More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Umar Wirahadikusumah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Umar Wirahadikusumah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Umar Wirahadikusumah

  • مصرى
  • Banjar
  • Deutsch
  • English
  • Suomi
  • Français
  • Bahasa Hulontalo
  • हिन्दी
  • 日本語
  • Jawa
  • Basa Banyumasan
  • Bahasa Melayu
  • Русский
  • Sunda
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Umar Wirahadikusumah
Potret resmi, 1983
Wakil Presiden Indonesia ke-4
Masa jabatan
11 Maret 1983 – 11 Maret 1988
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Adam Malik
Pengganti
Sudharmono
Sebelum
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan ke-8
Masa jabatan
1973–1983
Sebelum
Pendahulu
D. Suprayogi
Pengganti
M. Jusuf
Sebelum
Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-9
Masa jabatan
25 November 1969 – 27 April 1973
Sebelum
Pendahulu
Maraden Panggabean
Pengganti
Surono Reksodimejo
Sebelum
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-4
Masa jabatan
29 Mei 1967 – 4 Desember 1969
Sebelum
Pendahulu
Maraden Panggabean
Pengganti
Mochamad Jasin
Sebelum
Panglima Kostrad ke-2
Masa jabatan
2 Desember 1965 – 27 Mei 1967
Sebelum
Pendahulu
Soeharto
Pengganti
Kemal Idris
Sebelum
Panglima Kodam V/Djayakarta ke-1
Masa jabatan
1960–1965
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Pengganti
Amir Machmud
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1924-10-10)10 Oktober 1924
Situraja, Sumedang, Hindia Belanda
Meninggal21 Maret 2003(2003-03-21) (umur 78)
Jakarta, Indonesia
MakamTMP Kalibata, Jakarta
Partai politik  Golkar
Suami/istriKarlinah Djaja Atmadja
Anak2
KerabatUkar Bratakusumah (sepupu)
Letjen TNI (Purn.) Agus Wirahadikusumah (keponakan laki-laki)
Reini Wirahadikusumah (keponakan perempuan)
ProfesiMiliter
Karier militer
Pihak
  •  Kekaisaran Jepang (1943—1945)
  •  Indonesia (1945—1973)
Dinas/cabang
  • PETA (1943—1945)
  • TNI Angkatan Darat (1945—1973)
Masa dinas1943—1973
Pangkat Jenderal TNI
NRP13761
SatuanInfanteri
Komando
  • Kodam Jaya
  • Kostrad
Pertempuran/perang
  • Revolusi Nasional Indonesia
  • Peristiwa Madiun
  • Pemberontakan PRRI
  • Bintang Republik Indonesia Edit nilai pada Wikidata
Find a Grave: 7373047 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Umar Wirahadikusumah (10 Oktober 1924 – 21 Maret 2003) adalah seorang perwira TNI angkatan darat yang menjadi Wakil Presiden Indonesia keempat pada masa waktu menjabat dari tahun 1983-1988.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Umar Wirahadikusumah lahir di Situraja, Sumedang, Keresidenan Priangan pada tanggal 10 Oktober 1924 dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah dan Raden Ratnaringrum yang merupakan putra kelima. Umar dilahirkan sebagai keluarga bangsawan, ayahnya seorang Wedana Ciawi dan ibunya adalah putri dari Patih Demang Kartamenda di Bandung.[1]

Ibunya meninggal dunia ketika Umar masih kecil, oleh karenanya Umar dirawat oleh neneknya, Nyi Raja Juwita di Cicalengka. Umar sempat bersekolah di taman kanak-kanak hingga memasuki kelas satu di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan tidak sempat menyelesikan pendidikan di Cicalengka karena neneknya tidak lama meninggal dunia. Setelah kepergian neneknya, ayah Umar membawanya ke Ciawi antara tahun 1928-1929. Umar meneruskan pendidikan di ELS Tasikmalaya dan MULO Pasundan, ia menyelesaikan pendidikannya pada masa Pemerintah Kolonial Belanda.

Sebelum bergabung dengan kelompok pemuda, ia sempat bekerja sebagai pegawai perkebunan di Sumedang pada tahun 1940. Tiga tahun kemudian Umar diangkat sebagai Komandan Peleton Tasikmalaya pada tahun 1943, dengan Indonesia saat itu di bawah pendudukan Jepang.

Umar bersama dengan kelompok pemuda bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA).[1] Sebelum masuk PETA, ia mendapatkan pelatihan militer Dai Nippon, Seinendojo, di Tangerang, selama 4 bulan. Keputusan Umar yang bergabung menjadi prajurit tidak dikehendaki oleh keluarganya.[1] Kelompok-kelompok pemuda memberikan beberapa pelatihan fisik yang Umar melakukan. Hal ini diikuti pada Oktober 1944 oleh PETA, pasukan tambahan yang terdiri dari rekrutan Indonesia yang dimaksudkan untuk membantu Jepang dalam melawan Sekutu. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Umar, seperti banyak pemuda lain dari usia yang sama bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI.

Kehidupan masa kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Kemudian Umar mendapat amanat sebagai Komandan Peleton Pangandaran, tidak lama ia diangkat sebagai Komandan TKR Cicalengka dengan pangkat kapten pada tahun 1945. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1947, ia diangkat menjadi ajudan Panglima Divisi III Siliwangi di Tasikmalaya, Direktur Latihan Operasi di Garut, dan Komandan Brigade I/III/V Cirebon.

Umar menikah dengan Karlina dan memiliki dua anak perempuan. Ia juga adalah paman dari Agus Wirahadikusumah, seorang perwira militer yang menjadi Panglima Kostrad.

Karier militer

[sunting | sunting sumber]

Divisi Siliwangi

[sunting | sunting sumber]

Setelah Revolusi Nasional Indonesia, Umar bertugas di Angkatan Darat. Umar ditempatkan di provinsi asalnya Jawa Barat dan bertugas untuk waktu yang lama di Kodam III/Siliwangi. Kariernya melejit setelah membantu menumpas pemberontakan PKI pada tahun 1948 serta memerangi pemberontakan PRRI di Sumatra. Ia juga pernah menjadi ajudan Abdul Haris Nasution saat menjabat sebagai Komandan Divisi Siliwangi.

Kodam V/Djayakarta

[sunting | sunting sumber]

Umar kemudian menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta.[2] Jabatan ini diperolehnya pada tahun 1959. Tanggung jawab militer yang diberikan kepadanya ialah keamanan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Peristiwa G30S

[sunting | sunting sumber]

Pada pagi hari 1 Oktober 1965, enam jenderal diculik dari rumah mereka. Sebagai Panglima Kodam V/Djayakarta, Umar berkeliling kota untuk memeriksa keamanannya. Setelah mendengar tentang penculikan dan melihat pasukan tak dikenal menduduki Lapangan Merdeka, Umar mengirim kabar kepada Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto.

Umar menerima keputusan Soeharto untuk mengambil komando Angkatan Darat dan mendukungnya dalam usahanya untuk menindak usaha kudeta. Menjelang tengah hari, Umar menerima perintah dari Presiden Soekarno yang dicurigai berada di Halim, tempat di mana enam jenderal diculik. Soeharto khawatir bahwa ini adalah upaya untuk membunuh Umar dengan memerintahkanya ke Halim. Umar mengikuti permintaan Soeharto dengan menolak perintah Presiden Soekarno.[1]

Setelah Soeharto merebut kembali kendali situasi di Jakarta, Umar kemudian mengkonsolidasikan situasi. Dia memberlakukan jam malam dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi dan memonitor semua surat kabar ibu kota.

Ketika peristiwa diduga didukung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), Umar menyetujui pembentukan gabungan aksi untuk membasmi Gerakan 30 September (KAP-GESTAPU).[3]

Orde baru

[sunting | sunting sumber]

Meskipun ia bukan bagian dari lingkaran dalam Soeharto, Umar memenangkan kepercayaan besar dari Soeharto atas bantuan dan dukungan yang diberikan dalam menyelesaikan G30S.[4] Saat Soeharto mulai menjabat sebagai Pejabat Presiden, karier Umar juga melejit. Pada tanggal 12 Maret 1967, Soeharto mempercayakan Umar untuk menggantikannya sebagai Panglima Kostrad setelah ia menjadi pejabat presiden.[1] Pada tahun 1967, Umar menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat sebelum akhirnya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 1969.[1]

Pada tahun 1973, karier aktif militernya berakhir dan ia menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 10 tahun. Sebagai Ketua BPK, Umar bertanggung jawab untuk memastikan bahwa departemen pemerintah, kementerian, dan badan pemerintahan menggunakan uang negara dengan baik. Selama masa jabatannya sebagai Ketua BPK, Umar membuat penilaian suram yang menilai bahwa tidak satu pun departemen pemerintah adalah bebas dari korupsi.[5]

Riwayat jabatan

[sunting | sunting sumber]
  1. Komandan Pleton TKR di Cicalengka (1945-1946).
  2. Wakil Kepala Staf Operasi Resimen XI Divisi Siliwangi, Tasikmalaya (1946-1947).
  3. Ajudan Panglima Divisi Siliwangi merangkap Direktur Latihan Perwira Divisi serta Komandan Batalyon 1 Resimen 5 Brigade III / Kian Santang (1947-1948).
  4. Komandan Batalyon IV Brigade XIII / Kian Santang Divisi Siliwangi (1948-1949).
  5. Komandan Co Troep Divisi Siliwangi (1949).
  6. Komandan KMK Cirebon Brigade "C" Divisi IV / Siliwangi (1949-1950).
  7. Kepala Staf Urusan Ex-KNIL Divisi IV / Siliwangi kemudian T&T III / Siliwangi (1950-1951).
  8. Kepala Staf Operasi T&T III / Siliwangi (1951-1952).
  9. Kepala Staf Brigade "C" T&T III / Siliwangi (1952).
  10. Komandan Resimen Infanteri 11 T&T III / Siliwangi (1952-1953).
  11. Inspektur Jenderal T&T III / Siliwangi (1953-1955).
  12. Asisten Operasi Kepala Staf T&T III / Siliwangi merangkap sebagai Komandan Resimen Infanteri 10. (1955-1958).
  13. Komandan RTP 1 / Siliwangi (1958-1959).
  14. Komandan KMKB Djakarta Raja (1959-1960).
  15. Panglima Komando Daerah Militer V / Jayakarta (1960-1966).
  16. Panglima Kostrad (1966-1968).
  17. Wakil Panglima Angkatan Darat (1968-1969).
  18. Kepala Staf Angkatan Darat (1969-1973).
  19. Pensiun (1973).[6]

Kepangkatan

[sunting | sunting sumber]
  1. Letnan Dua (1945-1946).
  2. Letnan Satu (1946-1947).
  3. Kapten (1947-1948).
  4. Mayor (1948-1956).
  5. Letnan Kolonel (1956-1959).
  6. Kolonel (1959-1962).
  7. Brigadir Jenderal (1962-1966).
  8. Mayor Jenderal (1966-1968).
  9. Letnan Jenderal (1968-1969).
  10. Jenderal (1969-1973).

Menjadi wakil presiden

[sunting | sunting sumber]
Umar Wirahadikusumah mengucapkan sumpah jabatan sebagai Wakil Presiden RI masa jabatan 1983-1988.

Pada bulan Maret tahun 1983, Umar mencapai puncak kariernya. Soeharto, yang telah dipilih untuk masa jabatan keempat sebagai Presiden berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memilih Umar untuk menjadi wakil presidennya. Pemilihan ini dianggap menjadi pilihan yang agak tak terduga mengingat karier Umar dalam politik di Indonesia tidak lebih memucat dibandingkan dengan dua pendahulunya, Hamengku Buwono IX dan Adam Malik. Meskipun kepribadian rendah hati, Umar memiliki reputasi yang baik dan dihormati secara luas.

Sebagai wakil presiden, Umar menjadi salah satu dari sangat sedikit dalam rezim Soeharto yang memilih untuk memberantas korupsi. Sebagai orang yang religius, Umar berharap bahwa agama dapat digunakan untuk mengubah koruptor untuk melakukan perbuatan yang benar. Umar juga melakukan inspeksi kejutan (kadang-kadang penyamaran) ke kota-kota dan desa-desa daerah untuk memantau bagaimana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap rakyat. Selama menjadi Wakil Presiden Umar juga mengadakan pelayanan doa di Istana Wakil Presiden.

Karier Umar sebagai Wakil Presiden berakhir pada Maret 1988 ketika ia digantikan oleh Sudharmono. Banyak yang kecewa melihat dia tidak melanjutkan untuk masa jabatan kedua sebagai Wakil Presiden. Hal ini menjadi bukti reputasi yang baik bahwa Sudharmono ingin memastikan penerimaan Umar untuk tidak melanjutkan sebagai Wakil Presiden untuk periode selanjutnya.[7]

Wafat

[sunting | sunting sumber]
Makam Umar Wirahadikusumah di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata

Setelah masa jabatannya selesai sebagai Wakil Presiden tahun 1988, ia tidak lagi aktif di politik.[1] Umar Wirahadikusumah menghembuskan napas terakhir pada hari Jumat 21 Maret 2003 sekitar pukul 07.53 WIB di Rumah Sakit Pusat TNI-AD Gatot Soebroto. Umar meninggal karena masalah jantung dan paru-paru.[1] Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.[8]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Tanda jasa[9][10]

[sunting | sunting sumber]
Baris ke-1 Bintang Republik Indonesia Adipradana (12 Maret 1983)[11] Bintang Mahaputera Adipradana (19 Mei 1973)[12] Bintang Dharma
Baris ke-2 Bintang Gerilya Bintang Kartika Eka Paksi Utama Bintang Jalasena Utama Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (29 Juli 1971)[13]
Baris ke-3 Bintang Bhayangkara Utama Bintang Kartika Eka Paksi Pratama Bintang Jalasena Pratama Bintang Bhayangkara Pratama
Baris ke-4 Bintang Kartika Eka Paksi Nararya Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun Satyalancana Perang Kemerdekaan I
Baris ke-5 Satyalancana Perang Kemerdekaan II Satyalancana G.O.M I Satyalancana G.O.M II Satyalancana G.O.M V
Baris ke-6 Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak Satyalancana Dwidya Sistha
Baris ke-7 Order of National Security Merit - 1st Class (Tong-il Medal) - Korea Selatan Commander of the Legion of Merit - Amerika Serikat Second Rank of the Order of the People's Army with Golden Star - Yugoslavia Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau - Belanda
Baris ke-8 Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - Jerman Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) - Malaysia (1972)[14] Grand Cross of the National Order of Merit - Prancis Grand Cordon with Brilliants of the Supreme Order of the Renaissance - Yordania

Budaya Populer

[sunting | sunting sumber]

Sosok Umar Wirahadikusumah sebagai Panglima Kodam V/Jayakarta dengan pangkat Mayor Jenderal TNI di saat meletusnya G30S/PKI ditampilkan dalam film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI karya sutradara Arifin C. Noer, diperankan oleh aktor Doddy Sukma.

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]
  • Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945—1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, vol. XIII

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h Raditya, Iswara N. "Balas Budi Soeharto untuk Umar Wirahadikusumah". tirto.id. Diarsipkan dari asli tanggal 2020-03-22. Diakses tanggal 2020-03-22.
  2. ^ Wardaya, Baskara T. (2011). Suara di Balik Prahara: Berbagi Narasi tentang Tragedi '65 (PDF). Yogyakarta: Penerbit Galangpress. hlm. 362. ISBN 978-602-8174-63-3. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ Djarot, Eros. Siapa Sebenarnya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para Pelaku Sejarah G-30-S PKI (dalam bahasa Indonesian) (Edisi 1st). Tangerang: PT Agromedia Pustaka. hlm. 19. ; Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  4. ^ Anwar, Rosihan (22 March 2003). "In Memoriam: Jenderal Umar Wirahadikusumah". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari asli tanggal 2007-10-17. Diakses tanggal 2006-10-28.
  5. ^ Sinjal, Daud (2 May 2001). "Gincu Luntur Anti-Korupsi". Aksara. Diakses tanggal 2006-10-30.[pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Salam, Solichin (1994). Umar Wirahadikusumah : Pengabdian Seorang Prajurit. Jakarta: CV. Gema Salam. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  7. ^ MIS (22 March 1997). "Sudharmono "Mengudara" Kembali". Tempo. Diarsipkan dari asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2006-10-28.
  8. ^ "Daftar Makam Tahun 2002-2004". Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial. Diarsipkan dari asli tanggal 2013-10-15. Diakses tanggal 7 Januari 2022.
  9. ^ Dinas Sejarah TNI AD 1981, hlm. 383.
  10. ^ Gema Salam, Indonesia (1994). Umar Wirahadikusumah, pengabdian seorang prajurit. Indonesia: Solichin Salam. hlm. 213. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  11. ^ Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 3 September 2021.
  12. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 3 September 2021.
  13. ^ Nasional, Perpustakaan (1971). "Penganugerahan SWA Buwana Paksa kelas I untuk KSAD Jend. Umar Q Wirahadikusumah dan KASAL, Laksamana Madya (L) R. Sudomo oleh Wapangab Jend. M. Panggabean di Aula Departemen Hankam Jakarta, 29 Juli 1971". Perpustakaan Nasional. Diakses tanggal 3 Juli 2023.
  14. ^ "Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 1972" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2018-12-23. Diakses tanggal 2022-02-06.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • Profil di TokohIndonesia Diarsipkan 2010-05-27 di Wayback Machine. (Indonesia)
  • Profil di pdat.co.id Diarsipkan 2010-04-03 di Wayback Machine. (Indonesia)
Jabatan politik
Didahului oleh:
Adam Malik
Wakil Presiden Indonesia
1983—1988
Diteruskan oleh:
Sudharmono
Jabatan militer
Didahului oleh:
Maraden Panggabean
Kepala Staf TNI Angkatan Darat
1969—1973
Diteruskan oleh:
Surono Reksodimejo
  • l
  • b
  • s
Wakil Presiden Indonesia
  • 1 Moh. Hatta
  • 2 Hamengkubuwana IX
  • 3 Adam Malik
  • 4 Umar Wirahadikusumah
  • 5 Soedharmono
  • 6 Try Sutrisno
  • 7 Bacharuddin Jusuf Habibie
  • 8 Megawati
  • 9 Hamzah Haz
  • 10 & 12 Jusuf Kalla
  • 11 Boediono
  • 13 Ma'ruf Amin
  • 14 Gibran Rakabuming Raka
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan IV (1983–1988)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Umar Wirahadikusumah
  • Kementerian di bawah Menko Polkam: Surono Reksodimedjo
  • Mendagri: Soepardjo Roestam
  • Menlu: Mochtar Kusumaatmadja
  • Menhankam/Panglima ABRI: Poniman
  • Menhak: Ali Said, Ismail Saleh
  • Menpen: Harmoko
Kementerian di bawah Menko Ekuin-PP: Ali Wardhana
  • Menkeu: Radius Prawiro
  • Mendag: Rachmat Saleh
  • Menkop: Bustanil Arifin
  • Mentan: Achmad Affandi
  • Menhut: Soedjarwo
  • Menperin: Hartarto Sastrosoenarto
  • Mentamben: Subroto
  • Menpu: Suyono Sosrodarsono
  • Menhub: Roesmin Noerjadin
  • Menparpostel: Achmad Tahir
  • Menaker: Sudomo
  • Mentrans: Martono
  • Menristek/Ketua BPPT: Bacharuddin Jusuf Habibie
  • Menteri Kependudukan dan LH: Emil Salim
  • Menpera: Cosmas Batubara
  • Menteri PPN/Ketua BAPPENAS: J. B. Sumarlin
  • Menpan: Saleh Afiff
  • Menmu PP-PDN: Ginandjar Kartasasmita
  • Menmu Pangan: Wardojo
  • Menmu PP-Tanras: Hasjrul Harahap
  • Menmu PP-Terkan: J.H. Hutasoit
  • Kementerian di bawah Menko Kesra: Alamsyah Ratu Perwiranegara
  • Mendikbud: Nugroho Notosusanto, J. B. Sumarlin (Plt.), Fuad Hassan
  • Menkes: Suwardjono Surjaningrat
  • Menag: Munawir Sjadzali
  • Mensos: Nani Soedarsono
  • Menpora: Abdul Gafur
  • Menperwan: Lasiyah Soetanto, Anindyati Sulasikin Murpratomo
Menteri dan pejabat setingkat menteri yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden:
  • Mensesneg: Soedharmono
  • Panglima ABRI: L.B. Moerdani, Try Sutrisno
  • Jaksa Agung: Ismail Saleh, Hari Suharto
  • Gubernur Bank Indonesia: Arifin M Siregar
Menmudseskab: Moerdiono
  • l
  • b
  • s
Kepala Staf TNI Angkatan Darat
  • Djatikoesoemo
  • A.H. Nasution
  • Bambang Soegeng
  • Zulkifli Lubis
  • Bambang Utoyo
  • A.H. Nasution
  • Ahmad Yani
  • Pranoto Reksosamodra
  • Soeharto
  • Maraden Panggabean
  • Umar Wirahadikusumah
  • Surono Reksodimedjo
  • Makmun Murod
  • R. Widodo
  • Poniman
  • Rudini
  • Try Sutrisno
  • Edi Sudradjat
  • Wismoyo Arismunandar
  • R. Hartono
  • Wiranto
  • Subagyo H.S.
  • Tyasno Sudarto
  • Endriartono Sutarto
  • Ryamizard Ryacudu
  • Djoko Santoso
  • Agustadi S.P.
  • George Toisutta
  • Pramono Edhie
  • Moeldoko
  • Budiman
  • Gatot Nurmantyo
  • Mulyono
  • Andika Perkasa
  • Dudung Abdurachman
  • Agus Subiyanto
  • Maruli Simanjuntak
  • l
  • b
  • s
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
  • Soeharto
  • Umar Wirahadikusumah
  • Kemal Idris
  • Wahono
  • Makmun Murod
  • Wahono
  • Poniman
  • Himawan Soetanto
  • Leo Lopulisa
  • Wiyogo Atmodarminto
  • Muhammad Ismail
  • Rudini
  • Soeweno
  • Soeripto
  • Adolf Sahala Rajagukguk
  • Soegito
  • Wismoyo Arismunandar
  • Kuntara
  • Tarub
  • Wiranto
  • Sugiono
  • Prabowo Subianto
  • Johny Lumintang
  • Djamari Chaniago
  • Djaja Suparman
  • Agus Wirahadikusumah
  • Ryamizard Ryacudu
  • Bibit Waluyo
  • Hadi Waluyo
  • Erwin Sudjono
  • George Toisutta
  • Burhanudin Amin
  • Pramono Edhie Wibowo
  • Azmyn Yusri Nasution
  • Muhammad Munir
  • Gatot Nurmantyo
  • Mulyono
  • Edy Rahmayadi
  • Agus Kriswanto
  • Andika Perkasa
  • Besar Harto Karyawan
  • Eko Margiyono
  • Dudung Abdurachman
  • Maruli Simanjuntak
  • M. Saleh Mustafa
  • Mohamad Hasan
  • Mohammad Fadjar
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Umar_Wirahadikusumah&oldid=27617795"
Kategori:
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif April 2021
  • Kelahiran 1924
  • Kematian 2003
  • Meninggal usia 78
  • Tokoh TNI
  • Tokoh militer Indonesia
  • Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
  • Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
  • Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
  • Panglima Komando Daerah Militer Jaya
  • Tokoh Sunda
  • Bangsawan Sunda
  • Tokoh Sumedang
  • Tokoh Angkatan 45
  • Politikus Indonesia
  • Wakil Presiden Indonesia
  • Politikus Partai Golongan Karya
  • Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
  • Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana
  • Penerima Bintang Mahaputera Adipradana
  • Penerima Bintang Dharma
  • Penerima Bintang Gerilya
  • Penerima Bintang Sewindu APRI
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan paramater tanggal tidak valid pada templat
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 10 Oktober
  • Tanggal kematian 21 Maret
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles