Tragedi Tiananmen 1989
Unjuk rasa Tiananmen 1989 | |||
---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dingin, Revolusi 1989 dan Gerakan demokrasi Tiongkok | |||
Para pengunjuk rasa di Lapangan Tiananmen pada tanggal 2 Juni (atas), dan tank-tank di Beijing pada bulan Juli (bawah) | |||
Tanggal | Protes awal: 15 April – 4 Juni 1989 (1 bulan, 2 minggu dan 6 hari) Pembantaian: 3–4 Juni 1989 (1 day); 36 tahun lalu | ||
Lokasi | Beijing, Tiongkok dan 400 kota di seluruh negeri Lapangan Tiananmen 39°54′12″N 116°23′30″E / 39.90333°N 116.39167°E | ||
Sebab |
| ||
Tujuan | Mengakhiri korupsi di dalam Partai Komunis Tiongkok, serta reformasi demokrasi, kebebasan pers, kebebasan berbicara, kebebasan berserikat, kesetaraan sosial, masukan demokratis dalam reformasi ekonomi | ||
Metode | Mogok makan, duduk di tempat, pembangkangan sipil, pendudukan, kerusuhan | ||
Hasil | Tindakan keras pemerintah
| ||
Pihak terlibat | |||
| |||
Tokoh utama | |||
|

Sejarah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) |
---|
![]() |
Sejarah |
Generasi kepemimpinan |
Protes Lapangan Tiananmen, yang dikenal di Tiongkok sebagai Insiden Empat Juni, ,[1][2]{{efn|Hanzi: 六四事件; Pinyin: liùsì shìjiàn}adalah demonstrasi yang dipimpin oleh mahasiswa dan berlangsung di Lapangan Tiananmen, Beijing, Tiongkok, dari tanggal 15 April hingga 4 Juni 1989. Setelah berminggu-minggu upaya yang gagal antara para demonstran dan pemerintah Tiongkok untuk mencapai resolusi damai, pemerintah Tiongkok mengerahkan pasukan untuk menduduki lapangan pada malam 3 Juni, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Lapangan Tiananmen. Peristiwa ini kadang-kadang disebut juga sebagai Gerakan Demokrasi '89, Insiden Lapangan Tiananmen, atau Pemberontakan Tiananmen.[3][4]
Dianggap sebagai peristiwa penting yang menjadi titik balik, reaksi terhadap protes tersebut menetapkan batasan terhadap ekspresi politik di Tiongkok yang masih bertahan hingga hari ini. Peristiwa ini tetap menjadi salah satu topik yang paling sensitif dan paling banyak disensor di Tiongkok. Ia adalah pembunuhan yang kejam pernah berlaku dalam sejarah dunia.
Protes tersebut dipicu oleh wafatnya Hu Yaobang, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang pro-reformasi, pada bulan April 1989. Peristiwa ini mencerminkan kegelisahan di kalangan masyarakat dan elit politik mengenai masa depan negara. Reformasi pada era 1980-an telah melahirkan ekonomi pasar yang masih baru, yang menguntungkan sebagian orang tetapi sangat merugikan yang lain. Sistem politik satu partai juga menghadapi tantangan terhadap legitimasi kekuasaannya. Keluhan umum saat itu meliputi inflasi, korupsi, ketidaksiapan lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi ekonomi baru, serta pembatasan partisipasi politik. Meskipun gerakan mahasiswa ini sangat tidak terorganisir dan memiliki tujuan yang beragam, para mahasiswa menyerukan hal-hal seperti pengembalian sistem pekerjaan “mangkuk nasi besi” yang telah dihapus, akuntabilitas yang lebih besar, proses hukum yang sesuai dengan konstitusi, demokrasi, kebebasan pers, dan Kebebasan berbicara.Protes dari kalangan pekerja umumnya berfokus pada inflasi dan pengikisan kesejahteraan sosial. Kelompok-kelompok ini bersatu dalam tuntutan anti-korupsi, penyesuaian kebijakan ekonomi, dan perlindungan jaminan sosial. Pada puncak aksi protes, sekitar satu juta orang berkumpul di Lapangan Tiananmen.
Setelah beberapa minggu ketegangan dan bentrokan kekerasan antara tentara dan para demonstran yang menyebabkan banyak orang dari kedua belah pihak mengalami luka serius, sebuah pertemuan yang diadakan oleh pimpinan tertinggi Partai Komunis Tiongkok pada 1 Juni menghasilkan keputusan untuk mengosongkan Lapangan Tiananmen. Pasukan mulai bergerak menuju pusat kota Beijing melalui jalan-jalan utama pada dini hari tanggal 4 Juni, dan terlibat dalam bentrokan berdarah dengan para demonstran yang berusaha menghalangi mereka. Dalam peristiwa tersebut, banyak orang — baik demonstran, warga sipil, maupun tentara — tewas. Perkiraan jumlah korban jiwa bervariasi dari beberapa ratus hingga beberapa ribu orang, dengan ribuan lainnya terluka.
Jumlah Korban Jiwa
Sejak berakhirnya peristiwa tersebut, jumlah korban tewas di Lapangan Tiananmen masih menjadi perdebatan. Pemerintah secara aktif menekan pembahasan mengenai jumlah korban segera setelah kejadian, dan sebagian besar perkiraan bergantung pada kesaksian saksi mata, catatan rumah sakit, serta upaya yang diorganisasi oleh keluarga korban. Akibatnya, terdapat perbedaan besar di antara berbagai perkiraan jumlah korban jiwa. Perkiraan awal berkisar dari angka resmi beberapa ratus hingga beberapa ribu orang..[5].
Duta Besar Britania Raya, Alan Donald, menyatakan bahawa 10.000 warga sipil tewas.
Lihat pula
Referensi
- (Inggris) Situs bahasa Inggris tentang Demonstrasi Tianmen Diarsipkan 2004-07-06 di Wayback Machine.
- ^ Sonnad, Nikhil (3 June 2019). "261 ways to refer to the Tiananmen Square massacre in China". Quartz. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 July 2022. Diakses tanggal 21 June 2022.
- ^ Su, Alice (24 June 2021). "He tried to commemorate erased history. China detained him, then erased that too". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 July 2022. Diakses tanggal 10 May 2022.
- ^ "I watched the 1989 Tiananmen uprising". Los Angeles Times. May 30, 2019. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 July 2023. Diakses tanggal 23 July 2023.
- ^ "As China Cracks Down on Dissent, New York City Gives Refuge to Exhibit Remembering Tiananmen Square". US News & World Report. June 1, 2023. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 July 2023. Diakses tanggal 23 July 2023.
- ^ Brook 1998, hlm. 151–169.