Bintang ini melambangkan artikel pilihan di Wikipedia. Artikel pilihan adalah artikel-artikel terbaik di Wikipedia, yang ditentukan oleh komunitas. Sebelum dimasukkan ke dalam daftar ini, artikel-artikel tersebut dinilai dan dibahas di Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan, untuk memastikan keakuratan, kenetralan, kelengkapan, dan gaya penulisan, berdasarkan Wikipedia:Kriteria artikel pilihan.
Saat ini terdapat 413 artikel pilihan dari 733.504 artikel di Wikipedia, yang berarti ada satu artikel pilihan untuk setiap 1.776 artikel di Wikipedia.
Artikel yang berhasil mendapatkan status artikel pilihan akan diberikan bintang () pada pojok kanan atasnya. Selain itu, apabila suatu artikel merupakan artikel pilihan di Wikipedia bahasa lain, akan diberikan bintang pada pranala interwiki di sisi kiri bawah artikel.
Piagam Jakarta adalah rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Rancangan ini dirumuskan oleh Panitia SembilanBadan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Piagam ini mengandung lima sila yang menjadi bagian dari ideologi Pancasila, tetapi pada sila pertama juga tercantum frasa "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Frasa ini, yang juga dikenal dengan sebutan "tujuh kata", pada akhirnya dihapus dari Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengumumkan dalam Dekret Presiden (yang menyatakan kembali ke UUD 1945) bahwa Piagam Jakarta "menjiwai" UUD 1945 dan "merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut". Makna dari kalimat ini sendiri terus memantik kontroversi sesudah dekret tersebut dikeluarkan. Kelompok kebangsaan merasa bahwa kalimat ini sekadar mengakui Piagam Jakarta sebagai suatu dokumen historis, sementara kelompok Islam meyakini bahwa dekret tersebut memberikan kekuatan hukum kepada "tujuh kata" dalam Piagam Jakarta, dan atas dasar ini mereka menuntut pengundangan hukum Islam khusus untuk Muslim. (Selengkapnya...)
Lisa del Giocondo merupakan seorang anggota keluarga Gherardini di Firenze dan Toskana di Italia. Namanya digunakan untuk Mona Lisa, lukisan dirinya yang dipesan oleh suaminya dan dilukis oleh Leonardo da Vinci pada masa Renaisans Italia. Sedikit yang diketahui mengenai kehidupan Lisa. Lahir di Firenze dan menikah saat berusia belasan tahun dengan seorang pedagang kain dan sutra yang kemudian menjadi pejabat setempat, ia adalah ibu dari lima anak dan menjalani kehidupan kelas menengah biasa. Lisa hidup lebih lama daripada suaminya, yang berselisih usia sangat jauh darinya. Berabad-abad setelah kematian Lisa, Mona Lisa menjadi lukisan terkenal di dunia dan memiliki cerita yang terpisah dengan kehidupan Lisa, model lukisannya. Spekulasi oleh para pakar dan penyuka karya seni menjadikan lukisan ini sebagai ikon dunia dan objek komersialisasi. Pada tahun 2005, penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Ruprecht Karl Heidelberg mengidentifikasi Lisa del Giocondo sebagai subjek dari Mona Lisa. (Selengkapnya...)
al-Mu'tadhid adalah khalifahKekhalifahan Abbasiyah dari tahun 892 hingga kematiannya pada tahun 902. Sebagai seorang pangeran, al-Mu'tadhid mengabdi di bawah ayahnya dalam berbagai kampanye militer, dengan peran yang sangat penting dalam penumpasan Pemberontakan Zanj. Ketika ayahnya meninggal pada bulan Juni 891, al-Mu'tadhid menggantikannya sebagai wali penguasa. Dia dengan cepat menyingkirkan sepupunya al-Mufawwid dari pewaris takhta dan ketika pamannya al-Mu'tamid meninggal pada bulan Oktober 892, ia naik takhta. Dalam serangkaian kampanye, ia berhasil merebut kembali provinsi Jazira, Tsughur, dan Jibal, serta memulihkan hubungan dengan Saffariyah di timur dan Thuluniyah di barat. Pada masa pemerintahannya, ibu kota dipindahkan kembali ke Bagdad. Ia kemudian membangun kota tersebut secara besar-besaran. Sebagai pendukung kuat ortodoksi tradisionalisSunni, ia tetap menjaga hubungan baik dengan Bani Ali, dan tertarik pada ilmu pengetahuan alam, ia juga memperbarui dukungan khalifah kepada para cendekiawan dan ilmuwan. Meskipun sukses, pemerintahan al-Mu'tadhid pada akhirnya terlalu singkat untuk membawa perubahan yang bertahan bagi kekhalifahan, dan kebangkitan yang dipeloporinya terlalu bergantung pada kehadiran tokoh-tokoh yang cakap di pucuk pimpinan negara. (Selengkapnya...)