More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Penyerbuan Jawa (1811) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penyerbuan Jawa (1811) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penyerbuan Jawa (1811)

  • العربية
  • Deutsch
  • English
  • Français
  • Italiano
  • 한국어
  • Bahasa Melayu
  • Polski
  • Português
  • Русский
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penyerbuan Jawa 1811
Bagian dari Peperangan era Napoleon

Ilustrasi pendaratan Inggris di Cilincing pada 4 Agustus 1811
Tanggal3 Agustus–18 September 1811
LokasiJawa, Hindia Belanda
Hasil Kemenangan Inggris
Perubahan
wilayah
Jawa direbut oleh Britania
Pihak terlibat
Britania Raya Britania Raya
  • Prancis Prancis
    • Prancis Hindia Belanda
Tokoh dan pemimpin
Robert Stopford
Samuel Auchmuty
Robert Rollo Gillespie
Jan Willem Janssens
Kekuatan
12.000 17.000
Korban
1.000 2.000
  • l
  • b
  • s
Konflik kolonial Belanda
abad ke-17
  • Banten (1601)
  • Melaka (1606)
  • Tanjung Rachado (1606)
  • Kepulauan Banda (1609―1621)
  • Makau (1622)
  • Pescadores (1622―1624)
  • Bahia (1624)
  • Teluk Persia (1625)
  • Elmina (1625)
  • Kuba (1628)
  • Batavia (1628―1629)
  • Recife (1630)
  • Albrolhos (1631)
  • Teluk Liao luo (1633)
  • Taiwan (1635—1636)
  • Pulau Lamey (1636)
  • Elmina (1637)
  • Vietnam (1637—1643)
  • Goa (1638)
  • Bahia I (1638)
  • Bahia II (1638)
  • Mormugão (1639)
  • Itamaracá (1640)
  • Ceylon (1640)
  • Melaka (1641)
  • Luanda (1641)
  • Taiwan (1641)
  • Taiwan (1642)
  • Chili (1643)
  • Kamboja (1643—1644)
  • Belanda Baru (1643–1645)
  • Tabocas (1645)
  • Filipina (1646)
  • Kombi (1647)
  • Guararapes (1648)
  • Guararapes (1649)
  • Taiwan (1652)
  • Kolombo ke-2 (1654)
  • Belanda Baru (1659—1663)
  • Taiwan (1661–1662)
  • Jawa (1674—1680)
Abad ke-18
  • Jawa (1704–1707)
  • Jawa (1719–1723)
  • India (1739–1741)
  • Jawa (1741–1743)
  • Penfui (1749)
  • Jawa (1749–1757)
  • Sumatra (1781)
  • India (1781)
  • Ceylon (1782)
  • Pantai Emas (1782)
  • Tanjung Koloni (1795)
Abad ke-19
  • Suriname (1804)
  • Tanjung Koloni (1806)
  • Jawa (1810—1811)
    • Batavia (1811)
  • Maluku (1810)
  • Jawa (1811)
  • Algiers (1816)
  • Palembang I (1819)
  • Palembang II (1821)
  • Sumatra (1821–1837)
  • Borneo (1823)
  • Bone (1824)
  • Bone (1825)
  • Diponegoro (1825–1830)
  • Aceh (1831)
  • Ahanta (1837–1839)
  • Bali I (1846)
  • Bali II (1848)
  • Bali III (1849)
  • Palembang (1851–1859)
  • Montrado (1854–1855)
  • Nias (1855–1864)
  • Bali IV (1858)
  • Bone (1859-1860)
  • Borneo (1859–1863)
  • Jepang (1863–1864)
  • Pasoemah (1864–1868)
  • Pantai Emas (1869–1870)
  • Aceh (1873–1913)
  • Mandor (1884–1885)
  • Jambi (1885)
  • Idi (1890)
  • Lombok dan Karangasem (1894)
  • Pedir (1897–1898)
Abad ke-20
  • Kerinci (1903)
  • Bone (1905–1906)
  • Bali (1906)
  • Bali (1908)
  • Venezuela (1908)
  • Perang dengan Jepang (1941–1945)
  • Revolusi Indonesia (1945–1949)
  • l
  • b
  • s
Peperangan era Napoleon
  • Peperangan Inggris
    • Perang Kapal Meriam
    • Perang Denmark-Swedia
  • Perang Inggris-Maratha
  • Koalisi Ketiga
  • Perang Inggris-Spanyol
  • Perang Rusia-Persia
  • Perang Pomerania
  • Koalisi Keempat
  • Perang Rusia-Turki
  • Perang Finlandia
  • Perang Inggris-Turki
  • Perang Semenanjung
  • Perang Inggris-Rusia
  • Koalisi Kelima
  • Perang Inggris-Swedia
  • Invasi Prancis ke Rusia
  • Koalisi Keenam
    • Kampanye Jerman
    • Kampanye di timur laut Prancis
    • Kampanye di darat daya Prancis
  • Perang Swedia-Norwegia
  • Koalisi Ketujuh
    • Perang Neapolitan
    • Kampanye Waterloo
    • Kampanye minor 1815

  • Kampanye Hindia Barat
  • Kampanye Adriatik
  • Invasi Jawa ke-1
  • Invasi Maluku
  • Samudera Hindia
  • Invasi Jawa ke-2

Penyerbuan Jawa pada 1811 adalah operasi amfibi yang dilancarkan Inggris terhadap Pulau Jawa di bawah Prancis. Prancis pada masa peperangan era Napoleon memiliki Jawa melalui berdirinya Republik Batavia pada 1795 dan Kerajaan Hollandia pada 1806 sebelum akhirnya menganeksasi Belanda pada 1810, meskipun Hindia Belanda tetap diperintah oleh orang Belanda.

Masa peralihan

[sunting | sunting sumber]

Letnan-gubernur Jawa yang baru dilantik, Thomas Stamford Raffles (1781–1826) mengakhiri metode pemerintahan Belanda, membebaskan sistem kepemilikan tanah, dan memperluas perdagangan. Pada Kongres Wina 1815, diputuskan bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon.

Melaka misalnya, dikembalikan kepada Belanda pada 1818, tetapi terpaksa oleh Belanda harus diserahkan kembali kepada Britania pada 1824 pada Perjanjian London (Traktat London). Kala itu diputuskan bahwa Belanda harus menyerahkan semua wilayahnya di Semenanjung Melayu pada Britania dan Britania menyerahkan semua wilayahnya di Sumatra pada Belanda.

Perjanjian 1 Agustus 1812

[sunting | sunting sumber]

Perjanjian 1 Agustus 1812 mengesahkan revolusi politik yang dilakukan oleh Inggris. Pasal dua perjanjian ini yang berisi kewajiban bagi penguasa lokal untuk membubarkan pasukan militer mereka. Pasal ini ditujukan terutama kepada Yogyakarta di mana Hamengkubuwana II berhasil membangun kekuatan militer dengan jumlah yang cukup besar (sekitar 9.000 prajurit), yang kemudian dibubarkan dan oleh Raffles sebagian prajurit ini dikirim ke Kalimantan Timur untuk bekerja di perkebunan milik temannya, Alexander Hare.[1]

Selain itu, ada salah satu pasal dalam perjanjian ini yang lebih memberatkan bagi masyarakat setempat, yaitu pasal delapan. Pasal ini mengharuskan semua orang asing dan orang Jawa yang lahir di luar daerah kerajaan harus tunduk pada peraturan pemerintah. Dibuat untuk melindungi orang Tionghoa, pasal ini menimbulkan banyak masalah. Setelah bulan Februari 1814, ketika Raffles meresmikan pengadilan residen, semua perkara yang melibatkan orang keturunan Tionghoa, asing, dan warga negara yang lahir di luar daerah kekuasaan keraton-keraton di Jawa Tengah bagian selatan, dikenai "hukum pemerintah", sebuah campuran hukum Romawi dan hukum sipil Belanda bersama dengan undang-undang yang diresmikan oleh Dewan Negara di Belanda yang berhubungan dengan koloni. Sejak saat itu, orang Jawa yang terlibat dalam perkara pengadilan dengan orang non-Jawa atau orang Jawa yang terlahir di daerah kekuasaan pemerintah harus membawa kasus mereka ke pengadilan-pengadilan ini, yang mengakibatkan rasa tidak puas yang meluas di masyarakat.[1]

Skema pajak baru

[sunting | sunting sumber]

Pemberlakuan skema pajak tanah yang baru, sesuai dengan perjanjian 1 Agustus 1812, terhadap daerah-daerah yang sebelumnya milik kerajaan dan baru saja dicaplok mengakibatkan penderitaan di masyarakat. Permintaan pemungut pajak Inggris yang terlalu memberatkan dan pembayaran pajak secara tunai, dalam bentuk uang perak, bukan dengan hasil tanam membuat para pemilik tanah jatuh ke tangan lintah darat keturunan Tionghoa yang memberikan bunga sangat tinggi. Hal ini menimbulkan ketegangan antar etnis karena rasa tidak puas yang meluas dan memicu pemberontakan petani secara besar-besaran dan menggerakkan pembataian etnis Tionghoa secara terogansir pada Juli-September 1825, yang mendampingi pecahnya Perang Jawa.[1]

Penyerbuan Meester Cornelis

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Penyerbuan Meester Cornelis
Diagram Meester Cornelis, Batavia (sekarang Jatinegara, Jakarta).

Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta) mempunyai panjang antara 1.600 meter dengan lebar antara 550–730 m. Dua ratus delapan puluh meriam dipasang di dinding dan benteng pertahanannya. Pembelanya adalah campuran dari Belanda, Prancis dan pasukan Hindia Timur (Pribumi-Nusantara). Sebagian besar pasukan Hindia Timur tersebut diragukan loyalitas dan efektivitasnya, meskipun ada beberapa pasukan artileri yang tangguh dari Sulawesi. Pos pertahanan yang direbut di Weltevreden (sekarang Sawah Besar) terbukti sebagai markas ideal yang digunakan Inggris untuk bisa menyerbu Meester Cornelis. Pada tanggal 14 Agustus Inggris melewati jalur yang melalui hutan dan perkebunan lada untuk memungkinkan mereka membawa senjata dan amunisi berat, dan memulai serbuan meriam di sisi utara benteng. Selama beberapa hari, terjadi baku tembak antara Meester Cornelis dan meriam Inggris, diawaki terutama oleh Marinir Kerajaan dan pelaut dari HMS Nisus.[2]

Sebuah serangan cepat dari Meester Cornelis pada pagi buta tanggal 22 Agustus secara singkat merebut tiga meriam Inggris, sampai mereka didorong kembali oleh beberapa para prajurit Bengali dan Resimen Serdadu ke-69.[3] Kedua belah pihak kemudian saling beradu tembak, yang mulai mereda pada 23 Agustus, tetapi berlanjut lagi pada tanggal 24 Agustus.[4][5] Posisi pasukan Prancis-Belanda memburuk ketika seorang desertir membantu Jenderal Rollo Gillespie untuk menangkap dua benteng pertahanan yang terkejut. Gillespie, yang sedang menderita demam, roboh, tetapi pulih untuk menyerbu sebuah benteng pertahanan ketiga. Jenderal Prancis Jauffret tertangkap dan dipenjarakan. Dua perwira Belanda, Mayor Holsman dan Mayor Muller, mengorbankan diri mereka dengan meledakkan amunisi benteng pertahanan itu.[6]

Tiga benteng pertahanan tersebut adalah kunci pertahanan Meester Cornelis, dan hilangnya mereka menurunkan moral sebagian besar pasukan Hindia Timur Janssens. Banyak tentara Belanda yang juga membelot, menyangkal kesetiaan mereka terhadap Prancis. Tentara Inggris menyerbu Meester Cornelis di tengah malam pada 25 Agustus, merebutnya setelah pertempuran yang sengit.[4][5] Penyerbuan tersebut memakan korban jiwa 630 korban di pihak tentara Inggris. Korban di pihak Prancis-Belanda lebih berat, namun hanya korban yang merupakan perwira militer yang tercatat. Empat puluh dari mereka tewas, enam puluh tiga terluka, dan 230 ditangkap, termasuk dua jenderal Prancis.[6] Hampir 5.000 orang ditangkap, termasuk tiga perwira jenderal, 34 petugas lapangan, 70 kapten dan 150 perwira bawahan.[5] 1.000 pria ditemukan tewas di benteng tersebut, dengan lebih banyak yang terbunuh dalam pengejaran berikutnya.[5] Janssens melarikan diri ke Buitenzorg dengan beberapa yang selamat dari pasukannya, tetapi dipaksa untuk meninggalkan kota tersebut ketika Inggris juga mendekat.[5]

Jumlah kerugian total Inggris dalam operasi militer setelah jatuhnya Meester Cornelis adalah sebesar 141 tewas, 733 terluka dan 13 hilang dari Angkatan Darat, dan 15 tewas, 45 terluka dan tiga hilang dari Angkatan Laut; total 156 tewas, 788 terluka dan 16 hilang saat 27 Agustus.[5]

Rujukan

[sunting | sunting sumber]
  • Robert Cribb, 2000, A Historical Atlas of Indonesia, London: Curzon Press.
  • M.C. Ricklefs, 1993, A History of Modern Indonesia since c. 1300. London: Macmillan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Carey, P. B. R.; A. Noor, Farish (2022). Ras, kuasa, dan kekerasan kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-481-656-8. OCLC 1348391104. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  2. ^ Fregosi. Dreams of Empire. hlm. 322.
  3. ^ nationalarchives site
  4. ^ a b Woodman. The Victory of Seapower. hlm. 108.
  5. ^ a b c d e f James. The Naval History of Great Britain. Vol. 6. hlm. 34.
  6. ^ a b Fregosi. Dreams of Empire. hlm. 323.
  • l
  • b
  • s
Sejarah konflik di Nusantara
Pra-kolonial
  • Perang Medang–Sriwijaya
  • Invasi Sriwijaya oleh Medang
  • Pemberontakan Wurawari
  • Invasi Chola ke Sriwijaya
  • Ekspedisi Pamalayu
  • Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa
  • Pemberontakan Ra Kuti
  • Perang Bubat
  • Penjarahan Singapura
  • Perang Regreg
  • Serbuan Demak ke Majapahit
Kolonial Portugis
  • Perang Ternate-Spanyol
  • Konflik Aceh–Portugal
  • Perang Ternate–Portugal
Kolonial VOC
  • Konflik Mataram–Belanda
  • Penyerbuan ke Batavia (1628)
  • Pertempuran Melaka (1641)
  • Perang Takhta Jawa Pertama
  • Perang Takhta Jawa Kedua
  • Geger Pacinan
  • Perang Jawa (1741–43)
  • Perang Kuning (1741-50)
  • Perang Takhta Jawa Ketiga
  • Perang Bayu
  • Pembantaian Amboyna
  • Perang Makassar
Kolonial Belanda
  • Perang Padri (1821–37)
  • Perang Pattimura
  • Pemberontakan Ronggo (1810)
  • Geger Sepehi (1812)
  • Perang Diponegoro (1825–30)
  • Ekspedisi Palembang
    • 1819
    • 1821
  • Invasi Belanda ke Pantai Barat Sumatera (1831)
  • Ekspedisi Sumatera Pertama
  • Perang Aceh Pertama
  • Perang Aceh (1873–1913) (Ekspedisi Tanah Gayo, Alas, dan Batak)
  • Perang Bali
    • 1846
    • 1848
    • 1849
    • 1858
    • 1894
    • 1906
    • 1908
  • Pemberontakan di Kalimantan Barat
    • 1823
    • 1850–54
    • 1854–55
  • Pemberontakan Batipuh
  • Perang Banjar (1859–63)
  • Perang Bone
    • 1824
    • 1825
    • 1859
  • Penyerbuan Jawa 1811
    • Penyerbuan Meester Cornelis
  • Perang Tapanuli
  • Ekspedisi Palembang (1851–59)
  • Nias (1855–64)
  • Besemah (1864–68)
  • Mandor (1884–85)
  • Jambi (1885)
  • Ekspedisi Idi (1890)
  • Ekspedisi Pidie (1897–98)
  • Ekspedisi Kerinci (1903)
  • Ekspedisi Sulawesi (1905–06)
  • Perang Belasting
    • Perang Kamang
    • Perang Manggopoh
Pendudukan Jepang
  • Kampanye Hindia Belanda
  • Pembantaian Sook Ching
  • Peristiwa Mandor
  • Peristiwa Loa Kulu
  • Pertempuran Lima Hari


Ikon rintisan

Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyerbuan_Jawa_(1811)&oldid=26923737"
Kategori:
  • Sejarah Nusantara
  • Perang yang melibatkan Belanda
  • Perang yang melibatkan Britania Raya
  • Hindia Belanda dalam tahun 1811
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Semua artikel rintisan
  • Rintisan bertopik sejarah Indonesia
  • Semua artikel rintisan Februari 2025

Best Rank
More Recommended Articles