More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Soedharmono - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Soedharmono - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Soedharmono

  • مصرى
  • Deutsch
  • English
  • Suomi
  • Français
  • Bahasa Hulontalo
  • हिन्दी
  • Jawa
  • Basa Banyumasan
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Polski
  • Русский
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sudharmono)
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Soedharmono" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
(Desember 2013)
Untuk mantan Pangdam Merdeka, lihat Sudarmono.
Soedharmono
Potret resmi, 1988
Wakil Presiden Indonesia ke-5
Masa jabatan
11 Maret 1988 – 11 Maret 1993
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Umar Wirahadikusumah
Pengganti
Try Sutrisno
Sebelum
Menteri Sekretaris Negara Indonesia ke-4
Masa jabatan
8 April 1972 – 21 Maret 1988
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Alamsyah Ratu Perwiranegara
Pengganti
Moerdiono
Sebelum
Menteri Dalam Negeri Indonesia ke-18
Masa jabatan
1 Oktober 1982 – 19 Maret 1983
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Amir Machmud
Pengganti
Soepardjo Rustam
Sebelum
Ketua Umum Partai Golongan Karya ke-4
Masa jabatan
1983–1988
Sebelum
Pendahulu
Amir Murtono
Pengganti
Wahono
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1927-03-12)12 Maret 1927
Grissee, Hindia Belanda
Meninggal25 Januari 2006(2006-01-25) (umur 78)
Jakarta, Indonesia
MakamTaman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata
Partai politik  Golkar
Suami/istri
Ratu Emma Norma
​
(m. 1951)​
Pekerjaan
  • Politikus
  • perwira militer
Tanda tangan
JulukanPak Dar
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945–1968
Pangkat Letnan Jenderal TNI
NRP16078[1]
Komando
  • Divisi Ronggolawe
  • Komando Operasi Tertinggi (KOTI)
Pertempuran/perang
  • Revolusi Nasional Indonesia
  • Operasi Dwikora
  • Bintang Republik Indonesia
  • Bintang Mahaputera Edit nilai pada Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Soedharmono (EYD: Sudharmono; 12 Maret 1927 – 25 Januari 2006) adalah Wakil Presiden Indonesia kelima yang menjabat selama periode 1988–1993 mendampingi Soeharto.

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Awal kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Lahir di Cerme, Gresik pada tanggal 12 Maret 1927, Ia adalah anak dari Soepijo Wirodiredjo, yang merupakan anak seorang carik atau sekretaris Desa. Sedang ibunya bernama Raden Nganten Sukarsi yang merupakan putri asisten wedana.

Ayahnya mengawali karier menjadi pegawai magang di kantor Kecamatan. Saat itulah Soepijo bertemu dengan Sukarsi. Waktu bertemu, Sukarsi adalah seorang janda karena suami terdahulu meninggal dunia. Cinta Soepijo dan Sukarsi akhirnya menjalin cinta dan menikah. Soepijo lalu diterima kerja menjadi juru tulis di Kecamatan Cerme, Gresik. Di sinilah pada tahun 1927 Sudharmono lahir. Kakaknya, Mbak Siti, lahir pada tahun 1924. Dan kakak tertuanya, Mas Sunar yang lahir pada tahun 1921. Ketika ia berusia 2 tahun, sang ayah dipindah ke Tuban menjadi juru tulis di Kepatihan (Wakil Bupati). Tapi di Tuban inilah sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak keempat. ia sudah menjadi yatim piatu dari kecil. Ibunya Soekarsi meninggal ketika melahirkan adik bungsu Soedharmono (1930). Ayahnya R. Wiroredjo meninggal 6 bulan kemudian karena sakit. beberapa bulan kemudian saat dirawat di Surabaya.

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Masa kecil sering berpindah-pindah tempat tinggal karena sudah yatim piatu. Sehingga ia dan Mbak Siti berpindah dari Surabaya ke Jombang, lalu ke Wringinanom (Gresik) kemudian ke Rembang. Perjalanan hidup yang keras dan penuh kesedihan dialami sang wapres kecil. Saat di Jombang, Sudharmono kemudian pergi untuk tinggal bersama pamannya, seorang juru tulis yang bekerja untuk Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Walaupun demikian, selama dibesarkan ia banyak berpindah-pindah untuk tinggal bersama sejumlah sanak keluarganya, baik dari pihak ibu maupun ayahnya.

Soedharmono baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertama ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda pada tahun 1945. Setelah memutuskan untuk berhenti dari pendidikan lanjutan, Soedharmono turut membantu mengumpulkan senjata dari tentara Jepang dalam persiapan pembentukan Tentara Nasional Indonesia. Hasilnya, ia menjadi Panglima Divisi Ronggolawe, posisi yang terus dipegangnya selama Perang Kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Belanda yang kembali menyerang Indonesia.

Karier

[sunting | sunting sumber]

Masa awal

[sunting | sunting sumber]

Setelah Belanda mundur pada tahun 1949, Soedharmono menyelesaikan pendidikan lanjutan sebelum pergi ke Jakarta pada tahun 1952 untuk bergabung dengan Akademi Hukum Militer. Ia menyelesaikan studinya pada tahun 1956 sebelum bertugas di Medan, Sumatera Utara sebagai Jaksa Militer pada 1957–1961. Pada tahun 1962, Soedharmono memperoleh gelar dalam bidang hukum setelah menyelesaikan studinya di Universitas Hukum Militer. Setelah ini, Soedharmono diangkat Ketua Personil Pesanan Satuan Kerja Pemerintah Pusat dan memberikan bantuan administrasi kepada pemerintah.

Selama Konfrontasi Indonesia-Malaysia, Presiden Soekarno membentuk Komando Operasi Tertinggi (KOTI), yang merupakan perintah perang segera di bawah kendali Soekarno. Pada tahun 1963, Sudharmono bergabung KOTI dan diberi peran Anggota Pusat Operasi Bersama untuk Operasi Agung

Masa Orde Baru

[sunting | sunting sumber]

Dalam zaman Orba, kariernya menanjak. Pada Oktober 1965, Soeharto diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat dan bergabung dengan KOTI sebagai Kepala Staf. Soeharto menjalin hubungan dengan Sudharmono pada saat masa-masa tegang dalam sejarah Indonesia. Dengan hal ini jelaslah bahwa Sudharmono mendapatkan kepercayaan Soeharto. Pada 11 Maret 1966, ketika Soeharto menerima Supersemar dari Soekarno, Sudharmono yang menyalin salinan surat yang akan didistribusikan kepada Perwira Militer lainnya. Keesokan harinya, pada tanggal 12 Maret tahun 1966, Sudharmono juga ikut untuk menulis dekret pelarangan PKI.

Dengan naiknya Soeharto ke kekuasaan, KOTI dibubarkan tetapi keterampilan administrasi Sudharmono dan kepercayaan dari Soeharto memastikan kedudukannya dalam pemerintahan Soeharto. Ketika Soeharto menjadi presiden pada tahun 1968, Sudharmono menjadi Sekretaris Kabinet serta Ketua Dewan Stabilitas Ekonomi. Pada tahun 1970, Sudharmono dipindahkan dari posisi Sekretaris Kabinet menjadi Sekretaris Negara, posisi yang memungkinkan ia untuk membantu Soeharto. Selain menjadi Mensesneg, Sudharmono juga menggantikan menteri lain secara sementara ketika mereka tidak dapat melaksanakan tugasnya seperti menjadi Menteri Penerangan dan Menteri Dalam Negeri serta membantu untuk membuat pidato pertanggungjawaban Soeharto sebelum Sidang Umum MPR. Pada tahun 1980, posisi Sudharmono sebagai Sekretaris Negara menerima dorongan signifikan melalui Keputusan Presiden yang memberikan Sekretaris Negara kekuatan untuk mengawasi pembelian pemerintah melebihi 500 juta rupiah.

Ketua Umum Golkar (1983-1988)

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1980, Sudharmono telah membuktikan kesetiaannya kepada Soeharto dan juga menunjukkan bahwa ia tidak memiliki suatu ambisi. Pada Munas Golkar III (1983), dengan dukungan Soeharto, Sudharmono terpilih sebagai Ketua Golkar.

Sebagai Ketua, Sudharmono banyak melakukan inspeksi keliling cabang Golkar di daerah. Sudharmono juga menggerakan anggota Golkar untuk mendapatkan lebih banyak pemilih Golkar, hasilnya suara Golkar meningkat dari 64% menjadi 72% pada Pemilu 1987.

Wakil Presiden Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Kontroversi pencalonan

[sunting | sunting sumber]

Ketika sidang Umum MPR tahun 1988, banyak yang yakin Soeharto akan terpilih kembali untuk periode kelima dan terakhir sebagai presiden. Dengan begitu, Wakil Presiden menjadi posisi yang penting. Pada tahun 1988, Soeharto mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia ingin Sudharmono menjadi wakil presidennya. Meskipun tidak pernah menyebutkan Sudharmono, Soeharto mengatakan bahwa ia ingin Wapres-nya mempunyai dukungan dari kekuatan sosial politik yang besar.

Kemungkinan Sudharmono menjadi Wakil Presiden tidak disenangi banyak orang di ABRI. Meskipun Sudharmono sendiri seorang tentara dan telah mengakhiri kariernya dengan pangkat Letnan Jenderal, ia telah menghabiskan sebagian besar kariernya di belakang meja bukannya memimpin pasukan. Hal ini membuat dirinya dipandang rendah oleh ABRI. Soeharto menyadari hal ini dan sebelum ABRI bisa melakukan apa saja, Panglima ABRI Benny Moerdani diganti dengan Try Sutrisno. Langkah ini menghalangi ABRI karena Moerdani lebih kuat saat tidak menyetujui presiden sementara Try akan lebih pasif.

Sudharmono sendiri dijagokan partai Golkar unsur sipil (jalur G) dan birokrat (jalur B). Sementara Jenderal TNI Try Sutrisno yang menjabat Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab), dijagokan oleh Partai Golkar unsur militer (jalur A) yang dimotori Menkopolkam LB Moerdani. Masing-masing kubu punya kepentingan dalam kancah politik nasional. Puncaknya adalah ketika Sudharmono dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI). Tuduhan itu ditepis dengan adanya penunjukan Sudharmono untuk menjabat sebagai Wakil Presiden oleh Soeharto.[2]

Pada Sidang Umum MPR Maret 1988, kontroversi terus mewarnai nominasi Sudharmono sebagai Wakil Presiden. Ketua Partai Persatuan Pembangunan, Jaelani Naro mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden. Kemudian Brigadir Jenderal Ibrahim Saleh menginterupsi sidang. Dia mengucapka pidato yang tidak jelas. Intinya, tidak setuju calon wakil presiden yang sudah diproses. Naro baru mundur pada detik-detik akhir pemilihan, setelah dilobi oleh Awaloedin Djamin.[3] Kemudian Sarwo Edhie Wibowo, seorang jenderal yang telah membantu Soeharto mendapatkan kekuasaan di pertengahan 60-an mengundurkan diri dari MPR dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai protes.

Soeharto akhirnya turun tangan. Ia mencontohkan keputusan MPR yang dibuat pada tahun 1973 bahwa salah satu kriteria untuk Wakil Presiden adalah ia harus mampu bekerja dengan Presiden. Dengan pengunduran diri Naro, Sudharmono akhirnya terpilih sebagai Wakil Presiden.

Jabatan Wakil Presiden

[sunting | sunting sumber]
Sudharmono dan Wapres terpilih Try Sutrisno pada Sidang Umum MPR 1993.

Sebagai Wakil Presiden, Sudharmono sangat aktif. Ia memulai kunjungan ke provinsi RI serta ke Departemen, Kantor Negara dan Lembaga Departemen Non Pemerintah, dan membentuk Tromol Pos 5000,[2] tempat di mana orang-orang dapat mengirim saran dan keluhan dan pemerintah mereka. Sudharmono yang merupakan spesialis dalam memberikan bantuan administratif, juga diberi tugas oleh Soeharto untuk mengawasi birokrasi pemerintah.

Namun ABRI tetap menunjukkan ketidaksenangan mereka pada pemilihan Sudharmono sebagai Wakil Presiden. Di Munas Golkar (Oktober 1988), ABRI membalas dendam mereka kepada Sudharmono ketika mereka menjaga pemilihan Wahono sebagai Ketua Golkar. Anggota ABRI juga bertanggung jawab untuk kampanye kotor yang menuduh Sudharmono sebagai seorang komunis. Akhirnya pada Maret 1993 untuk mencegah harus berurusan dengan Wakil Presiden, Try Sutrisno segera dicalonkan oleh ABRI sebagai Wakil Presiden tanpa menunggu Soeharto untuk membuat pilihannya.

Kemungkinan menjadi Presiden

[sunting | sunting sumber]

Dalam bukunya "Suharto: A Political Biography", Robert Elson berteori tentang kemungkinan jabatan Wakil Presiden Sudharmono menjadi langkah terakhir sebelum menjadi Presiden Indonesia sendiri dan bahwa Soeharto melanjutkan jabatannya hanya karena reaksi terhadap pencalonan Sudharmono. Ada dua alasan untuk ini:

  • 1: Sebagai Sekretaris Negara, tugas Sudharmono adalah membantu Presiden dalam administrasi sehari-hari pemerintah. Setelah memegang posisi ini selama 18 tahun sebelum terpilih Wakil Presiden, Sudharmono yakin dirinya akrab dengan rezim Soeharto.
  • 2: ABRI tidak akan secara ekstrem menunjukkan ketidaksenangan mereka pada Wapres terpilih Sudharmono jika mereka tidak mengharapkan efek jangka panjang.

Pasca wakil presiden

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1997, Sudharmono merilis otobiografi dirinya, berjudul "Pengalaman Dalam Masa Pengabdian". Secara bersamaan suatu buku juga dirilis berjudul "Kesan Dan Kenangan Bahasa Dari Teman: 70 Tahun H. Sudharmono SH" yang berbicara tentang Sudharmono dari sudut pandang orang-orang yang memperkerjakannya. Karena penerbitan buku-buku ini terjadi setahun sebelum Sidang Umum MPR 1998, ada rumor bahwa Sudharmono akan membuat comeback politik dan menjadi wapres sekali lagi.

Pada Mei 1998, pada malam jatuhnya Soeharto, Sudharmono, bersama dengan mantan wakil presiden Umar Wirahadikusumah dan Try Sutrisno mengunjungi Soeharto di kediamannya untuk membahas opsi yang memungkinkan. Sudharmono juga terus mengelola 7 yayasan milik Soeharto.

Meninggal

[sunting | sunting sumber]
Makam Sudharmono di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Rabu malam, 25 Januari 2006, sekitar pukul 19.40 WIB, Sudharmono meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit MMC, Jakarta, sejak 10 Januari 2006. Ia meninggalkan seorang istri, Emma Norma, dan tiga orang anak. Esok paginya, ia dimakamkan di TMP Kalibata dengan pimpinan upacara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Tanda jasa

[sunting | sunting sumber]

Ia mendapatkan sejumlah tanda jasa baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[4][5][6]

Baris ke-1 Bintang Republik Indonesia Adipradana (29 Maret 1988)[7] Bintang Mahaputera Adipurna (29 Maret 1988)[8]
Baris ke-2 Bintang Mahaputera Adipradana (10 Maret 1973)[8] Bintang Gerilya Bintang Dharma Bintang Jalasena Pratama
Baris ke-3 Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama Bintang Kartika Eka Paksi Pratama Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
Baris ke-4 Satyalancana Perang Kemerdekaan I Satyalancana Perang Kemerdekaan II Satyalancana G.O.M I Satyalancana G.O.M II
Baris ke-5 Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Satya Dharma Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak
Baris ke-6 Satyalancana Wira Karya Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (1989)[9] Officer (Maginoo) of the Order of Sikatuna (O.S.) - Filipina Johan Mangku Negara (J.M.N.) - Malaysia
Baris ke-7 Grand Officer of the Royal Order of Sahametrei - Kamboja Commander of the Imperial Order of Emperor Menelik II - Kekaisaran Etiopia Knight Commander of the Most Exalted Order of the White Elephant (K.C.E.) - Thailand Knight Commander of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - Jerman
Baris ke-8 Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau - Belanda Grand Cross of the National Order of Merit - Prancis Grand Decoration of Honour in Silver with Sash of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria - Austria Grand Cross of the Order of Leopold II - Belgia
Baris ke-9 Grand Cross of the Order of Merit of the Italian Republic - Italia First Rank of the Order of the Yugoslav Flag with Sash - Yugoslavia Order of Diplomatic Service Merit - 2nd Class (Gwang-Hwa Medal) - Korea Selatan Grand Cross of the Order of the Crown - Belgia
Baris ke-10 Order of Kuwait, 1st Class - Kuwait Order of Merit, 1st Class - Qatar Order of Civil Merit 1st Class- Syria Order of the Republic, 1st Class - Mesir
Baris ke-11 Order of Abdulaziz Al Saud, 3rd Class - Arab Saudi Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - Jerman Grand Cordon of the Order of the Star of Jordan (G.C.S.J.) - Yordania Grand Cordon of the Order of the Rising Sun - Jepang (1997)[10]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1978, hlm. 78.
  2. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2014-12-27. Diakses tanggal 2015-05-08.
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2015-05-18. Diakses tanggal 2015-05-08.
  4. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1978, hlm. 79-80.
  5. ^ Yonas 2019.
  6. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1988, hlm. 451-454.
  7. ^ Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 3 September 2021.
  8. ^ a b Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 3 September 2021.
  9. ^ Tempomedia. "Penghargaan bintang LVRI". majalah.tempo.co (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-18.
  10. ^ "Wakil Presiden ke-5 Republik Indonesia Letjen TNI (Purn) Sudharmono, S.H." Kompaspedia. 2023-04-03. Diakses tanggal 2024-02-10.

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]
  • Lembaga Pemilihan Umum (1978), Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977, vol. II
  • Yonas, Adya Rosyada (2019). "Letnan Jenderal (Purn.) Sudharmono SH". www.tribunnewswiki.com. Diakses tanggal 1 November 2021. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • Lembaga Pemilihan Umum (1988), Buku Pelengkap IX Pemilihan Umum 1987, Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1987, vol. XVIII

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Daftar Wakil Presiden Indonesia

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia) "Bangkit Bersama Pak Harto" Bio Sudharmono di Ensiklopedi Tokoh Indonesia Diarsipkan 2016-01-22 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Profil di TokohIndonesia.com
  • (Indonesia) "Sudharmono Tutup Usia", KOMPAS
  • (Indonesia) "Mantan Wapres Sudharmono Wafat", DetikCom
Jabatan politik
Didahului oleh:
Umar Wirahadikusumah
Wakil Presiden Republik Indonesia
1988—1993
Diteruskan oleh:
Try Sutrisno
Didahului oleh:
Alamsyah Ratu Perwiranegara
Menteri Sekretaris Negara
1972—1988
Diteruskan oleh:
Moerdiono
Pranala ke artikel terkait
  • l
  • b
  • s
Wakil Presiden Indonesia
  • 1 Moh. Hatta
  • 2 Hamengkubuwana IX
  • 3 Adam Malik
  • 4 Umar Wirahadikusumah
  • 5 Soedharmono
  • 6 Try Sutrisno
  • 7 Bacharuddin Jusuf Habibie
  • 8 Megawati
  • 9 Hamzah Haz
  • 10 & 12 Jusuf Kalla
  • 11 Boediono
  • 13 Ma'ruf Amin
  • 14 Gibran Rakabuming Raka
  • l
  • b
  • s
Menteri Dalam Negeri Indonesia
Kementerian Dalam Negeri
  • Wiranatakusumah V
  • Sutan Sjahrir
  • Sudarsono Mangoenadikoesoemo
  • Mohamad Roem
  • Wondoamiseno
  • Mohamad Roem
  • Soekiman Wirjosandjojo
  • Teuku Muhammad Hasan (Darurat)
  • Soekiman Wirjosandjojo (Darurat)
  • Wongsonegoro
  • Ida Anak Agung Gde Agung (RIS)
  • Soesanto Tirtoprodjo
  • Assaat
  • Iskak Tjokroadisurjo
  • Mohamad Roem
  • Hazairin
  • Zainul Arifin
  • R. Sunarjo
  • Soeroso
  • R. Sunarjo
  • Sanusi Hardjadinata
  • Ipik Gandamana
  • Soemarno Sosroatmodjo
  • Basuki Rahmat
  • Amir Machmud
  • Soedharmono
  • Soepardjo Rustam
  • Rudini
  • Yogie Suardi Memet
  • R. Hartono
  • Syarwan Hamid
  • Feisal Tanjung
  • Soerjadi Soedirdja
  • Hari Sabarno
  • Mohammad Ma'ruf
  • Widodo Adi Sutjipto
  • Mardiyanto
  • Gamawan Fauzi
  • Tjahjo Kumolo
  • Tito Karnavian
Miring: Ad interim
Kategori
  • l
  • b
  • s
Menteri Sekretaris Negara Indonesia
  1. Abdoel Gaffar Pringgodigdo
  2. Mohammad Ichsan & Abdul Wahab Surjodiningrat
  3. Alamsyah Ratu Perwiranegara
  4. Soedharmono
  5. Moerdiono
  6. Saadilah Mursjid
  7. Akbar Tanjung
  8. Muladi
  9. Alirahman
  10. Bondan Gunawan
  11. Djohan Effendi
  12. Bambang Kesowo
  13. Yusril Ihza Mahendra
  14. Hatta Rajasa
  15. Sudi Silalahi
  16. Pratikno
  17. Prasetyo Hadi
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan V (1988–1993)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Soedharmono
Kementerian di bawah Menko Polkam: Sudomo
  • Mendagri: Rudini
  • Menlu: Ali Alatas
  • Menhankam: L. B. Moerdani
  • Menhak: Ismail Saleh
  • Menpen: Harmoko
Kementerian di bawah Menko Ekuin-PP: Radius Prawiro
  • Menkeu: J. B. Sumarlin
  • Mendag: Arifin Siregar
  • Menkop: Bustanil Arifin
  • Mentan: Wardojo
  • Menhut: Hasjrul Harahap
  • Menperin: Hartarto Sastrosoenarto
  • Mentamben: Ginandjar Kartasasmita
  • Menteri PU: Radinal Mochtar
  • Menhub: Azwar Anas
  • Menparpostel: Soesilo Soedarman
  • Menaker: Cosmas Batubara
  • Mentrans: Soegiarto
  • Menristek: Bacharuddin Jusuf Habibie
  • Menteri Kependudukan dan LH: Emil Salim
  • Menpera: Siswono Yudo Husodo
  • Menteri PPN/Kepala Bappenas: Saleh Afiff
  • Menpan: Sarwono Kusumaatmadja
Kementerian di bawah Menko Kesra: Soepardjo Rustam
  • Mendikbud: Fuad Hassan
  • Menkes: Adhyatma
  • Menag: Munawir Sjadzali
  • Mensos: Haryati Soebadio
  • Menpora: Akbar Tanjung
  • Menperwan: A. Sulasikin Murpratomo
Menteri muda yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden:
  • Menmukeu: Nasrudin Sumintapura
  • Menmudag: Soedradjad Djiwandono
  • Menmuperin: Tungki Ariwibowo
  • Menmutan: Sjarifuddin Baharsjah
  • Menmu PPN: Bernardus Sugiarta Muljana
Menteri dan pejabat setingkat menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden:
  • Panglima ABRI: Try Sutrisno, Edi Sudradjat
  • Jaksa Agung: Sukarton Marmosujono, Singgih
  • Gubernur Bank Indonesia: Adrianus Mooy
  • Mensesneg: Moerdiono
Sekretaris Kabinet: Saadillah Mursjid
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan IV (1983–1988)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Umar Wirahadikusumah
  • Kementerian di bawah Menko Polkam: Surono Reksodimedjo
  • Mendagri: Soepardjo Roestam
  • Menlu: Mochtar Kusumaatmadja
  • Menhankam/Panglima ABRI: Poniman
  • Menhak: Ali Said, Ismail Saleh
  • Menpen: Harmoko
Kementerian di bawah Menko Ekuin-PP: Ali Wardhana
  • Menkeu: Radius Prawiro
  • Mendag: Rachmat Saleh
  • Menkop: Bustanil Arifin
  • Mentan: Achmad Affandi
  • Menhut: Soedjarwo
  • Menperin: Hartarto Sastrosoenarto
  • Mentamben: Subroto
  • Menpu: Suyono Sosrodarsono
  • Menhub: Roesmin Noerjadin
  • Menparpostel: Achmad Tahir
  • Menaker: Sudomo
  • Mentrans: Martono
  • Menristek/Ketua BPPT: Bacharuddin Jusuf Habibie
  • Menteri Kependudukan dan LH: Emil Salim
  • Menpera: Cosmas Batubara
  • Menteri PPN/Ketua BAPPENAS: J. B. Sumarlin
  • Menpan: Saleh Afiff
  • Menmu PP-PDN: Ginandjar Kartasasmita
  • Menmu Pangan: Wardojo
  • Menmu PP-Tanras: Hasjrul Harahap
  • Menmu PP-Terkan: J.H. Hutasoit
  • Kementerian di bawah Menko Kesra: Alamsyah Ratu Perwiranegara
  • Mendikbud: Nugroho Notosusanto, J. B. Sumarlin (Plt.), Fuad Hassan
  • Menkes: Suwardjono Surjaningrat
  • Menag: Munawir Sjadzali
  • Mensos: Nani Soedarsono
  • Menpora: Abdul Gafur
  • Menperwan: Lasiyah Soetanto, Anindyati Sulasikin Murpratomo
Menteri dan pejabat setingkat menteri yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden:
  • Mensesneg: Soedharmono
  • Panglima ABRI: L.B. Moerdani, Try Sutrisno
  • Jaksa Agung: Ismail Saleh, Hari Suharto
  • Gubernur Bank Indonesia: Arifin M Siregar
Menmudseskab: Moerdiono
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan III (1978–1983)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Adam Malik
  • Kementerian di bawah Menko Polkam: Maraden Panggabean
  • Mendagri: Amir Machmud, Soedharmono (Plt.)
  • Menlu: Mochtar Kusumaatmadja
  • Menhankam/Panglima ABRI: M. Jusuf
  • Menhak: Moedjono, Ali Said
  • Menpen: Ali Moertopo
  • Kementerian di bawah Menko Ekuin/Kepala BAPPENAS: Widjojo Nitisastro
  • Menkeu: Ali Wardhana
  • Mendagkop: Radius Prawiro
  • Mentan: Soedarsono Hadisapoetro
  • Menperin: A.R. Soehoed
  • Mentamben: Subroto
  • Menpu : Purnomosidi Hadjisarosa
  • Menhub: Rusmin Nurjadin
  • Menakertrans: Harun Al-Rasjid Zain
  • Menpan: J. B. Sumarlin
  • Menteri PP-LH: Emil Salim
  • Menristek: Bacharuddin Jusuf Habibie
  • Kementerian di bawah Menko Kesra: Surono Reksodimedjo
  • Mendikbud: Daoed Joesoef
  • Menkes: Suwardjono Surjaningrat
  • Menag: Alamsyah Ratu Perwiranegara
  • Mensos: Sapardjo
Menteri muda yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden:
  • Menmupera: Cosmas Batubara
  • Menmukop: Bustanil Arifin
  • Menmuda: Abdul Gafur
  • Menmuprongan: Achmad Affandi
  • Menperwan: Lasiyah Soetanto
  • Menmutrans: Martono
Menteri dan pejabat setingkat menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden:
  • Mensesneg: Soedharmono
  • Jaksa Agung: Ali Said, Ismail Saleh
  • Gubernur Bank Indonesia: Rachmat Saleh
  • Pangkopkamtib: Sudomo
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan II (1973–1978)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Mendagri: Amir Machmud • Menlu: Adam Malik, Syarief Thayeb (Plt.) • Menhankam/Panglima ABRI: Maraden Panggabean • Menhak: Oemar Senoadji, Mochtar Kusumaatmadja • Menteri Penerangan: Mashuri Saleh, Sudharmono (Plt.) • Menperin: M. Jusuf • Mendag: Radius Prawiro • Menag: Abdul Mukti Ali • Menkeu: Ali Wardhana • Mentan: Thoyib Hadiwidjaja • Mentam: Mohammad Sadli • Menteri PUTL: Sutami • Menhub: Emil Salim • Mendikbud: Sumantri Brodjonegoro, Syarief Thayeb • Menkes: GA Siwabessy • Mensos: M. S. Mintaredja • Menakertranskop: Subroto • Menteri Ekuin/Kepala BAPPENAS: Widjojo Nitisastro • Menteri Kesra: Sunawar Sukowati • Menpan/Waket BAPPENAS: J. B. Sumarlin • Menteri Negara Riset: Sumitro Djojohadikusomo • Jaksa Agung: Ali Said • Gubernur Bank Indonesia: Rachmat Saleh • Pangkopkamtib: Sumitro, Soeharto, Sudomo (Plt.) • Mensesneg: Soedharmono
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan I (1968–1973)
Presiden: Soeharto
Mendagri: Basuki Rahmat, Amir Machmud • Menlu: Adam Malik • Menhankam/Panglima ABRI: Soeharto, Maraden Panggabean • Menhak: Oemar Senoadji • Menteri Penerangan: Boediardjo • Menkeu: Ali Wardhana • Mendag: Sumitro Djojohadikusomo • Mentan: Thoyib Hadiwidjaja • Menperin: M. Jusuf • Mentam: Sumantri Brodjonegoro • Menteri PUTL: Sutami • Menhub: Frans Seda • Mendikbud: Mashuri Saleh • Menkes: G.A. Siwabessy • Menag: Muhammad Dahlan, Abdul Mukti Ali • Menaker: Mursalin Daeng Mamangung, M. Sadli • Mentranskop: M. Sarbini, Subroto • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan, Idham Chalid (Plt.), M. S. Mintaredja • Menteri Ekuin: Sri Sultan Hamengkubuwono IX • Menteri Kesra: Idham Chalid • Menteri PPN/ Ketua BAPPENAS: Sunawar Sukowati, Widjojo Nitisastro • Menpenhukpemmen (dihapuskan sejak Reshuffle Kabinet pada 11 September 1971): M. S. Mintaredja • Menteri PPAN: Harsono Tjokroaminoto, Emil Salim • Jaksa Agung: Sugih Arto • Gubernur Bank Indonesia: Radius Prawiro • Pangkopkamtib: Maraden Panggabean, Sumitro • Mensesneg: Alamsyah Ratu Perwiranegara, Soedharmono
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soedharmono&oldid=27519587"
Kategori:
  • Kelahiran 1927
  • Kematian 2006
  • Meninggal usia 78
  • Meninggal usia 79
  • Tokoh militer Indonesia
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh Jawa Timur
  • Tokoh dari Bojonegoro
  • Tokoh dari Gresik
  • Tokoh Angkatan 45
  • Politikus Indonesia
  • Wakil Presiden Indonesia
  • Menteri Indonesia
  • Politikus Partai Golongan Karya
  • Ketua Partai Golongan Karya
  • Tokoh Orde Baru
  • Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana
  • Penerima Bintang Mahaputera Adipurna
  • Penerima Bintang Mahaputera Adipradana
  • Penerima Bintang Gerilya
  • Penerima Bintang Dharma
  • Penerima Bintang Sewindu APRI
  • Penerima Satyalancana Wira Karya
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Semua artikel yang membutuhkan referensi tambahan
  • Artikel yang membutuhkan referensi tambahan Juli 2025
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Pages using infobox officeholder with unknown parameters
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 12 Maret
  • Tanggal kematian 25 Januari
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles