Daerah ini merupakan tempat bagi beberapa gunung berapi aktif seperti Gunung Lokon, Gunung Awu, Soputan, dan Karangetang.

Menurut rekonstruksi lempeng, pulau ini diyakini terbentuk melalui proses tumbukan terran antara Lempeng Asia (yang membentuk semenanjung barat dan barat daya) dan Lempeng Australia (yang membentuk semenanjung tenggara dan Banggai) dengan busur kepulauan yang sebelumnya berada di Samudera Pasifik (dan membentuk semenanjung utara dan timur).[4] Karena ketidakstabilan riwayat tektoniknya, berbagai sesar terbentuk dan pulau ini menjadi rawan gempa bumi.

Sulawesi, berbeda dengan sebagian besar pulau lainnya di wilayah biogeografis Wallacea, tidak sepenuhnya memiliki sifat samudera, tetapi merupakan pulau komposit di pusat zona tabrakan Asia-Australia. Bagian dari pulau ini sebelumnya menyatu, entah pada batas benua Asia atau Australia, sebelum akhirnya terpisah dari benua asalnya melalui proses vikarian.[5]

Di sebelah barat, pembukaan Selat Makassar memisahkan Sulawesi Barat dari Sundaland pada zaman Eosen sekitar 45 juta tahun yang lalu.[5] Di sebelah timur, pandangan awam tentang tumbukan yang melibatkan beberapa fragmen benua yang terpisah dari Pulau Nugini dengan batas volkanik aktif di Sulawesi Barat pada waktu yang berbeda sejak zaman Miosen Awal sekitar 20 juta tahun yang lalu baru-baru ini digantikan oleh hipotesis bahwa fragmen tambahan tersebut merupakan hasil dari tabrakan tunggal yang terjadi pada zaman Miosen antara Sulawesi Barat dengan Titik Sula yang merupakan ujung barat dari sabuk lipat kuno asal Variskan pada zaman Paleozoikum Akhir.[5]

Prasejarah

[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Prasejarah Indonesia

Bukti tertua keberadaan manusia di Sulawesi adalah alat batu yang dibuat oleh manusia arkaik, berumur paling sedikit 1,04 juta tahun dan mungkin setua 1,48 juta tahun, ditemukan di situs Calio dekat desa Ujung di distrik Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Sulawesi bagian barat daya.[6] Alat batu lain yang juga dibuat oleh manusia arkaik, bertanggal antara lebih dari 200.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, telah ditemukan di situs Talepu dekat desa Cabenge, yang juga terletak di distrik Lilirilau.[7]

Sebelum Oktober 2014, pemukiman manusia modern di Sulawesi Selatan telah diperkirakan berasal dari sekitar tahun 30.000 SM berdasarkan penanggalan radiokarbon yang diperoleh dari gua-gua batu di Maros.[8] Belum ditemukan bukti yang lebih awal mengenai hunian manusia di sana, tetapi pulau ini hampir pasti merupakan bagian dari jembatan darat yang digunakan untuk pemukiman manusia di Australia dan Papua Nugini setidaknya sejak 40.000 SM.[9]

Tidak ada bukti bahwa Homo erectus pernah mencapai Sulawesi; alat batu kasar yang pertama kali ditemukan pada tahun 1947 di tepi kanan Sungai Walanae di Kabupaten Barru (kini bagian dari Kabupaten Bone), yang sebelumnya dianggap berasal dari zaman Pleistosen karena asosiasinya dengan fosil vertebrata,[10] kini diperkirakan berasal dari sekitar 50.000 SM.[11]

Sebuah rumah panggung khas, diambil antara tahun 1900 dan 1940.

Mengikuti model migrasi ke selatan oleh para petani penutur bahasa-bahasa Austronesia (AN) yang dikemukakan oleh Peter Bellwood,[12] penanggalan radiokarbon dari gua-gua di Maros menunjukkan waktu sekitar pertengahan milenium kedua SM sebagai masa kedatangan kelompok dari Kalimantan Timur yang menuturkan bahasa Proto-bahasa-bahasa Sulawesi Selatan (PSS). Permukiman awal kemungkinan berada di sekitar muara Sungai Sa'dan, di pantai barat laut semenanjung, meskipun pantai selatan juga telah diusulkan.[13]

Migrasi-migrasi berikutnya melintasi bentang alam pegunungan menyebabkan isolasi geografis para penutur bahasa Proto-Sulawesi Selatan (PSS) dan berkembangnya bahasa mereka menjadi delapan rumpun bahasa dalam kelompok bahasa Sulawesi Selatan.[14] Jika setiap kelompok dapat dikatakan memiliki tanah asal, maka tanah asal Bugis – yang kini merupakan kelompok paling banyak jumlahnya – berada di sekitar Danau Témpé dan Danau Sidénréng di lembah Walennaé. Selama sekitar 2.000 tahun di wilayah ini hidup kelompok linguistik yang kemudian menjadi orang Bugis modern; nama kuno kelompok ini (yang masih terpelihara dalam bahasa-bahasa lokal lain) adalah Ugiq. Meskipun saat ini orang Bugis sangat erat kaitannya dengan orang Makassar, tetangga linguistik terdekat mereka sebenarnya adalah orang Toraja.

Megalit di Sulawesi Tengah.

Masyarakat Bugis sebelum tahun 1200 kemungkinan besar tersusun dalam bentuk kepala suku atau kerajaan kecil (chiefdoms). Beberapa antropolog berpendapat bahwa kelompok-kelompok ini mungkin saling berperang, dan pada masa damai melakukan perkawinan antar-suku. Mereka juga berspekulasi bahwa keamanan pribadi saat itu sangat rendah dan praktik berburu kepala merupakan bagian dari budaya. Ekonomi politik mereka mungkin merupakan campuran antara berburu, mengumpulkan hasil alam, dan pertanian ladang berpindah (swidden agriculture). Penanaman padi sawah secara spekulatif mungkin telah dilakukan di tepi danau dan sungai.

Di Sulawesi Tengah, terdapat lebih dari 400 megalit granit (termasuk di Lembah Behoa, situs megalit Pokekea, serta lembah Bada dan Napu di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu), yang menurut berbagai kajian arkeologi berasal dari 3000 SM hingga 1300 M. Ukurannya bervariasi, dari beberapa sentimeter hingga sekitar 4,5 meter. Tujuan asli pembuatan megalit-megalit ini tidak diketahui. Sekitar 30 di antaranya berbentuk figur manusia, sedangkan yang lainnya berbentuk tempayan besar (kalamba) dan piring batu (tutu’na).[15][16]

Sebuah penguburan perempuan yang berasosiasi dengan budaya Toalean (pemburu-pengumpul) berusia sekitar 7.000 tahun telah memberikan DNA yang memberikan wawasan langka mengenai migrasi awal manusia di dan melalui kawasan ini.[17][18]

Lukisan gua

[sunting | sunting sumber]

Pada Oktober 2014, diumumkan bahwa lukisan gua di Maros telah ditentukan berusia sekitar 40.000 tahun. Salah satu gambar cap tangan berusia 39.900 tahun,[19] menjadikannya salah satu lukisan cap tangan tertua di dunia (rekor tertua sejauh ini dipegang oleh cap tangan Neanderthal berusia 64.000 tahun di gua Maltravieso, Cáceres, Spanyol).[19]

Cap tangan kanan di Gua Pettakere, Maros — termasuk di antara contoh karya seni manusia tertua yang diketahui

Dr. Maxime Aubert dari Universitas Griffith di Queensland, Australia, mengatakan bahwa itu adalah usia minimum untuk gambar tangan di Gua Pettakere di Maros, dan menambahkan: “Di sebelahnya terdapat gambar babi yang memiliki usia minimum 35.400 tahun, dan ini merupakan salah satu penggambaran figuratif tertua di dunia, jika bukan yang tertua.”[20]

Pada 11 Desember 2019, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Maxime Aubert mengumumkan penemuan adegan perburuan tertua dalam seni prasejarah dunia, yang berusia lebih dari 44.000 tahun, berasal dari gua batu kapur Leang Bulu’ Sipong 4. Para arkeolog menentukan usia gambar perburuan babi dan kerbau itu berkat adanya ‘popcorn’ kalsit, serta perbedaan tingkat isotop radioaktif uranium dan torium.[21][22][23]

Pada Maret 2020, dua buah ‘plaquette’ batu kecil ditemukan oleh arkeolog Universitas Griffith di gua Leang Bulu Bettue, yang diperkirakan berasal dari masa antara 26.000 hingga 14.000 tahun yang lalu.[24] Salah satu batu menggambarkan anoa (kerbau kerdil Sulawesi) dan mungkin juga bunga, bintang, atau mata, sementara batu lainnya menggambarkan sinar cahaya astronomis.[25][26][27]

Para peneliti menemukan seni gua di Leang Tedongnge, Sulawesi, Indonesia, pada 2021, yang diperkirakan berusia setidaknya 45.500 tahun, menjadikannya karya seni representasional tertua di dunia.

Pada Januari 2021, para arkeolog mengumumkan penemuan seni gua berusia setidaknya 45.500 tahun di gua Leang Tedongnge. Menurut jurnal Science Advances, lukisan gua bergambar babi kutil (warty pig) ini merupakan bukti tertua keberadaan manusia di wilayah tersebut. Babi jantan dewasa berukuran 136 cm × 54 cm, kemungkinan merupakan spesies babi kutil Sulawesi atau babi kutil Celebes (Sus celebensis), digambarkan dengan benjolan mirip tanduk di wajahnya serta dua cap tangan di atas bagian punggungnya.[28] Menurut rekan penulis Adam Brumm, terdapat dua babi lain yang sebagian masih terawetkan, dan tampaknya babi kutil tersebut sedang mengamati pertarungan antara dua babi lainnya.[29][30][31][32]

Sejarah

[sunting | sunting sumber]
Penari 'Padjogé' di Maros, Sulawesi, pada tahun 1870-an.
Potret Benteng Niuew Nassau di Kota Gorontalo sekitar tahun 1900-an sebelum hilang diterjang bencana alam

Salah satu Kerajaan pertama di Pulau Sulawesi yang tercatat dalam sejarah Nusantara adalah Kerajaan Suwawa[33] (sekarang masuk wilayah Provinsi Gorontalo) yang terbentuk sejak tahun 500-an Masehi atau abad ke-6 dengan telur Burung Maleo sebagai alat transaksi jual beli.[34]

Sejak abad ke-13, akses terhadap barang perdagangan berharga dan sumber mineral besi mulai mengubah pola lama budaya di Sulawesi, dan ini memungkinkan individu yang ambisius untuk membangun unit politik yang lebih besar. Tidak diketahui mengapa kedua hal tersebut muncul bersama-sama, mungkin salah satu adalah hasil yang lain. Pada 1400-an, sejumlah kerajaan pertanian yang baru telah muncul di barat lembah Cenrana, serta di daerah pantai selatan dan di pantai timur dekat Parepare yang modern.[35]

Patung Palindo yang menjadi warisan sejarah megalitikum dari Lembah Bada, Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah

Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan memiliki reputasi penghasil.[36] Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.[37] Sejak 1660, Belanda berperang melawan Kerajaan Gowa Makasar terutama di bagian pesisir barat yang berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone. Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun 1905 seluruh Sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi Nasional Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya 4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan [38] Setelah penyerahan kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik Indonesia.[39]

Pada saat kemerdekaan Indonesia, Sulawesi berstatus sebagai provinsi dengan bentuk pemerintahan otonom di bawah pimpinan seorang Gubernur. Provinsi Sulawesi ketika itu beribu kota di Makassar, dengan Gubernur Sam Ratulangi.[40] Bentuk sistem pemerintahan provinsi ini merupakan perintis bagi perkembangan selanjutnya, hingga dapat melampaui masa-masa di saat Sulawesi berada dalam Negara Indonesia Timur (NIT) dan kemudian NIT menjadi negara bagian dari negara federasi Republik Indonesia Serikat (RIS).[41] Saat RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sulawesi statusnya dipertegas kembali menjadi provinsi.[42] Status Provinsi Sulawesi ini kemudian terus berlanjut sampai pada tahun 1960.

Gubernur Sulawesi[43]

  • Sam Ratulangi (1945–1949)
  • Bernard Wilhelm Lapian (1949–1951)
  • Raden Soediro Hardjodisastro (1951–1953)
  • Andi Burhanuddin (1953)
  • Lanto Daeng Pasewang (1953–1956)
  • Andi Pangerang Pettarani (1956–1960)

Mulai tahun 1960, Sulawesi terdiri dari dua buah Daerah Tingkat I,[44] yaitu

  • Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah
  • Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara.

Pada tahun 1964 dibentuk Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang dipisahkan dari Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Demikian pula Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dibentuk terpisah dari Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.[45]

Mulai tahun 1999 pemakaian istilah Daerah tingkat I dihilangkan, sehingga ke-empat wilayah di atas sebutannya berubah masing-masing menjadi provinsi. Memasuki era Reformasi seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, terbentuk Provinsi Gorontalo pada tahun 2000, dan kemudian Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, sentralisasi dan otonomi daerah menguat sehingga mendorong pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri dan otonomi daerah membagi-bagi wilayah administratif di Pulau Sulawesi menjadi beberapa provinsi. Pulau Sulawesi pertama kali dibagi menjadi dua provinsi dengan nama Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dan provinsi Sulawesi Utara Tengah. Pada tahun 1959 sampai 1960-an, terjadi pemekaran wilayah sehingga Pulau Sulawesi terbagi menjadi 4 provinsi dengan masing-masing ibukotanya yaitu provinsi Sulawesi Selatan (Kota Makassar). provinsi Sulawesi Tengah (Kota Palu), provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado), dan provinsi Sulawesi Tenggara (Kota Kendari). Dalam perkembangannya, pemerintahan daerah di Sulawesi menyusun suatu strategi pengembangan wilayah dengan merujuk bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang dibentuk oleh pemerintahan Indonesia.[46] Daerah otonomi baru kembali terbentuk di Pulau Sulawesi pada tahun 2000 dengan pemekaran sebagian wilayah Sulawesi Utara menjadi provinsi Gorontalo berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2000 yang ditetapkan pada tanggal 22 Desember 2000. Menyusul dengan pemekaran provinsi Sulawesi Barat dari provinsi Sulawesi Selatan pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri melalui Undang-Undang Nomor 26 tahun 2004 yang tertanggal 22 September 2004.[47]

Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini (Teluk Gorontalo) dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.

Kota besar

[sunting | sunting sumber]

Berikut 10 kota besar di Sulawesi berdasarkan jumlah populasi tahun 2010.[48]

Urutan Kota, Provinsi Populasi
1 Makassar, Sulawesi Selatan 1.477.861 Jiwa (2024)
2 Manado, Sulawesi Utara 464.808 Jiwa (2024)
3 Palu, Sulawesi Tengah 389.959 jiwa (2024)
4 Kendari, Sulawesi Tenggara 370.760 jiwa (2024)
5 Bitung, Sulawesi Utara 214.724 Jiwa (2024)
6 Gorontalo, Gorontalo 203.812 Jiwa (2024)
7 Palopo, Sulawesi Selatan 180.518 Jiwa (2024)
8 Baubau, Sulawesi Tenggara 162.377 Jiwa (2024)
9 Parepare, Sulawesi Selatan 161.599 Jiwa (2024)
10 Kotamobagu, Sulawesi Utara 121.189 Jiwa (2024)

Lihat Pula Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk.

Sumber daya alam

[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan

[sunting | sunting sumber]

Semenjak Kebun Raya Bogor berdiri pada 1817, beberapa botanis Eropa seperti Reinwardt, Forsten, Teijsmann dan Beccari, sudah melakukan eksplorasi keanekaragaman tumbuhan di Sulawesi.[49] Sebagian besar kolektor mengunjungi wilayah yang berdekatan dengan permukiman penduduk, seperti di sekitar Makassar, Manado dan Buton. Eksplorasi flora di Sulawesi bagian tengah dimulai pada saat Ekspedisi Sulawesi oleh Louis van Vuuren pada tahun 1912-1914. Ekspedisi ini menyisir wilayah Sulawesi bagian barat sampai ke Semenanjung Selatan , meliputi dua wilayah pegunungan Quarles , Latimojong, serta dataran tinggi Toraja. Beberapa spesies baru berhasil ditemukan pada ekspedisi ini, di antaranya :

  1. Rhododendron vanvuurenii J.J.Sm (Ericaceae)
  2. Bulbophyllum vanvuurenii J.J.Sm (Orchidaceae)
  3. Dendrochilum muriculatum J.J.Sm
  4. Begonia rachmatii Tebbitt (Begoniaceae)

Eksplorasi flora di wilayah Mamasa dilakukan oleh Monod de Froideville, seorang botanis Rijksherbarium Leiden, Belanda, pada 1939. Monod mengunjungi Gunung Mambuliling yang bersisian dengan Gunung Gandangdewata dalam rangkaian Pegunungan Quarles di Mamasa.[49] Koleksi tumbuhan yang terkumpul disimpan di Herbarium Bogoriense dan Rijksherbarium Leinden. Beberapa tumbuhan jenis baru yang ditemukan ekspedisi ini antara lain:

  1. Bulbophyllum falculicorne J.J.Sm (Orchidaceae)
  2. Dendrochilum monodii J.J.Sm (Orchidaceae)
  3. Microstylis mambulilingensis J.J.Sm (Orchidaceae)
  4. Strophacanthus celebicus Bremek. (Acanthaceae)
  5. Gentiana uncifolia Bakh.f. (Gentianaceae)
  6. Sonerila celebica Bakh.f. (Melastomataceae)
  7. Sonerila froidevilleana Bakh.f. (Melastomataceae)

Daftar gunung di Sulawesi

[sunting | sunting sumber]

Artikel utama untuk daftar Gunung Sulawesi merujuk pada halaman ini: Daftar Gunung di Sulawesi

Empat Semenanjung utama

[sunting | sunting sumber]
  • Semenanjung Utara
  • Semenanjung Timur
  • Semenanjung Selatan
  • Semenanjung Tenggara

Bahasa

[sunting | sunting sumber]
Rumpun bahasa daerah di Pulau Sulawesi

Sulawesi adalah pulau dengan jumlah bahasa terbanyak ketiga di dunia, setelah Pulau Papua dan Pulau Kalimantan

Berikut ini merupakan daftar bahasa di Sulawesi menurut rumpun bahasa. Bahasa-bahasa di Sulawesi terbagi dalam 5 rumpun bahasa, yaitu: Celebic, Filipina, Melayik, Sama-Bajau, dan Sulawesi Selatan.

Menurut Sulawesi Language AllianceSulawesi Statistics, dari 114 bahasa yang dipertuturkan di Sulawesi,

  • 4 bahasa memiliki lebih dari 1 juta penutur yaitu Bahasa Bugis, Bahasa Makassar, Bahasa Gorontalo dan Bahasa Melayu Manado
  • 20 bahasa memiliki 100.000 hingga 1 juta penutur, artinya 90 bahasa memiliki kurang dari 100.000 penutur

Artikel utama untuk daftar Bahasa di Sulawesi merujuk pada halaman ini: Daftar Bahasa di Sulawesi

Lingkungan

[sunting | sunting sumber]
Pulau Bunaken terlihat dari Pulau Manado Tua.

Isu lingkungan terbesar di Sulawesi adalah penggundulan hutan. Pada tahun 2007, para ilmuwan menemukan bahwa 80 persen hutan Sulawesi telah hilang atau terdegradasi, terutama berpusat di dataran rendah dan hutan bakau.[50] Hutan digunduli untuk berbagai kepentingan dan proyek pertanian besar. Hilangnya hutan telah mengakibatkan banyak spesies endemik Sulawesi terancam punah. Selain itu, 99 persen lahan basah Sulawesi telah hilang atau rusak. Oleh karena itu, 20 % wilayah di Sulawesi kini menjadi wilayah konservasi hutan yang dilindungi untuk memelihara lingkungan dan spesies endemik di dalamnya.[51]

Ancaman lingkungan lainnya termasuk perburuan daging dan penambangan ilegal.[50]

Taman nasional dan cagar alam

[sunting | sunting sumber]

Pulau Sulawesi memiliki enam taman nasional dan sembilan belas cagar alam. Selain itu, Sulawesi memiliki tiga kawasan lindung lautan. Banyak taman nasional di Sulawesi yang terancam penebangan, pertambangan ilegal, dan penggundulan hutan untuk pertanian.[50]

Kegiatan ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Kegiatan ekonomi yang berlangsung di Pulau Sulawesi terutama berkaitan dengan perdagangan komoditas unggulan berupa hasil sumber daya alam. Komoditas ini berupa hasil pertanian, perikanan, pangan, nikel dan kakao. Pusat kegiatan ekonomi berada di kawasan Indonesia Timur.[52] Salah satu fasilitas pendukung adalah Makassar New Port yang ditargetkan selesai pembangunannya pada akhir tahun 2021.[53]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  • iconPortal Geografi
  • flagPortal Indonesia
  • Daftar pulau di Indonesia
  • Laut Sulawesi
  • HMS Celebes (1806)
  • Teluk Tomori

Catatan

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Rujukan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Nurlia Rachman dkk, Anindita (2020). "Struktur Geologi Pulau Sulawesi". JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi). 4 (2): 10.
  2. ^ Watuseke, F. S. 1974. On the name Celebes. Sixth International Conference on Asian History, International Association of Historians of Asia, Yogyakarta, 26th-30th August. Unpublished.
  3. ^ "Makassar Strait". Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica, Inc. Diakses tanggal 23 Agustus 2017.
  4. ^ "Researchers find biggest exposed fault on Earth". ANU. 28 Nov 2016.
  5. ^ a b c Von Rintelen & al. (2014).
  6. ^ Hakim, Budianto; Wibowo, Unggul Prasetyo; van den Bergh, Gerrit D.; Yurnaldi, Dida; Joannes-Boyau, Renaud; Duli, Akin; Suryatman; Sardi, Ratno; Nurani, Indah Asikin; Puspaningrum, Mika Rizki; Mahmud, Irfan; Haris, Afdalah; Anshari, Khairun Al; Saiful, Andi Muhammad; Arman Bungaran, P. (2025-08-06). "Hominins on Sulawesi during the Early Pleistocene". Nature (dalam bahasa Inggris). doi:10.1038/s41586-025-09348-6. ISSN 0028-0836.
  7. ^ van den Bergh, Gerrit D.; Li, Bo; Brumm, Adam; Grün, Rainer; Yurnaldi, Dida; Moore, Mark W.; Kurniawan, Iwan; Setiawan, Ruly; Aziz, Fachroel; Roberts, Richard G.; Suyono (2016-01-14). "Earliest hominin occupation of Sulawesi, Indonesia". Nature (dalam bahasa Inggris). 529 (7585): 208–211. Bibcode:2016Natur.529..208V. doi:10.1038/nature16448. hdl:10072/142470. ISSN 0028-0836. PMID 26762458. S2CID 1756170.
  8. ^ Glover, Ian. "Leang Burung 2: An Upper Palaeolithic rock shelter in South Sulawesi, Indonesia". Modern Quaternary Research in Southeast Asia 6:1–38; David Bulbeck, Iwan Sumantri, Peter Hiscock, "Leang Sakapao 1: A second dated Pleistocene site from South Sulawesi, Indonesia"". Modern Quaternary Research in Southeast Asia. 18: 111–28.
  9. ^ C.C. Macknight (1975) The emergence of civilization in South Celebes and elsewhere, dalam A. Reid dan L. Castles (ed.) Pre-Colonial state systems in Southeast Asia. Kuala Lumpur: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society: 126–135.
  10. ^ Bartstra, Gert-Jan; Keates, Susan; Basoek; Kallupa, Bahru (1991). "On the dispersal of Homo sapiens in Eastern Indonesia: the Paleolithic of South Sulawesi" (PDF). Current Anthropology. 32 (3): 317–21. doi:10.1086/203960. S2CID 144963750.
  11. ^ Bulbeck, David; Sumantri, Iwan; Hiscock, Peter. "Leang Sakapao 1: A second dated Pleistocene site from South Sulawesi, Indonesia". Modern Quaternary Research in Southeast Asia. 18: 111–28.
  12. ^ Peter Bellwood, 1997, The Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago (Honolulu: University of Hawaii Press).
  13. ^ Bulbeck, F.D. 1992. A tale of two kingdoms: The historical archaeology of Gowa and Tallok, South Sulawesi, Indonesia. Disertasi PhD, The Australian National University.
  14. ^ [http://www.oxis.org.uk/SulSel1/Languages.html Bahasa-bahasa Sulawesi Selatan] Diarsipkan 20 November 2008 di Wayback Machine.
  15. ^ Jennifer Hile (12 Desember 2001). "Catatan Penjelajah: Teka-teki Patung Kuno Indonesia". National Geographic. Diarsipkan dari asli tanggal 14 December 2001. Diakses tanggal 11 Desember 2012.
  16. ^ [http://www.thejakartapost.com/news/2005/05/06/c-sulawesi039s-lore-lindu-park-home-biological-wealth.html Sangadji, Ruslan: Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, rumah bagi kekayaan hayati, The Jakarta Post, 5 Juni 2005] Diarsipkan 3 Maret 2016 di Wayback Machine., diakses 11 Oktober 2010
  17. ^ Carlhoff, Selina; Duli, Akin; Nägele, Kathrin; Nur, Muhammad; Skov, Laurits; Sumantri, Iwan; Oktaviana, Adhi Agus; Hakim, Budianto; Burhan, Basran; Syahdar, Fardi Ali; McGahan, David P. (2021-08-26). "Genome of a middle Holocene hunter-gatherer from Wallacea". Nature (dalam bahasa Inggris). 596 (7873): 543–547. Bibcode:2021Natur.596..543C. doi:10.1038/s41586-021-03823-6. ISSN 0028-0836. PMC 8387238. PMID 34433944.
  18. ^ Nogrady, Bianca, [https://www.nature.com/articles/d41586-021-02319-7 DNA manusia purba pertama ditemukan dari jalur migrasi utama Asia], Nature, 26 Agustus 2021
  19. ^ a b D. L. Hoffmann; C. D. Standish; M. García-Diez; P. B. Pettitt; J. A. Milton; J. Zilhão; J. J. Alcolea-González; P. Cantalejo-Duarte; H. Collado; R. de Balbín; M. Lorblanchet; J. Ramos-Muñoz; G.-Ch. Weniger; A. W. G. Pike (2018). "Penanggalan U-Th pada kerak karbonat mengungkap asal Neanderthal dari seni gua Iberia". Science. 359 (6378): 912–915. Bibcode:2018Sci...359..912H. doi:10.1126/science.aap7778. hdl:10498/21578. PMID 29472483. “Kami mempresentasikan hasil penanggalan dari tiga situs di Spanyol yang menunjukkan bahwa seni gua muncul di Iberia jauh lebih awal dari yang diperkirakan. Penanggalan uranium-torium (U-Th) pada kerak karbonat di atas lukisan memberikan usia minimum untuk motif garis merah di La Pasiega (Cantabria), cap tangan di Gua Maltravieso (Extremadura), dan stalaktit bercat merah di Ardales (Andalusia). Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa seni gua di Iberia berusia lebih dari 64,8 ribu tahun, yang merupakan seni gua tertua yang diketahui sejauh ini dan mendahului kedatangan manusia modern di Eropa, yang menyiratkan bahwa seni itu dibuat oleh Neanderthal.”
  20. ^ Ghosh, Pallab (2014-10-08). "Painted caves challenge art origins". BBC News.
  21. ^ Ghosh, Pallab (2019-12-11). "Earliest hunting scene in prehistoric art". Nature.
  22. ^ "Animal painting found in cave is 44,000 years old" (dalam bahasa Inggris (Britania)). BBC News. 2019-12-12. Diakses tanggal 2020-04-23.
  23. ^ Guarino, Ben. "The oldest story ever told is painted on this cave wall, archaeologists report". The Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-23.
  24. ^ Langley, Michelle C.; Hakim, Budianto; Oktaviana, Adhi Agus; Basran, Burhan; Sumantri, Iwan; Sulistyarto, Priyatno Hadi; Lebe, Rustan; McGahan, David; Brumm, Adam (2020). "Portable art from Pleistocene Sulawesi". Nature Human Behaviour. 4 (6): 597–602. doi:10.1038/s41562-020-0837-6. PMID 32203323. S2CID 212732696.
  25. ^ Wu, Katherine J. "Portable, Pocket-Sized Rock Art Discovered in Ice Age Indonesian Cave". Smithsonian Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-31.
  26. ^ Rosengreen, Carley (16 March 2020). "Portable rock art 'social glue' for early humans in Ice Age". news.griffith.edu.au (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-31. ;
  27. ^ "Two 20,000-Year-Old Artworks From Indonesia Prove That Europe Wasn't the Only Place Art Was Being Made During the Last Ice Age". artnet News (dalam bahasa American English). 2020-03-26. Diakses tanggal 2020-08-31.
  28. ^ Geggel, Laura (13 January 2021). "Warty pig is oldest animal cave art on record". Live Science. Diakses tanggal 25 February 2021.
  29. ^ Brumm, Adam; Oktaviana, Adhi Agus; Burhan, Basran; Hakim, Budianto; Lebe, Rustan; Zhao, Jian-xin; Sulistyarto, Priyatno Hadi; Ririmasse, Marlon; Adhityatama, Shinatria; Sumantri, Iwan; Aubert, Maxime (2021-01-01). "Oldest cave art found in Sulawesi". Science Advances (dalam bahasa Inggris). 7 (3) eabd4648. Bibcode:2021SciA....7.4648B. doi:10.1126/sciadv.abd4648. ISSN 2375-2548. PMC 7806210. PMID 33523879.
  30. ^ "World's oldest known cave painting found in Indonesia". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Agence France-Presse. 2021-01-13. Diakses tanggal 2021-01-21.
  31. ^ Sawal, Ibrahim. "World's oldest painting of animals discovered in an Indonesian cave". New Scientist (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2021-01-21.
  32. ^ "Indonesia: Archaeologists find world's oldest animal cave painting". BBC News (dalam bahasa Inggris (Britania)). 2021-01-14. Diakses tanggal 2021-01-21.
  33. ^ Wantogia, H. D., & Wantogia, H. J. (1980). Sejarah Gorontalo: Asal-usul dan Terbentunya Kerajaan Suwawa, Limboto dan Gorontalo.
  34. ^ Usman, A. J. (1972). Sejarah kerajaan Suwawa dan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Utara. AJ Usman.
  35. ^ Caldwell, I.A. 1988. 'South Sulawesi A.D. 1300–1600; Ten Bugis texts.' Ph.D thesis, The Australian National University; Bougas, W. 1998. 'Bantayan; An early Makassarese kingdom 1200 -1600 AD. Archipel 55: 83-123; Caldwell, I. and W.A. Bougas 2004. 'The early history of Binamu and Bangkala, South Sulawesi.' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 64: 456-510; Druce, S. 2005. 'The lands west of the lake; The history of Ajattappareng, South Sulawesi, AD 1200 to 1600.' Ph.D thesis, The University of Hull.
  36. ^ Crawfurd, J. 1856. A descriptive dictionary of the Indian islands and adjacent countries. London: Bradbury & Evans.
  37. ^ Bassett, D. K. (1958). English trade in Celebes, 1613-67. Journal of the Royal Asiatic Society 31(1): 1-39.
  38. ^ Kahin (1952), p. 145
  39. ^ Westerling, R. 1952. Challenge to Terror
  40. ^ "Sejarah Provinsi Sulawesi Utara". Diarsipkan dari asli tanggal 2010-12-13. Diakses tanggal 2011-08-26.
  41. ^ Kementerian Penerangan, Republik Indonesia: Provinsi sulawesi, 1953, hal. 176-177
  42. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1950" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2011-12-11. Diakses tanggal 2011-08-26.
  43. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2014-11-29. Diakses tanggal 2014-11-15.
  44. ^ "UU No 47/Perpu/1960". hukum.unsrat.ac.id. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-01-29. Diakses tanggal 2011-08-26.
  45. ^ "UU No 13 Tahun 1964". hukum.unsrat.ac.id. Diarsipkan dari asli tanggal 2011-08-12. Diakses tanggal 2011-08-26.
  46. ^ Rencana Strategis Pulau Sulawesi (PDF). Jakarta: DSF Indonesia. 2011. hlm. 4. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  47. ^ Kaunang, I.R.B, Haliadi, dan Rabani, L.O. (2016). Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 2. ISBN 978-602-1289-43-3. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)[pranala nonaktif permanen]
  48. ^ "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses tanggal 2010-04-28.
  49. ^ a b Anang S. Achmadi; Amir Hamidy; Ibnu Maryanto; et al. (6 September 2018). Ekspedisi Sulawesi Barat: Flora, Fauna, dan Mikroorganisme Gandangdewata. LIPI Press. ISBN 978-979-799-957-5. Wikidata Q107641224.
  50. ^ a b c "Sulawesi Profile" – mongabay.com
  51. ^ Handayani, dkk, Amelia (2017). Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020 (PDF). Jakarta: Pusat Pemprograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. hlm. 31. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  52. ^ Sosilawati, dkk. (2017). Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Sulawesi (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 8. ISBN 978-602-61190-3-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  53. ^ Setiawan, Kodrat (30 Juli 2021). "Pelindo IV: Pembangunan Fisik Makassar New Port Capai 77,54 Persen". Tempo.co. Diakses tanggal 30 Juli 2021.[pranala nonaktif permanen]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Limits of Oceans and Seas, 3rd ed. (PDF), International Hydrographic Organization, 1953, diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2018-10-05, diakses tanggal 2017-11-24 .
  • Von Rintelen, T.; et al. (2014), "A Snail Perspective on the Biogeography of Sulawesi, Indonesia: Origin and Intra-Island Dispersal of the Viviparous Freshwater Gastropod Tylomelania"", PLoS ONE, vol. Vol. 9, No. 6, hlm. e98917, doi:10.1371/journal.pone.0098917, ISSN 1932-6203 Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai (link).

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Sulawesi.
Wikisource memiliki teks artikel the 1911 Encyclopædia Britannica tentang Celebes.
Lihat entri sulawesi di kamus bebas Wikikamus.
  • Panduan perjalanan Sulawesi di Wikiwisata
  • l
  • b
  • s
Pembagian administratif Indonesia
Sumatra
  • Aceh
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Kepulauan Riau
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Riau
  • Sumatera Barat
  • Sumatera Selatan
  • Sumatera Utara
Garuda Pancasila
Jawa
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Yogyakarta
Nusa Tenggara
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
Kalimantan
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
Sulawesi
  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Utara
Maluku
  • Maluku
  • Maluku Utara
Papua
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan
  • Papua Selatan
  • Papua Tengah
  • l
  • b
  • s
Topik mengenai Sulawesi
Provinsi
Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo
Gubernur
Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo
Kabupaten dan kota
Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo
Tokoh
Sulawesi Utara · Sulawesi Barat · Sulawesi Selatan · Sulawesi Tengah · Sulawesi Tenggara · Gorontalo
Daftar
Bahasa · Gunung · Museum
Kota besar
Kota Baubau · Kota Gorontalo · Kota Kendari · Kota Makassar · Kota Manado · Kota Palu
Suku bangsa
  • Bugis
  • Buton
  • Mongondow
  • Gorontalo
  • Luwu
  • Minahasa
  • Toraja
Bahasa
  • Bugis
  • Buton
  • Mongondow
  • Gorontalo
  • Luwu
  • Minahasa
  • Toraja
Basis data pengawasan otoritas Sunting di Wikidata
Internasional
  • VIAF
  • GND
Nasional
  • Amerika Serikat
  • Jepang
  • Republik Ceko
  • Spanyol
  • Israel
Geografis
  • MusicBrainz area
Lain-lain
  • NARA
  • Yale LUX
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sulawesi&oldid=27976630"
Kategori:
  • Sulawesi
  • Kepulauan Sunda Besar
  • Pulau di Indonesia
  • Wallacea
Kategori tersembunyi:
  • Pages using gadget WikiMiniAtlas
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Galat CS1: karakter tidak terlihat
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (Britania) (en-gb)
  • Galat CS1: tanggal
  • CS1 sumber berbahasa American English (en-us)
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Galat CS1: tanpa nama
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif Mei 2021
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif Januari 2023
  • Koordinat di Wikidata
  • Halaman dengan teks IPA berbahasa Indonesia
  • Galat CS1: teks tambahan: volume
  • Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai
  • CS1: volume bernilai panjang
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata
  • Halaman yang menggunakan ekstensi Kartographer

Best Rank
More Recommended Articles