More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Theodosius III - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Theodosius III - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Theodosius III

  • Afrikaans
  • Aragonés
  • العربية
  • مصرى
  • Asturianu
  • تۆرکجه
  • Български
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Zazaki
  • Ελληνικά
  • English
  • Esperanto
  • Español
  • Eesti
  • Euskara
  • فارسی
  • Suomi
  • Français
  • Galego
  • 客家語 / Hak-kâ-ngî
  • עברית
  • Hrvatski
  • Magyar
  • Italiano
  • 日本語
  • ქართული
  • 한국어
  • Latina
  • Македонски
  • Nederlands
  • Norsk bokmål
  • Polski
  • Português
  • Română
  • Русский
  • Srpskohrvatski / српскохрватски
  • Slovenčina
  • Slovenščina
  • Shqip
  • Српски / srpski
  • Svenska
  • Tagalog
  • Türkçe
  • Українська
  • اردو
  • Tiếng Việt
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Theodosios III)
Artikel ini berisi tentang kaisar Bizantium. Untuk penguasa Abkhazia abad ke-10, lihat Teodosius III dari Abkhazia. Untuk Paus Aleksandria, lihat Paus Theodosius III dari Aleksandria.
Teodosius III
Kaisar Romawi
Koin emas yang menampilkan gambar Teodosius
Solidus Teodosius III. Inskripsinya bertuliskan d n theodosius mul a.
Kaisar Bizantium
Berkuasaca Mei 715 – 25 Maret 717
PendahuluAnastasius II
PenerusLeo III
Kematiansetelah 717, mungkin pada 24 Juli 754
KeturunanTeodosius
Nama takhta
Imperator Caesar Flavius Theodosius Augustus[1]

Theodosius III (bahasa Yunani: Θεοδόσιος, translit. Theodósios) adalah kaisar Bizantium dari sekitar Mei 715 hingga 25 Maret 717. Sebelum naik ke tampuk kekuasaan dan merebut takhta Kekaisaran Bizantium, ia adalah seorang pemungut pajak di Adramyttium. Pada tahun 715, angkatan laut Bizantium dan pasukan Tema Opsicia, salah satu provinsi Bizantium, memberontak melawan Kaisar Anastasius II (berkuasa 713–715), mengangkat Theodosius yang enggan sebagai kaisar. Theodosius memimpin pasukannya ke Krisopolis dan kemudian ke Konstantinopel, ibu kota, merebut kota tersebut pada November 715. Anastasius tidak menyerah hingga beberapa bulan kemudian, menerima pengasingan di biara dengan jaminan keselamatan. Banyak tema-tema yang menganggap Theodosius sebagai boneka dari pasukan Tema Opsicia, dan legitimasinya ditolak oleh Anatolikon dan Armeniakon di bawah masing-masing strategoi (jenderal) mereka, Leo orang Isauria dan Artabasdos.

Leo menyatakan dirinya sebagai kaisar pada musim panas 716 dan bersekutu dengan Kekhalifahan Umayyah. Theodosius meminta bantuan dari Bulgaria di bawah Khan Tervel (berkuasa 700–721), menetapkan perbatasan yang kokoh di Trakia dan menyerahkan wilayah Zagoria kepada Bulgaria, serta menetapkan pembayaran upeti kepada mereka. Leo kemudian memimpin pasukannya ke Konstantinopel, merebut kota Nikomedia, dan menangkap banyak pejabat, termasuk putra Theodosius, yang juga bernama Theodosius. Dengan putranya dalam tahanan, Theodosius menerima nasihat Patriark Germanus dan Senat Bizantium, serta bernegosiasi dengan Leo, setuju untuk turun takhta dan mengakui Leo sebagai kaisar. Leo memasuki Konstantinopel dan secara definitif merebut kekuasaan pada 25 Maret 717, mengizinkan Theodosius dan putranya pensiun ke biara. Waktu pasti kematian Theodosius tidak diketahui, tetapi kemungkinan terjadi pada 24 Juli 754.

Riwayat

[sunting | sunting sumber]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]
Peta Kekaisaran Bizantium pada zaman Anarki 20 Tahun

Setelah Kekhalifahan Umayyah melakukan pengepungan Arab pertama terhadap Konstantinopel (674–678), Arab dan Bizantium mengalami masa damai antar satu sama lain.[2] Pertikaian dilanjutkan oleh Kaisar Bizantium Yustinianus II (m. 685–695, 705–711), yang berakhir dengan serangkaian kemenangan Arab. Akibatnya, Bizantium kehilangan kekuasaan atas kepangeranan-kepangeranan Armenia dan Kaukasia, dan Arab secara bertahan mencaplok wilayah-wilayah perbatasan Bizantium. Setiap tahun, para jenderal dari Kekhalifahan akan meluncurkan penyerkuan ke wilayah Bizantium, merebut benteng dan kota.[3][4][5] Setelah 712, pertahanan Kekaisaran Bizantium melemah, kala penyerbuan Arab menjamah lebih dalam ke Asia Kecil Bizantium, dan tanggapan Bizantium terhadap serbuan tersebut menjadi kurang umum. Kebanyakan garis depan menjadi dikosongkan, karena para penduduk dibunuh, diperbudak, atau dibawa pergi, akibatnya banyak benteng garis depan, khususnya di Kilikia, ditinggalkan secara bertahap.[6][7] Keberhasilan serbuan tersebut memberanikan Arab, yang menyiapkan serangan kedua melawan Konstantinopel seawal-awalnya pada masa kekuasaan Khalifah al-Walid I (m. 705–715). Setelah kematiannya, penerusnya, Sulayman (m. 715–717) meneruskan rencana kampanye tersebut.[8][9][10] Sulayman mulai mengerahkan pasukan pada akhir 716, di dataran Dabiq, utara Aleppo, mempercayakan komando pasukan kepada saudaranya, Maslamah bin Abdul-Malik.[11][12]

Slavia dan Bulgar juga menghimpun pertumbuhan ancaman terhadap batas utara Kekaisaran Bizantium, mengancam kekuasaan Bizantium di Balkan.[13] Pada masa kekuasaan Kaisar Bizantium Filippikos Bardanes (m. 711–713), pada 712, Bulgaria di bawah kepemimpinan Khan Tervel maju sampai sejauh tembok Konstantinopel itu sendiri, menyerbu wilayah sekitar, termasuk vila-vila dan lahan-lahan di dekat ibukota. Disana, kalangan elit Bizantium menjalani musim panas.[14]

Teodosius berkuasa pada masa yang disebut Anarki Dua Puluh Tahun, yang diwarnai oleh perjuangan antara kaisar dan elit, dan ketidakstabilan politik, dengan pergantian kaisar yang cepat. Para bangsawan pada masa itu biasanya berasal dari Asia Kecil, dan jarang yang memiliki agenda kuat di luar mencegah para kaisar dari bertumbuh lebih kuat dan mengganggu status quo.[15][16] Anarki Dua Puluh Tahun dimulai kala Kaisar Yustinianus II dilengserkan oleh Leontius (m. 695–698) pada 695, mengakhiri dinasti Heraklianus, yang berkuasa selama delapan puluh tahun. Pada masa anarki tersebut, tujuh kaisar berbeda berkuasa, termasuk Yustinianus yang direstorasi pada masa itu.[16] Sejarawan modern Romilly Jenkins menyatakan bahwa antara 695 dan 717, satu-satunya kaisar kompetennya adalah Tiberius III (m. 698–705) dan Anastasius II (m. 713–715).[16] Krisis tersebut diakhiri oleh Kaisar Leo III (m. 717–745), yang menggulingkan Teodosius, dan dinastinya berkuasa selama 85 tahun.[17]

Naik takhta

[sunting | sunting sumber]
Anarki Dua Puluh Tahun
Kronologi
  • Leontios
    695–698
  • Tiberios III
    698–705
  • Yustinianus II
    705–711
    (pulih; periode kedua) dengan Tiberios sebagai kaisar bersama (706–711)
  • Filippikos Bardanes
    711–713
  • Anastasios II
    713–715
  • Theodosios III
    715–717
Penggantian
Didahului oleh
Dinasti Herakleios
Digantikan oleh
Dinasti Isauria
  • l
  • b
  • s

Persiapan Sulayman, termasuk pengerahan armada perang, dengan cepat tersampaikan di Kekaisaran Bizantium. Kaisar Anastasius II mulai membuat persiapan untuk bertahan melawan serangan baru tersebut. Ini meliputi pengiriman patrikios dan prefek perkotaan, Daniel dari Sinope, untuk mengintai Arab, di bawah naungan perwakilan diplomatik, serta menghimpun pertahanan Konstantinopel,[18][19][20] dan memperkuat angkatan laut Bizantium. Sejarawan Bizantium abad ke-9 Teofanes menyatakan bahwa pada awal 715 Anastasius II mengkomandani AL untuk berkumpul di Rhodes sampai kemudian maju ke Phoenix.[a][6][22][23] Pasukan Tema Opsicia memberontak melawan panglima mereka, Yohanes sang Deakon, membunuhnya sebelum berlayar ke Adramyttium, di barat daya Asia Kecil, dan mereka mengangkat Teodosius, seorang pemungut cukai, sebagai Kaisar Teodosius III.[6][10][23] Kronik Zuqnin menyatakan bahwa Teodosius berkuasa dengan nama regnal Konstantinus, dengan nama lengkap "Teodosius Konstantinus".[25] Sejarawan J. B. Bury beranggapan bahwa ia terpilih secara acak karena sangat sedikit fakta yangt menyatakan bahwa ia memiliki nama yang terdengar kekaisaran, tak menyerang, menantang namun terhormat, dan dapat dengan mudah dikendalikan oleh Opsicia.[26] Graham Sumner, seorang Bizantologis, beranggapan bahwa Teodosius mungkin adalah orang yang sama dengan Teodosius, putra Kaisar Tiberius III, sehingga menjelaskan kenapa ia dipilih oleh pasukan, karena ia memiliki pengesahan dari ayahnya, ia sendiri diangkat menjadi kaisar lewat pemberontakan AL. Teodosius, putra Tiberius, menjadi uskup Efesus pada ca 729, dan memegang jabatan tersebut sampai kematiannya, pada sekitaran tanggal 24 Juli 754, dan menjadi sosok utama Konsili Hieria yang ikonoklastik pada tahun 754.[27] Sejarawan-sejarawan Bizantium Cyril Mango dan Roger Scott tak memandang teori tersebut sebagai kebenaran, karena ini akan menandakan bahwa Teodosius hdiup selama lebih dari tiga puluh tahun setelah abdikasinya.[28] Cyril Mango mencetuskan bahwa sosok yang sebenarnya adalah putra Teodosius III merupakan uskup, alih-alih putra Tiberius.[29]

Teodosius diduga tak ingin jadi kaisar dan menurut Teofanes:[30]

Kala para pejahat datang ke Adramyttium, mereka yang tanpa pemimpin mendapati seorang pria lokal bernama Teodosius, seorang penerima pendapatan masyarakat, non-politik dan pegawai swasta. Mereka membujuknya untuk menjadi Kaisar. Namun, ia kabur ke perbukitan dan sembunyi. Namun, mereka menemukannya dan memaksanya menerima pengangkatan sebagai Kaisar.[30]

Ia diangkat menjadi Kaisar Teodosius III oleh pasukan Tema Opsicia di Adramyttium pada ca Mei 715.[28][30] Anastasius memimpin pasukannya ke Bitinia di Tema Opsicia untuk meredam pemberontakan. Alih-alih bertahan untuk melawan Anastasius, Teodosius memimpin armadanya ke Krisopolis, di sepanjang Bosporus dari Konstantinopel. Dari Krisopolis, ia meluncurkan pengepungan Konstantinopel selama enam bulan, sebelum para pendukung di ibukota memutuskan untuk membuka gerbang untuknya, membolehkannya untuk merebut kota tersebut di November 715. Anastasius tetap berada di Nikea selama beberapa bulan, sebelum akhirnya sepakat untuk abdikasi dan pensiun di sebuah biara.[28][31][32]

Masa pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
Koin Teodosius dengan gelar augustus

Salah satu tindakan pertama Teodosius sebagai kaisar adalah menghimpun kembali penggambaran Sinode Ekumenikal Keenam di Istana Besar Konstantinopel,[28][33] yang dihapus oleh Kaisar Philippicus Bardanes, menyematkan dirinya sendiri dengan epitet "Ortodoks" dalam Liber Pontificalis atas pengabdian tersebut.[28][b] Teodosius, yang sumber-sumber Byzantine katakan tak dikehendaki dan tak mampu, dipandang oleh kebanyakan pihak sebagai kaisar boneka pasukan Tema Opsicia. Sehingga, ia tak diakui secara sah oleh Tema-tema Anatolikon dan Armeniakon, di bawah under strategoi (jenderal) mereka masing-masing, Leo orang Isauria dan Artabasdos.[34][35] Meskipun mereka tak mengambil tindakan apapun untuk mencegah penggulingan Anastasius, mereka mempermasalahkan pelantikan Teodosius, dan Leo memproklamasikan dirinya sendiri menjadi kaisar Bizantium pada musim panas 716.[35][36][37] Ia juga mengusahakan dukungan dari Arab, yang memandang perpecahan Bizantium sebagai keuntungan, dan memulai pengakuan yang akan memperlemah Kekaisaran Bizantium dan menjadikannya lebih mudah untuk merebut Konstantinopel.[38][39] Teodosius menegosiasikan traktat dengan khan Bulgaria Tervel (m. 700–721), nampaknya untuk mengamankan dukungannya melawan serangan Arab langsung. Traktat tersebut mengesahkan perbatasan antara Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Bulgaria di Trakia, menyerahkan wilayah Zagoria kepada Bulgaria, serta memberlakukan pembayaran upeti kepada Bulgaria, pemulangan para buronan, dan beberapa perjanjian dagang.[28]

Pada sekitaran masa itu, Sulayman mulai melaju ke wilayah Bizantium, melakukan pengepungan di Amorium, dan pasukan terpisah memasuki Cappadocia.[40] Negosiasi dengan Leo membuat mereka menarik diri.[41] Leo mulai mengkirab pasukannya ke Konstantinopel tak lama usia mengangkat dirinya sendiri menjadi kaisar, mula-mula merebut Nikomedia, di tempat ia ditemukan dan ditangkap, bersama salah satu pejabat lainnya, putra Teodosius, dan kemudian berkirab ke Krisopolis. Setelah putranya tertangkap, Teodosius, meminta nasehat Patriark Germanus dan Senat Bizantium, sepakat untuk abdikasi dan mengakui Leo sebagai kaisar.[35][42][43] Bury menyatakan bahwa elit Konstantinopel, yang berpihak pada Theodosius, yang tak nampak melemahkan mereka secara politik, berpihak dengan Leo, karena Teodosius tak kompeten untuk menghadapi ancaman Arab. Ia kemudian menyatakn bahwa pertemuan Patriark, senat, dan kepala pejabat, yang memilih Leo ketimbang Teodosius, rampung dengan pengetahuan dan perhatian Teodosius sendiri, yang menerima keputusan tersebut.[44] Bury beranggapan bahwa, tanpa ancaman Arab, Teodosius mungkin dapat mempertahankan kekuasaan, dan suksesi kaisar nominal dapat menyusulnya, dikendalikan oleh para pejabat istana dan elit.[45]

Leo memasuki Konstantinopel dan meraih kekuasaan pada 25 Maret 717, membolehkan Teodosius dan putranya, yang juga bernama Teodosius, pensiun ke sebuah biara sebagai biarawan.[35][43][46] Setelah pensiun di biara, Teodosius menjadi uskup Efesus, jikalau ia merupakan orang yang sama dengan Teodosius, putra Tiberius, in ca 729, dan, jika ia adalah orang yang sama, wafat pada 24 Juli 754 menurut Sumner. Ia atau putranay dikebumikan di Gereja Santo Filipus di Efesus.[28][47] Sedikit yang diketahui tentang masa pemerintahan Teodosius III.[48]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Biasanya diidentifikasi dengan wilayah modern Finike di Lycia, selain juga diidentifikasikan dengan wilayah modern Fenaket yang berseberangan dengan Rhodes,[21] atau mungkin Foenisia (kini Lebanon).[6][10][22][23][24]
  2. ^ Beberapa sumber, seperti George Ostrogorsky, menyatakan bahwa Anastasius II adalah orang pertama yang menghimpun kembali gambar Sinode Ekumenikal Keenam, mengutip Agaton sang Diakon.[14]

Kutipan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Panvinio, Onuphrius (1558). Reipvblicae. Romanae Commentariorum. Libri. Tres Et alia quaedam ... (dalam bahasa Latin). Ex Officina Erasmiana apud Vincentium Valgrisium. hlm. 946.
  2. ^ Lilie 1976, hlm. 81–82, 97–106.
  3. ^ Blankinship 1994, hlm. 31.
  4. ^ Haldon 1990, hlm. 72.
  5. ^ Lilie 1976, hlm. 107–120.
  6. ^ a b c d Haldon 1990, hlm. 80.
  7. ^ Lilie 1976, hlm. 120–122, 139–140.
  8. ^ Guilland 1955, hlm. 110.
  9. ^ Lilie 1976, hlm. 122.
  10. ^ a b c Treadgold 1997, hlm. 344.
  11. ^ Guilland 1955, hlm. 110–111.
  12. ^ Eisener 1997, hlm. 821.
  13. ^ Vasiliev 1980, hlm. 229.
  14. ^ a b Ostrogorsky 1957, hlm. 136.
  15. ^ Bury 1889, hlm. 384–385.
  16. ^ a b c Jenkins 1987, hlm. 60.
  17. ^ Jenkins 1987, hlm. 63.
  18. ^ Mango & Scott 1997, hlm. 534.
  19. ^ Lilie 1976, hlm. 122–123.
  20. ^ Treadgold 1997, hlm. 343–344.
  21. ^ Mango & Scott 1997, hlm. 537 (Catatan #5).
  22. ^ a b Mango & Scott 1997, hlm. 535–536.
  23. ^ a b c Lilie 1976, hlm. 123–124.
  24. ^ Lilie 1976, hlm. 123 (Note #62).
  25. ^ Harrack 1999, hlm. 149.
  26. ^ Bury 1889, hlm. 372–373.
  27. ^ Sumner 1976, hlm. 291–294.
  28. ^ a b c d e f g Neil 2000.
  29. ^ Sumner 1976, hlm. 292.
  30. ^ a b c Sumner 1976, hlm. 291.
  31. ^ Haldon 1990, hlm. 80, 82.
  32. ^ Treadgold 1997, hlm. 344–345.
  33. ^ Ostrogorsky 1957, hlm. 135.
  34. ^ Lilie 1976, hlm. 124.
  35. ^ a b c d Treadgold 1997, hlm. 345.
  36. ^ Mango & Scott 1997, hlm. 538–539.
  37. ^ Bury 1889, hlm. 378.
  38. ^ Guilland 1955, hlm. 118–119.
  39. ^ Lilie 1976, hlm. 125.
  40. ^ Bury 1889, hlm. 381.
  41. ^ Jenkins 1987, hlm. 62–63.
  42. ^ Haldon 1990, hlm. 82–83.
  43. ^ a b Mango & Scott 1997, hlm. 540, 545.
  44. ^ Bury 1889, hlm. 383.
  45. ^ Bury 1889, hlm. 385–386.
  46. ^ Lilie 1976, hlm. 127–128.
  47. ^ Sumner 1976, hlm. 293.
  48. ^ Kazhdan 1991, hlm. 2052.

Sumber

[sunting | sunting sumber]
  • Blankinship, Khalid Yahya (1994). The End of the Jihâd State: The Reign of Hishām ibn ʻAbd al-Malik and the Collapse of the Umayyads. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-1827-7.
  • Bury, John Bagnell (1889). A History of the Later Roman Empire, from Arcadius to Irene (395 A.D. to 565 A.D.). University Park, Pennsylvania: Pennsylvania State University. OCLC 83109100.
  • Eisener, R. (1997). "Sulaymān b. ʿAbd al-Malik". Dalam Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W. P. & Lecomte, G. (ed.). Encyclopaedia of Islam. Volume IX: San–Sze (Edisi 2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 821–822. ISBN 978-90-04-10422-8.
  • Guilland, Rodolphe (1955). "L'Expedition de Maslama contre Constantinople (717–718)" [Maslama's Expedition to Constantinople (717–718)]. Études byzantines (dalam bahasa Prancis). Paris: Publications de la Faculté des Lettres et Sciences Humaines de Paris: 109–133. OCLC 603552986.
  • Haldon, John F. (1990). Byzantium in the Seventh Century: The Transformation of a Culture. Revised Edition. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-31917-1.
  • Harrack, Amir (1999). The Chronicle of Zuqnin, Parts III and IV A.D. 488–775. Toronto: Pontifical Institute of Mediaeval Studies. ISBN 978-0-88844-286-4.
  • Jenkins, Romilly J. H. (1987). Byzantium: The Imperial Centuries, AD 610-1071. Toronto: University of Toronto Press. ISBN 978-0-8020-6667-1.
  • Kazhdan, Alexander P. (1991). The Oxford Dictionary of Byzantium. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-504652-6.
  • Lilie, Ralph-Johannes (1976). Die byzantinische Reaktion auf die Ausbreitung der Araber. Studien zur Strukturwandlung des byzantinischen Staates im 7. und 8. Jhd [The Byzantine Response to the Spread of the Arabs. Studies on the Structural Change of the Byzantine State in the 7th and 8th Centuries] (dalam bahasa Jerman). Vol. 22–23. Munich: Institut für Byzantinistik und Neugriechische Philologie der Universität München.
  • Mango, Cyril; Scott, Roger (1997). The Chronicle of Theophanes Confessor. Byzantine and Near Eastern History, AD 284–813. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-19-822568-7.
  • Ostrogorsky, George (1957). History of the Byzantine State. New Brunswick, New Jersey: Rutgers University Press. ISBN 0-8135-0599-2.
  • Neil, Bronwen (2000). "Theodosius III (715–717)". De Imperatoribus Romanis. Diarsipkan dari asli tanggal 30 November 2019. Diakses tanggal 30 November 2019.
  • Sumner, Grant (1976). "Philippicus, Anastasius II and Theodosius III". Greek, Roman, and Byzantine Studies. XVII. University of Toronto: 287–294. ISSN 0017-3916. Diarsipkan dari asli tanggal 16 January 2020.
  • Treadgold, Warren (1997). A History of the Byzantine State and Society. Stanford, California: Stanford University Press. ISBN 0-8047-2630-2.
  • Vasiliev, A. A. (1980) [1958]. History of the Byzantine Empire: Vol. 1, 324–1453. Madison, Wisconsin: University of Wisconsin Press. ISBN 978-0-2998-0925-6.

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]
  • Brooks, E. W. (1899). "The Campaign of 716–718 from Arabic Sources". The Journal of Hellenic Studies. XIX. The Society for the Promotion of Hellenic Studies: 20–21. doi:10.2307/623841. JSTOR 623841. S2CID 163360931.
Didahului oleh:
Anastasios II
Kaisar Bizantium
715–717
Diteruskan oleh:
Leo III
  • l
  • b
  • s
Daftar kaisar Romawi bersatu, Barat, dan Timur
  • Kaisar Romawi
  • Raja Romawi
Principatus
27 SM – 235 M
  • Augustus
  • Tiberius
  • Caligula
  • Claudius
  • Nero
  • Galba
  • Otho
  • Vitellius
  • Vespasianus
  • Titus
  • Domitianus
  • Nerva
  • Trajanus
  • Hadrianus
  • Antoninus Pius
  • Marcus Aurelius dan Lucius Verus
  • Commodus
  • Pertinax
  • Didius Julianus
  • (Pescennius Niger)
  • (Clodius Albinus)
  • Septimius Severus
  • Caracalla dgn Geta
  • Macrinus dgn Diadumenian
  • Elagabalus
  • Alexander Severus
Krisis
235–284
  • Maximinus Thrax
  • Gordian I dan Gordian II
  • Pupienus dan Balbinus
  • Gordian III
  • Filipus si Arab dan Philippus II
  • Decius dgn Herennius Etruscus
  • Hostilian
  • Trebonianus Gallus dgn Volusianus
  • Aemilianus
  • Valerian
  • Gallienus dgn Saloninus dan Valerianus II
  • Klaudius Gothikus
  • Kuintillus
  • Aurelianus
  • Tacitus
  • Florianus
  • Probus
  • Carus
  • Carinus dan Numerianus
  • Kaisar-kaisar Galia:
  • Postumus
  • (Laelianus)
  • Marius
  • Victorinus
  • (Domitianus II)
  • Tetricus I dgn Tetricus II sbg Caesar
Dominatus
284–395
  • Diokletianus (seluruh kekaisaran)
  • Diokletianus (Timur) dan Maximianus (Barat)
  • Diokletianus (Timur) dan Maximianus (Barat) dgn Galerius (Timur) dan Konstantius Klorus (Barat) sbg Caesar
  • Galerius (Timur) dan Konstantius Klorus (Barat) dgn Severus (Barat) dan Maximinus II (Timur) sbg Caesar
  • Galerius (Timur) Severus (Barat) dgn Konstantinus Agung (Barat) dan Maximinus II (Timur) sbg Caesar
  • Galerius (Timur) dan Maxentius (Barat) dgn Konstantinus Agung (Barat) dan Maximinus II (Timur) sbg Caesar
  • Galerius (Timur) dan Licinius (Barat) dgn Konstantinus Agung (Barat) dan Maximinus II (Timur) sbg Caesar
  • Maxentius (sendiri)
  • Licinius (Barat) dan Maximinus II (Timur) dgn Konstantinus Agung (proklamasi sendiri sbg Augustus) dan Valerius Valens
  • Licinius (Timur) dan Konstantinus Agung (Barat) dgn Lisinius II, Konstantinus II dan Krispus sbg Caesar
  • Martinianus
  • Konstantinus Agung (seluruh kekaisaran) dgn putra Krispus sbg Caesar
  • Konstantinus II
  • Konstans
  • Magnentius
  • Decentius sbg Caesar
  • Konstantius II dgn Vetranio
  • Flavius Claudius Julianus
  • Yovianus
  • Valentinianus I
  • Valens
  • Gratianus
  • Valentinianus II
  • Magnus Maximus dgn Victor
  • Theodosius I
  • Flavius Eugenius
Romawi Barat
395–480
  • Honorius
  • Konstantinus III dgn putra Konstans II
  • Priskus Attalus
  • Konstantius III
  • Ioannes
  • Valentinianus III
  • Petronius Maximus dgn Palladius
  • Avitus
  • Majorianus
  • Libius Severus
  • Anthemius
  • Olybrius
  • Glycerius
  • Julius Nepos
  • Romulus Augustus
Romawi Timur
Bizantium

395–1204
  • Arcadius
  • Theodosius II
  • Marcianus
  • Leo I
  • Leo II
  • Zeno (pemerintahan pertama)
  • Basiliskus dgn putra Marcus sbg rekan-kaisar
  • Zeno (pemerintahan kedua)
  • Anastasius I Dicorus
  • Yustinus I
  • Yustinianus I
  • Yustinus II
  • Tiberius II Konstantinus
  • Mauricius dgn putra Theodosius sbg rekan-kaisar
  • Phocas
  • Heraklius
  • Heraklius Konstantinus
  • Heraklonas
  • Konstans II
  • Konstantinus IV dgn saudara-saudara Heraklius dan Tiberius dan kemudian Yustinianus II sbg rekan-kaisar
  • Yustinianus II (pemerintahan pertama)
  • Leontios
  • Tiberius III
  • Yustinianus II (pemerintahan kedua) dgn putra Tiberius sbg rekan-kaisar
  • Filippikos Bardanes
  • Anastasius II
  • Theodosius III
  • Leōn III
  • Kōnstantinos V
  • Artabasdos
  • Leōn IV Khazar
  • Kōnstantinos VI
  • Irene
  • Nikēphoros I
  • Stavrakos
  • Mikhaēl I Rangabes dgn putra Theophylaktos sbg rekan-kaisar
  • Leo V Armenia dgn Konstantinus sbg kaisar junior
  • Mikhaēl II
  • Theophilos
  • Mikhaēl III
  • Basileios I
  • Leōn VI
  • Alexander
  • Konstantinus VII
  • Romanos I Lekapenos dgn putra-putra Christopher Lakapenos, Stefanos Lakapinos dan Konstantinos Lakapinos sbg rekan-kaisar junior
  • Rōmanos II
  • Nikēphoros II Phōkas
  • Iōannēs I Tzimiskēs
  • Basileios II Boulgaroktonos
  • Kōnstantinos VIII
  • Zōē (pemerintahan pertama) dan Rōmanos III Argyros
  • Zōē (pemerintahan pertama) dan Mikhaēl IV Paphlagōn
  • Mikhael V Kalafatis
  • Zōē (pemerintahan kedua) dgn Theodōra dan Kōnstantinos IX Monomakhos
  • Kōnstantinos IX Monomakhos (kaisar tunggal)
  • Theodōra
  • Mikhaēl VI Bringas
  • Isaakius I Komnenos
  • Konstantinus X Doukas
  • Mikhaēl VII Doukas dgn saudara-saudara Andronikos dan Konstantios dan putra Kōnstantinos
  • Rōmanos IV Diogenēs
  • Nikephoros III Botaneiates
  • Alexios I Komnenos
  • Iōannēs II Komnēnos dgn Alexius Komnenus sbg rekan-kaisar
  • Manouēl I Komnēnos
  • Alexios II Komnēnos
  • Andronikos I Komnenos
  • Isaakius II Angelus
  • Alexius III Angelus
  • Alexios IV Angelus
  • Nikolaos Kanavos (dipilih oleh Senat)
  • Alexios V Doukas
Kekaisaran Nicea
1204–1261
  • Konstantinos Laskaris
  • Theodōros I Laskaris
  • Iōannēs III Doukas Vatatzēs
  • Theodōros II Doukas Laskaris
  • Ioannes IV Laskaris
Romawi Timur
Bizantium

1261–1453
  • Mikhaēl VIII Paleologos
  • Andronikos II Palaiologos dgn Mikhaēl IX Paleologos sbg rekan-kaisar
  • Andronikos III Palaiologos
  • Iōannēs V Paleologos
  • Iōannēs VI Kantakouzēnos dgn Iōannēs V Palaiologos dan Matthaios Asanēs Kantakouzēnos sbg rekan-kaisar
  • Iōannēs V Palaiologos
  • Andronikos IV Palaiologos
  • Iōannēs VII Palaiologos
  • Andronikos V Palaiologos
  • Manouel II Palaiologos
  • Iōannēs VIII Paleologos
  • Kōnstantinos XI Dragasēs Paleologos
  • Dēmētrios Palaiologos
  • Thōmas Palaiologos
  • Andreas Palaiologos
Huruf cetak miring menunjukkan seorang rekan-kaisar, sedangkan yang digaris bawahi menunjukkan seorang perampas kekuasaan. Lihat pula: Kerajaan Romawi
  • Republik Romawi
  • Julius Caesar
    Kekaisaran Romawi Suci
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Theodosius_III&oldid=27100010"
Kategori:
  • Galat CS1: tanggal ISBN
  • Kematian abad ke-8
  • Kaisar Bizantium abad ke-8
  • Tahun mati tak diketahui
  • Anarki Dua Puluh Tahun
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • CS1 sumber berbahasa Latin (la)
  • Articles with hatnote templates targeting a nonexistent page
  • Artikel mengandung aksara Yunani
  • Artikel mengandung aksara Yunani Kuno
  • Artikel mengandung aksara Latin
  • Galat CS1: nilai parameter tidak valid
  • CS1 sumber berbahasa Prancis (fr)
  • CS1: volume bernilai panjang
  • CS1 sumber berbahasa Jerman (de)

Best Rank
More Recommended Articles