More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Peristiwa 17 Oktober - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Peristiwa 17 Oktober - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peristiwa 17 Oktober

  • English
  • Français
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Peristiwa 17 Oktober 1952)
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Peristiwa 17 Oktober" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
(Oktober 2024)
Peristiwa 17 Oktober
Bagian dari Era Demokrasi Liberal (1950–1959)
Situasi di Istana Merdeka saat peristiwa itu terjadi
Tanggal17 Oktober 1952
LokasiJakarta, Indonesia
Sebab
  • Penentangan terhadap skema sentralisasi dan demobilisasi Kabinet Wilopo di dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
Tujuan
  • Pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
  • Penyelenggaraan pemilu
Bagian dari seri mengenai
Sejarah Indonesia
Prasejarah
Manusia Jawa 1.000.000 BP
Manusia Flores 94.000–12.000 BP
Bencana alam Toba 75.000 BP
Kebudayaan Buni 400 SM
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Kalingga 424–782
Tarumanagara 450–900
Kerajaan Melayu 671–1347
Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Bima 709–1621
Mataram Kuno 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1046
Kerajaan Janggala 1042–1135
Kerajaan Kadiri 1042–1222
Kerajaan Singasari 1222–1292
Majapahit 1293–1478
Kerajaan Islam
Lihat: Penyebaran Islam di Nusantara
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Bone 1300–1905
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–sekarang
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888, sekarang Brunei
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kerajaan Giri 1481–1680
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kerajaan Balanipa 1511–sekarang
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–sekarang
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Jambi 1615–1904
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Palembang 1659–1823
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–sekarang
Kesultanan Yogyakarta 1755–sekarang
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Negara lainnya
Lihat: Kerajaan-kerajaan Kristen di Nusantara
Kerajaan Soya 1200–sekarang
Kerajaan Bolaang Mongondow 1320–1950
Kerajaan Manado 1500–1670
Kerajaan Siau 1510–1956
Kerajaan Larantuka 1515–1962
Kerajaan Sikka
Kerajaan Tagulandang 1570–1942
Kerajaan Manganitu 1600–1944
Republik Lanfang 1777–1884
Kerajaan Lore 1903–sekarang
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Munculnya Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Republik Indonesia
Awal Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Menurut topik
  • Arkeologi
  • Mata uang
  • Ekonomi
  • Militer
Garis waktu
 Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s

Peristiwa 17 Oktober 1952 adalah peristiwa di mana KSAD (saat itu dijabat A.H. Nasution) dan tujuh panglima daerah meminta Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) dibubarkan. Bahkan Kemal Idris, salah satu dari tujuh panglima, pernah mengarahkan moncong meriam ke Istana dengan dalih melindungi Presiden Soekarno dari demonstrasi mahasiswa.[1]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Pemicu dari Peristiwa 17 Oktober ini adalah pemilu yang tertunda-tunda dianggap sebagai taktik DPRS (yang didukung Soekarno) untuk mempertahankan keadaan yang makin parah. Konflik internal militer dan partai-partai menajam, korupsi meluas, dan keadaan keamanan memburuk. Pada 13 Juli 1952, Kolonel Bambang Supeno, orang dekat Soekarno yang sering keluar-masuk Istana, mengirim surat ke Perdana Menteri Wilopo, Presiden, dan DPRS, menyatakan tak lagi memercayai pimpinan Angkatan Perang, khususnya Angkatan Darat (yang saat itu dipimpin Nasution). Bambang Supeno melobi Soekarno sampai akhirnya Bambang Sugeng menggantikan Nasution sebagai KSAD dan Nasution dipecat. Tujuh perwira daerah ada yang ditahan dan digeser kedudukannya.[1]

Kronologi peristiwa

[sunting | sunting sumber]

Peristiwa ini bersumber pada kericuhan yang terjadi di lingkungan Angkatan Darat (AD). Kolonel Bambang Supeno tidak menyetujui kebijakan Kolonel A.H. Nasution selaku KSAD. Ia mengajukan surat kepada Menteri Pertahanan dan Presiden dengan tembusan kepada Parlemen berisi hal tersebut dan meminta agar Kolonel A.H. Nasution diganti. Manai Sophiaan selaku anggota Parlemen dari PNI mengajukan mosi agar pemerintah membentuk panitia khusus untuk mempelajari masalah tersebut dan mengajukan usul pemecahannya. Hal demikian dirasakan oleh pimpinan AD sebagai usaha campur tangan Parlemen dan kaum politikus dalam lingkungan internal AD.[2] Pimpinan AD mendesak kepada Presiden agar membubarkan Parlemen. Desakan tersebut juga dilakukan oleh rakyat dengan mengadakan demonstrasi ke gedung Parlemen (waktu itu masih di Lapangan Banteng Timur) dan Istana Merdeka pada tanggal 17 Oktober 1952.

Demonstrasi ini direncanakan Markas Besar Angkatan Darat atas inisiatif Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S. Parman. Pelaksanaannya diorganisasi oleh Kolonel dr. Mustopo Kepala Kedokteran Gigi Angkatan Darat dan Perwira Penghubung Presiden, dan Letnan Kolonel Kemal Idris, Komandan Garnisun Jakarta. Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu kota dengan menggunakan kendaraan truk militer. Pada waktu itu, Pasukan Tank muncul di Lapangan Merdeka, dan beberapa pucuk meriam diarahkan ke Istana Presiden.

Presiden menolak tuntutan pembubaran Parlemen dengan alasan ia tidak mau menjadi diktator, dan setuju untuk mempercepat pemilu.[3] Kolonel A.H. Nasution mengajukan permohonan mengundurkan diri dan diikuti oleh Mayjen T.B. Simatupang. Jabatan KSAD digantikan Kolonel Bambang Sugeng.[4]

Peristiwa 17 Oktober 1952 ini diupayakan diselesaikan melalui pertemuan Rapat Collegial (Raco) tanggal 25 Februari 1955 yang melahirkan kesepakatan Piagam Keutuhan Angkatan Darat yang ditandatangani oleh 29 perwira senior Angkatan Darat.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Wawancara Jenderal (Purn) AH Nasution: "Kalau Tak Ada Keadilan Sosial, Siapa Pun Bisa Membuat Aksi". Opini Proklamasi, 2 Oktober 1996". Diarsipkan dari asli tanggal 2005-01-11. Diakses tanggal 2008-05-06.
  2. ^ a b "Kalender Peristiwa Sejarah TNI tahun 1945-sekarang". Diarsipkan dari asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2008-05-06.
  3. ^ "Peristiwa 17 Oktober 1952 - Ensiklopedia". esi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-10-17.
  4. ^ Fawzia, Diana; Noor, Firman; Bhakti, Ikrar Nusa; Gayatri, Irine Hiraswari; Nurdin, Nurliah; Bahar, Saafroedin; Siregar, Sarah Nuraini; Haris, Syamsuddin; Jati, Wasisto Raharjo (2018-10-24). Sistem Presidensial Indonesia dari Soekarno ke Jokowi (Edisi Revisi). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-647-9.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia)17 Oktober 1952 - MERIAM NODONG ISTANA... Bagaimana REAKSI PRESIDEN SUKARNO?
  • (Indonesia)Wawancara dengan Dan Lev Tentang Militer Tahun 50-an Diarsipkan 2006-09-18 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)Rosihan Anwar. Peristiwa 17 Oktober 1952. Suara Pembaruan, 16 Oktober 2004 Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)Asvi Warman Adam. Meninjau Kembali Peristiwa 17 Oktober 1952. Koran Tempo Diarsipkan 2022-06-27 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)Alwin Nurdin. Peristiwa Cikini, Titik Balik Sejarah Nasional. Sinar Harapan, 30 November 2002 Diarsipkan 2008-05-02 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)Andy Jauhari. Haul Ke 50 Pangsar Sudirman Teguhkan Komitmen Politik TNI. 4 Februari 1999 Diarsipkan 2005-11-09 di Wayback Machine.
  • l
  • b
  • s
Soekarno
Presiden Indonesia ke-1
Keluarga
Orang tua
Raden Soekemi Sosrodihardjo (ayah) dan Ida Ayu Nyoman Rai (ibu)
Istri
  • Oetari
  • Inggit Garnasih
  • Fatmawati Soekarno
  • Hartini
  • Kartini Manoppo
  • Maharani Wisma Susana Siregar
  • Sakiko Kanase
  • Ratna
  • Haryati
  • Yurike Sanger
  • Heldy Djafar
  • Amelia De La Rama
Generasi ke-2
  • Guntur (anak)
  • Henny (mantu)
  • Megawati (anak)
  • Surindro (mantu)
  • Kiemas (mantu)
  • Rachmawati (anak)
  • Dicky (mantu)
  • Sukmawati (anak)
  • Mangkunegara IX (mantu)
  • Guruh (anak)
  • Sabina (mantu)
  • Taufan (anak)
  • Levana (mantu)
  • Bayu (anak)
  • Totok (anak)
  • Kartika (anak)
  • Frits (mantu)
  • Ayu (anak)
Generasi ke-3
  • Puti (cucu)
  • Rizki (cucu)
  • Prananda (cucu)
  • Puan (cucu)
  • Hendra (cucu)
  • Didi (cucu)
  • Paundrakarna (cucu)
  • Kiran (cucu)
Generasi ke-4
  • Jeje (cicit)
  • Putri (cicit)
  • Praba (cicit)
  • Prabha (cicit)
  • Diah (cicit)
Almamater
  • Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB)
Kekuasaan Soekarno
  • Revolusi Nasional Indonesia
  • Peristiwa 17 Oktober
  • Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955
  • Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
  • Permesta
  • Dekrit Presiden Republik Indonesia 1959
  • Pesta Olahraga Asia 1962
  • Operasi Trikora
  • Mustikarasa
  • Sarinah
  • Vivere pericoloso
  • Inggris kita linggis, Amerika kita setrika
  • Ganyang Malaysia
Budaya populer
  • Aktor pemeran Soekarno
  • Soekarno (film)
Jabatan baru
Digantikan: Soeharto →
Ikon rintisan

Artikel bertopik Tentara Nasional Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peristiwa_17_Oktober&oldid=27366910"
Kategori:
  • Sejarah Indonesia
  • Sejarah militer Indonesia
  • Tentara Nasional Indonesia
  • Peristiwa 1952
  • Sejarah Jakarta
Kategori tersembunyi:
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Semua halaman yang perlu dirapikan
  • Artikel yang belum dirapikan Juni 2025
  • Artikel yang membutuhkan referensi tambahan Oktober 2024
  • Semua artikel yang membutuhkan referensi tambahan
  • Templat webarchive tautan wayback
  • Semua artikel rintisan
  • Semua artikel rintisan selain dari biografi
  • Rintisan bertopik TNI
  • Semua artikel rintisan Juni 2025

Best Rank
More Recommended Articles