Pandangan Ortodoks Timur tentang dosa
Bagian dari seri tentang |
Gereja Ortodoks Timur |
---|
![]() |
Ikhtisar |
Gereja Ortodoks Timur mempunyai pandangan yang berbeda dengan gereja-gereja barat mengenai dosa. Tidak seperti gereja-gereja barat yang memandang bahwa dosa merupakan suatu keadaan bersalah pada diri manusia, Gereja Ortodoks berpandangan bahwa dosa merupakan penyakit rohani ketika manusia jauh dari rahmat Tuhan Allah Tritunggal dan merupakan penyakit batin yang menyebabkan manusia kehilangan sifat keilahian dalam dirinya sehingga tidak dapat menggapai tujuan akhirnya yaitu berada dalam persekutuan dengan Tuhan Allah. Selain itu, Gereja Ortodoks pun memandang dosa sebagai suatu kondisi ketika manusia jatuh ke dalam kesesatan dari rahmat Yang Mahatinggi dan juga sebagai perilaku berdosa itu sendiri.
Pada berbagai hal, Gereja Ortodoks Timur mempunyai pandangan yang serupa dengan Yudaisme mengenai dosa. Gereja Ortodoks sendiri tidak secara formal dan jelas membabarkan tingkat keparahan suatu dosa. Akan tetapi, Gereja Ortodoks juga membedakan bentuk keparahan suatu dosa yang dapat menyebabkan seseorang tidak diperbolehkan untuk menyentuh ataupun menjamah komuni suci (kecuali individu tersebut melakukan pengakuan dosa). Selain hal tersebut, Gereja Ortodoks berpandangan bahwa individu yang mati dalam keadaan berdosa tidak secara serta-merta dilemparkan ke dalam neraka, tidak seperti gereja-gereja barat yang berpandangan bahwa individu yang mati dalam keadaan berdosa maka akan secara langsung dibuang ke neraka.
Pandangan tentang dosa asal
Kekristenan Ortodoks Timur memandang manusia sebagai ciptaan Tuhan Allah yang merupakan gambaran dari Tuhan Allah yang sempurna. Manusia juga diciptakan dengan kemampuan dan kehendak untuk mengasihi diri serta dengan tujuan yang perlu diikuti. Namun demikian, Adam dan Hawa memutuskan untuk tidak mematuhi perintah Tuhan Allah dengan memakan buah dari Pohon Pengetahuan Tentang yang Baik dan yang Jahat. Oleh karena tindakan tersebut, hakikat manusia yang semula sempurna dan utuh sebagai gambaran Tuhan Allah menjadi hakikat yang cela, terkoyak, dan tidak utuh. Hakikat manusia yang cela, terkoyak, dan tidak utuh inilah yang dipahami oleh Gereja Ortodoks Timur sebagai bentuk dari "dosa asal" itu sendiri.
Kekristenan Ortodoks Timur tidak memandang dosa asal sebagai dosa atau rasa bersalah yang manusia peroleh akibat dari perbuatan Adam dan Hawa yang melanggar perintah Tuhan Allah tersebut. Kekristenan Ortodoks Timur secara tegas menolak pemahaman dosa waris tersebut karena konsep tersebut berbanding terbalik dengan tradisi suci yang menganggap bahwa berlaku dosa berasal dari pilihan manusia dan bukan diwariskan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya (Yehezkiel 18:20).[1]
Rujukan
- ^ Romanides, John S. (2002). Ancestral Sin. Ridgewood, NJ: Zephyr Pub. ISBN 0-9707303-1-4.