More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Reog - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Reog - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Reog

  • Basa Bali
  • English
  • Jawa
  • Bahasa Melayu
  • Sunda
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat Reog (disambiguasi).
Reog
Pertunjukan Reog Ponorogo dalam acara Eksotika Bromo di Jawa Timur, Indonesia
Nama asliꦫꦺꦪꦺꦴꦒ꧀
InstrumenGamelan
TahunAbad ke-15
AsalMasyarakat Jawa di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
Reog Ponorogo performing art
Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
NegaraIndonesia
Referensi01969
KawasanAsia dan Pasifik
Sejarah Inskripsi
Inskripsi2024 (sesi ke-19th)
DaftarNeed of Urgent Safeguarding

Reog[1] (aksara Jawa: ꦫꦺꦪꦺꦴꦒ꧀, Réyog) merupakan tarian tradisional dari Ponorogo, Jawa Timur dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, dengan berat topeng mencapai 50–60 kg. Ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping dan Reog asli dari Indonesia [1]

Pada 3 Desember 2024, seni pertunjukan Reog Ponorogo masuk dalam daftar UNESCO sebagai Warisan budaya takbenda yang perlu segera dijaga kelestariannya.[2]

Tentang Reog

[sunting | sunting sumber]

Reog merupakan salah satu seni budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut, dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.[3]

Tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping. Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo yang dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival.

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Reog obyog Sering pentas di pelataran atau jalan tanpa mengikuti pakem tertentu. Biasanya mengisi acara hajatan, bersih desa, hingga pementasan semata untuk menghibur. Sedangkan Reog Festival sudah mengalami modifikasi dan ditampilkan sesuai pakem dalam acara tahunan Festival Reog yang diadakan Pemerintah Kota Ponorogo sejak 1997. Reog Ponorogo resmi menjadi Warisan Budaya Tak benda (WBTb) UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 2024.[4]

Sejarah

[sunting | sunting sumber]
Pertunjukan Reog di Ponorogo pada tahun 1920. Selain Reog, terdapat pula penari kuda kepang, Bujang Ganong, Warok dan Potro.

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok,[5] namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.[6] Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.[5][7]

Singo Barong atau dadak Merak, sebuah Ikon Reog Ponorogo

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Tiongkoknya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jathilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng Singa Barong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.[8][9] Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng Kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Klono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.[7]

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kerajaan Daha, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kerajaan Daha. Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo, Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Daha dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.[5][7]

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Pementasan Seni Reog

[sunting | sunting sumber]
Reog Ponorogo

Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda. Pada Reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh gemblak, penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.

Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni Reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.

Adegan dalam seni Reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni Reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah Singa Barong, di mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50–60 kg.[10] Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Tokoh-tokoh dalam seni Reog

[sunting | sunting sumber]

Warok

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Warok
Warok

"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik. Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).[11][12]

Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.[11][13]

Jathil

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Jathil
Jathil

Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau semangat sang penari.[13][14]

Jathil ini pada mulanya ditarikan oleh gemblak, laki-laki yang halus, berparas tampan atau mirip dengan wanita yang cantik.[15] Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, dan cekatan. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.[16]

Saat ini Mestro Jathilan adalah Wenas Sudirman Paju yang masih aktif memperagakan tari Jathilan Lanang atau laki-laki dan Jathilan Pakem.

Bujang Ganong

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Bujang Ganong
Bujang Ganong

Bujang Ganong atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang energik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga di setiap penampilannya senantiasa diperagakan oleh 2 orang pada umumnya yang selalu ditunggu-tunggu oleh penonton khususnya anak-anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang patih muda yang meskipun secara fisik cenderung buruk rupa, tetapi ia cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka, dan sakti.[13] Topeng Bujang Ganong berwarna merah menyala dengan khas mata yang melotot, hidung yang besar, dan gigi yang menonjol. Topeng tersebut terbuat dari kayu dadap, sedangkan rambut pada topengnya terbuat dari ekor kuda.[17]

Saat ini Maestro Bujang Ganong adalah Hartono Leke Pakunden yang menciptakan pakem tari Bujang Ganong serta masih aktif memperagakan tari Bujang Ganong dan membuat topeng Bujang Ganong maupun peralatan Reog.

Klono Sewandono

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Klono Sewandono
Raja Prabu Klono Sewandono

Klono Sewandono atau Raja Klono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Pecut Samandiman ke mana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut.[6] Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tariannya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.[13]

Singo Barong

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Singo Barong dan Topeng dadak merak
Raja Prabu Singo Barong

Singo Barong adalah tokoh dan penari berkepala macan dengan hiasan merak dan paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagian topengnya antara lain; kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit macan gembong/harimau jawa. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik.[10][18] Krakap terbuat dari kain beledu warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesori dan tempat menuliskan identitas grup Reog.[13] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya mencapai 80 kilogram.[10]

Saat ini Maestro Pembarong adalah Pembarong saudara Kembar Yakni Wondo Babadan dan Wandi Cokromenggalan, Wondo dan Wandi menciptakan tarian Merak Tarung atau dadak merak kembar sehingga dapat diperagakan lebih dari satu Singo Barong, Meski usianya lebih 70 tahun masih aktif memperagakan tarian Barongan.

Penyebaran

[sunting | sunting sumber]

Dalam data Lembaga Arsip Reyog Ponorogo, Reog dapat ditemukan di berbagai negara seperti di Amerika Serikat, Australia, Jerman, Arab Saudi, Lebanon, Suriname, Hongkong, Makau, Taiwan, Korea, Jepang, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam dan Malaysia. Reog yang ada di Malaysia telah ada lebih dari 100 tahun dan keberadaannya terbanyak di luar Indonesia.[19]

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]
Foto tari Barongan di situs web resmi Malaysia, yang memicu kontroversi.

Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan tetapi memiliki unsur Islam.[20] Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs web resmi Kementerian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.[21]

Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs web resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia",[22] dan diakui sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang banyak terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.[23] Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs web resmi tersebut adalah buatan perajin Ponorogo.[24] Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta.[25] Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.[23]

Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak akan berani mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut "Barongan" di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh masyarakat Jawa yang merantau ke negeri tersebut sebelum negara Indonesia dibentuk, menjadikan imigran itu tidak termasuk sebagai warga negara Indonesia.[26]

Jumlah prestasi tingkat nasional dan internasional yang diraih grup Reog Ponorogo memperoleh apresiasi mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Bahkan ke depan Reog Ponorogo akan didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Menurut Gubernur Jakarta, selama ini komunitas Reog Ponorogo yang ada di Jakarta sering kali mengharumkan nama Pemprov DKI dengan beragam prestasi dan gelar juara, baik tingkat nasional maupun internasional. Karena itu, Basuki berencana untuk bekerjasama dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) agar Komunitas Reog Ponorogo di Jakarta dimasukan ke dalam agenda tahunan.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Festival Nasional Reog Ponorogo

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata reog pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  2. ^ "UNESCO - Reog Ponorogo performing art". ich.unesco.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-06.
  3. ^ "Monumen Reog Ponorogo, Patung Tertinggi yang Memukau Dunia". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2023-05-22.
  4. ^ Fathanah, Thea. "Reog Ponorogo Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2024-12-05.
  5. ^ a b c Timur 1978.
  6. ^ a b "Reog Ponorogo". Warisan Budaya Takbenda. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1 Januari 2013. Diarsipkan dari asli tanggal 30 Maret 2020. Diakses tanggal 30 Maret 2020.
  7. ^ a b c "Pesan Sakral di Balik Reog Ponorogo". Liputan6.com. 10 Maret 2019. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  8. ^ Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta 1997, hlm. 1-59.
  9. ^ Kaset video No. 24, 14/7/1991, arsip video milik Josko Petkovic.
  10. ^ a b c Aries Susanto, ed. (21 Februari 2015). "Reog Ponorogo: Merak Reog Seberat 50 Kg, Pemain Harus Jalani Laku Ini". Solopos. Diarsipkan dari asli tanggal 30 Maret 2020. Diakses tanggal 30 Maret 2020.
  11. ^ a b Dewanto Samodro (30 Agustus 2019). "Warok sebagai karakter masyarakat Ponorogo". ANTARA News. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  12. ^ Muhammad Ishomuddin (23 April 2019). "Relasi Mistis dan Sensual Rumit Antara Warok-Gemblak di Ponorogo". vice.com. VICE. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  13. ^ a b c d e ditindb (17 Desember 2015). "Reog Ponorogo". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  14. ^ Imam Mubarok (21 Oktober 2014). "Mengenal falsafah dan sejarah Reog Ponorogo". Merdeka.com. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  15. ^ Endra Dwiono (29 Agustus 2019). "Dalam Sejarah, Penari Jathil Adalah Laki-Laki". Berita Jatim. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  16. ^ "Talks on Reyog Ponorogo - Intersections : gender, history and culture in the Asian context". intersections.anu.edu.au. Perth, W.A: Murdoch University, School of Asian Studies. 02 Mei 1999. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020. ;
  17. ^ Charolin Pebrianti (5 Maret 2018). "Cerita di Balik Perajin Topeng Ganongan di Ponorogo". detikNews. Diarsipkan dari asli tanggal 8 Maret 2020. Diakses tanggal 8 Maret 2020.
  18. ^ "Kerajinan Pembuatan Kelengkapan Reog Ponorogo". Warisan Budaya Takbenda. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1 Januari 2013. Diarsipkan dari asli tanggal 30 Maret 2020. Diakses tanggal 30 Maret 2020.
  19. ^ https://www.facebook.com/arsipreyog/photos/a.1505674966421991/1573554592967361/
  20. ^ Ismoko Widjaja (29 November 2007). "Tarian Barongan Malaysia atau Reog Ponorogo?". Okezone News. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  21. ^ "Tarian Barongan". Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia. 2007. Diarsipkan dari asli tanggal 24 November 2007. Diakses tanggal 12 Maret 2020.
  22. ^ "Soal Klaim Reog, Bupati Ponorogo Akan Lawan Malaysia". ANTARA News. 22 November 2007. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  23. ^ a b "Mirip Tari Reog, Pemerintah Akan Teliti Tari Barongan Malaysia". detikNews. 23 November 2007. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  24. ^ "Terusik Lagi Klaim Negeri Jiran". Liputan6.com. 26 Juni 2012. Diarsipkan dari asli tanggal 4 Maret 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  25. ^ "Ribuan Seniman Reog Demo di Kedutaan Malaysia". Metrotvnews. 29 November 2007. Diarsipkan dari asli tanggal 3 Juni 2008. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
  26. ^ "Malaysia Membantah Mengklaim Reog". Sinar Harapan. 29 November 2007. Diarsipkan dari asli tanggal 2 Mei 2008. Diakses tanggal 4 Maret 2020.

Bibliografi

  • Timur, Sunarto (1978), Reog di Jawa Timur, Jakarta: Proyek Sasana Budaya Depdikbud
  • Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta (1997), "Drama Tradisional Reog: Suatu Kajian Sistem Pengetahuan Dan Religi", Laporan Penelitian Jarahnitra, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm. 1–59, ISSN 0854-3178

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Rahimsyah, M. B.; Tasrif, Mahmudi; Hidayat, Kidh (1990), Asal-usul Reog Ponorogo, Surabaya: Karya Anda, OCLC 464303655
  • Asmoro, Achmad (2013), Pasang Surut Dominasi Islam terhadap Kesenian Reog Ponorogo, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung[pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Reog.
  • Definisi kamus reog di Wikikamus
  • (Inggris) Asal usul Reog Ponorogo
  • Video Reog Ponorogo di Festival Nasional Reog Ponorogo
  • l
  • b
  • s
Reog
Tokoh
  • Singo Barong
  • Klono Sewandono
  • Bujang Ganong
  • Jathil
  • Warok
Alat musik
  • Kendang
  • Ketipung
  • Kenong
  • Kempul
  • Angklung Reog
  • Selompret Reog
  • Gong
Festival
  • Festival Nasional Reog Ponorogo
Lainnya
  • Kucingan
  • Topeng dadak merak
  • Dewi Songgolangit
  • Gemblak
Commons • Kategori
  • l
  • b
  • s
Tarian Indonesia
Sumatra
Aceh
  • Laweut
  • Likok Pulo
  • Pho
  • Rabbani Wahed
  • Ranup lam Puan
  • Geleng
  • Rateb Meuseukat
  • Ratoh Duek
  • Rencong
  • Seudati
  • Tarek Pukat
Alas-Kluet
  • Landok Sampot
  • Landok Alun
  • Mesekat
  • Tari Pelabat
Batak
  • Karo
    • Gundala-Gundala
    • Guro-Guro Aron
    • Ndikkar
    • Piso Surit
  • Mandailing
    • Endeng-endeng
    • Sarama Datu
  • Toba
    • Tortor
Gayo
  • Bines
  • Didong
  • Guel
  • Munalu
  • Resam Berume
  • Saman
  • Sining
  • Turun Ku Aih Aunen
Kerinci
  • Aseik
  • Iyo-Iyo
  • Ngagah Harimau
  • Rentak Kudo
  • Tauh
Lampung
  • Batin
  • Bedana
  • Cangget
Melayu
  • Persembahan
  • Zapin
  • Jambi
    • Mengaup
    • Sekapur Sirih
    • Selampit Delapan
  • Kepulauan Riau
    • Inai
Mentawai
  • Turuk
    • Laggai
    • Pokpok
    • Uliat Bilou
    • Uliat Manyang
Minangkabau
  • Indang
  • Pasambahan
  • Payung
  • Piring
Nias
  • Bölihae
  • Fahimba
  • Famanu-manu
  • Fanari Moyo
  • Fatele
  • Hiwö
  • Maena
  • Maluaya
  • Manaho
  • Mogaele
Palembang
  • Gending Sriwijaya
  • Tanggai
  • Erai-Erai
  • Setudung Sedulang
  • Sambut Silampari
  • Kebagh
  • Tepak Keraton
Rejang, Kaur,
Mukomuko,
dan Serawai
  • Andun
  • Bidadari Teminang Anak
  • Bubu
  • Ganau
  • Gandai
  • Kejei
  • Lanan Belek
  • Napa
  • Penyambutan
  • Putri Gading Cempaka
  • Pukek
  • Tabot
  • Tombak Kerbau
Singkil
  • Dampeng
Tamiang
  • Ula-ula Lembing
Jawa
Bantenan
  • Bendrong Lesung
  • Rudat Banten
Betawi
  • Cokek
  • Nandak Ganjen
  • Ondel-ondel
  • Topeng tunggal
  • Yapong
Cirebon-Indramayu
  • Sintren
  • Topeng Cirebon
  • Topeng Klana Udeng
Jawa
  • Kuda lumping
  • Wayang orang
  • Jawa Tengahan
    • Bambangan Cakil
    • Bedaya
      • Ketawang
    • Bondan
    • Dolalak
    • Ebeg
    • Emprak
    • Gambang Semarang
    • Gambyong
    • Golek Lambangsari
    • Kridhajati
    • Srimpi
    • Topeng Lengger
    • Tayub
  • Yogyakarta
    • Aji Saka
    • Angguk
    • Badui
    • Bedaya
      • Angron Sekar
      • Bontit
      • Kuwung-Kuwung
      • Sapta
      • Tejanata Paku Alam
    • Beksan
      • Etheng
      • Golek Menak
      • Guntur Segara
      • Jebeng
      • Kuda Gadhingan
      • Trunajaya
    • Dadung Awuk
    • Golek Ayun-Ayun
    • Khuntulan
    • Montro
    • Peksi Moi
    • Srimpi
      • Pandhelori
      • Ranggajanur
  • Jawa Timuran
    • Gandrung Banyuwangi
    • Jaran kencak
    • Jaranan Dor
    • Jathil
    • Kethek ogleng
    • Klana Topeng
      • Cirebon
      • Madura
      • Malang
      • Surakarta
      • Yogyakarta
    • Reog
    • Remo
Madura
  • Blandaran
  • Muang Sangkal
Sunda
  • Buyung
  • Jaipongan
  • Ketuk Tilu
  • Merak
  • Ronggeng Gunung
Kalimantan
Banjar
  • Baksa Kembang
  • Banjar
  • Jepen
  • Radap Rahayu
Bulungan
  • Jugit Demaring
Dayak
  • Bahin
  • Burung enggang
  • Gantar
  • Gong
  • Hudoq
  • Giring-Giring
  • Kayau
  • Kanjar
  • Magunatip
  • Manasai
  • Muji bakul
  • Pedang
  • Silo Laut Danum
Melayu Kalimantan
  • Japin Sigam
Kutai Kartanegara
  • Ganjur
Paser
  • Ratu Balu
Tidung
  • Ambi
  • Bangun
  • Jepin Kinsat Suara Siam
  • Liaban
Nusa Tenggara
Alor
  • Lego-Lego
Bali
  • Baris
  • Barong Bali
  • Cendrawasih
  • Condong
  • Janger
  • Joged Bumbung
  • Kebyar duduk
  • Kecak
  • Legong
  • Pendet
  • Rejang
  • Topeng Pajegan
  • Sanghyang
Bima dan Sumbawa
  • Bajang Girang
  • Lenggo
  • Nganga
  • Nguri
  • Wura Bungi Monca
Flores
  • Caci
  • Gawe Au
  • Ja'i
  • Pado'a
Sasak
  • Oncer
  • Pakon
  • Peresean
  • Sireh
  • Tandang Mendet
Sumba
  • Kabokang
  • Kandingang
  • Ningguharama
  • Kataga
  • Woleka
Timor
  • Cerana
  • Likurai
Sulawesi
Bugis, Makassar,
Bone, dan Luwu
  • Alusu
  • Kipas Pakarena
  • Pakarena
  • Salonreng
Buton, Muna, dan Wakatobi
  • Ando-Ando
  • Balumpa
  • Basalonde
  • Lariangi
  • Linda
  • Lumense
  • Malulo
  • Mondotambe
Gorontalo
  • Dana–dana
  • Elengge
  • Langga
  • Mopohuloo/Modepito
  • Sabe
  • Saronde
  • Tanam Padi
  • Tidi Lo Malu
  • Tulude
Mandar
  • Pallake
  • Tuqduq
Minahasa
  • Cakalele
  • Katrili
  • Lenso
  • Maengket
Bolaang dan Mongondow
  • Dangisa
  • Kabela
  • Tuitan
Padoe
  • Moriringgo
Bare'e, Pamona, dan Kaili
  • Dero
  • Modero
  • Moraego
  • Pamonte
  • Torompio
Sangihe, Talaud,
dan Siau Tagulandong
Biaro
  • Alabadiri
  • Gunde
  • Mesalai
  • Ransansahabe
  • Tari Salo
  • Upase
Toraja
  • Pa'gellu
Kepulauan Maluku dan Papua
Arfak
  • Tumbu Tanah
Asmat
  • Det Pok Mbui
Biak
  • Fayaryer Rak Wadwa Biak
  • Yosim Pancar
Dani
  • Selamat Datang
Fakfak
  • Aniri
Isirawa
  • Karamo
Mimika (Kamoro)
  • Salawaku
Kep. Maluku Tengah dan Selatan
  • Dansa Tali
  • Ehe lawn
  • Horlapep
  • Katreji
  • Lenso
  • Maku-Maku
  • Poco-poco
  • Saureka Reka
  • Sahu Reka-Reka
Kep. Maluku Utara
  • Bon Mayo
  • Dengedenge
  • Gala
  • Gumatere
  • Kene-Kene
  • Lala
  • Legu Sahu
  • Salai Jin
  • Sara Dabi-Dabi
  • Sara Re Selo
  • Soya-Soya
  • Tide-tide
  • Togal
Moi
  • Aluyen
  • Sajojo
  • Wutukala
Sentani
  • Awaijale Rilejale
Serui dan Waropen
  • Afaitaneng
  • Pulale
  • Soanggi
Lain-lain
India-Indonesia
  • Dangdut
  • Sendratari Ramayana
Arab-Indonesia
  • Tarian Sufi
  • Zapin Arab
Tionghoa-Indonesia
  • Barongsai
  • Liong
Eropa-Indonesia
  • Katreji
  • Katrili
Kategori
  • l
  • b
  • s
Topik Ponorogo
Bupati: Sugiri Sancoko — Wakil bupati: Lisdyarita
Sejarah
Sejarah Kabupaten Ponorogo • Kerajaan Wengker • Ki Ageng Kutu • Bathara Katong • Kota Lama
Lambang Kabupaten Ponorogo
Pemerintahan
Eksekutif
Bupati Ponorogo
Legislatif
DPRD Ponorogo
Pendidikan
Perguruan tinggi • Pesantren • Sekolah
Demografi
Penduduk • Agama • Bahasa
Wisata
Wisata Kota
Alun-alun Ponorogo • Taman Wisata Ngembag
Gunung dan Bukit
Gunung Bayangkaki • Gunung Beruk • Gunung Bedes • Gunung Gajah • Gunung Masjid • Gunung Pringgitan • Gunung Loreng • Gunung Tumpang • Bukit Mloko Sewu • Bukit Teletubbies • Bukit Cumbri • Tanah Goyang
Air Terjun
Air Terjun Coban Lawe • Air Terjun Grojogan Coban • Air Terjun Juruk Klenteng • Air Terjun Midodaren • Air Terjun Pletuk • Air Terjun Setapak • Air Terjun Toyomerto • Air Terjun Widodaren
Waduk
Telaga Ngebel
Gua
Gua Lowo • Gua Maria Fatima
Hutan
Hutan Wisata Kucur
Seni dan Budaya
Tarian dan Kesenian
Reog • Gajah-gajahan
Upacara Adat
Grebeg Suro • Kirab Pusaka • Larung Risalah Doa
Festival
Festival Nasional Reog Ponorogo
Kuliner
Makanan
Pecel Ponorogo • Sate Ponorogo • Tiwul goreng • Rujak petis Welirang • Serabi Ponorogo • Sate Kopok
Minuman
Dawet Jabung
Jajanan
Jenang Mirah • Getuk Golan
Tempat ibadah
Masjid Agung Ponorogo • Masjid Tegalsari • Gereja KJW Jemaat Ponorogo
Belanja dan Hiburan
Ponorogo City Center • Pasar Legi Songgolangit
Olahraga
Stadion Batoro Katong • Gelanggang Olahraga Singodimedjo • Persepon Ponorogo
Transportasi
Terminal Seloaji
Lainnya
Pembagian administratif • Stasiun Radio • Balon Lebaran Ponorogo
Lihat pula: Kategori • Commons
  • l
  • b
  • s
Hubungan Indonesia dengan Malaysia
Politik
  • Ambalat
  • Insiden penyerempetan kapal 2005
  • Konfrontasi Indonesia-Malaysia
  • Sipadan dan Ligitan
  • Sentimen anti-Malaysia di Indonesia
Budaya
  • Indon
  • Rasa Sayange
  • Reog (Ponorogo)
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reog&oldid=27150317"
Kategori:
  • Reog
  • Budaya Indonesia
  • Budaya Jawa
  • Kesenian Barongan
  • Kabupaten Ponorogo
  • Tarian dari Jawa
  • Tarian dari Jawa Timur
  • Tari di Indonesia
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Galat CS1: tanggal
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Pranala kategori Commons ada di Wikidata

Best Rank
More Recommended Articles