More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. G. A. Siwabessy - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
G. A. Siwabessy - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

G. A. Siwabessy

  • English
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah nama Maluku, Ambon, marganya adalah Siwabessy
Prof. dr.
G. A. Siwabessy
Portret Resmi pada tahun 1973
Portret Resmi, 1973
Menteri Kesehatan ke-9
Masa jabatan
25 Juli 1966 – 29 Maret 1978
PresidenSoekarno
Soeharto
Sebelum
Pendahulu
Satrio
Pengganti
Suwardjono Surjaningrat
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1914-08-19)19 Agustus 1914
Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah, Hindia Belanda
Meninggal11 November 1982(1982-11-11) (umur 68)
Jakarta, Indonesia
Partai politikIndependen
Orang tua
  • Enoch Siwabessy (ayah)
  • Naatje Manuhutu (ibu)
PekerjaanIlmuwan, dokter, Politikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. dr. Gerrit Augustinus Siwabessy (19 Agustus 1914 – 11 November 1982) adalah seorang ilmuwan dan politikus Indonesia yang menjabat Menteri Badan Tenaga Atom Nasional pada 1964 dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1966 hingga 1978 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Gerrit Augustinus Siwabessy terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara pada 19 Agustus 1914 di Negeri Ullath, Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Ia adalah keturunan keluarga besar fam atau marga Siwabessy dari Ullath. Enoch Siwabessy, ayahnya adalah seorang petani Cengkih yang meninggal dunia ketika Gerrit baru berusia satu tahun.

Ibundanya Naatje (baca: Nace) Manuhutu, merupakan seorang putri keluarga petani cengkih dari Negeri Haria. Naatje Manuhutu merupakan keturunan keluarga besar fam atau marga Manuhutu yang merupakan fam pemangku jabatan raja (matarumah parentah) di Haria.

Setelah ayahnya meninggal, ibu Gerrit kemudian menikah lagi dengan seorang guru sekolah dasar dari Ambon yang terpandang, Yakub Leuwol. Hal ini memungkinkan Gerrit menjalani pendidikan dasar dan menengah dengan baik. "Beta selalu menyertai tuan guru Leuwol yang berturut-turut ditempatkan sebagai guru di Larike, Tawiri, dan Lateri," begitu tulis Siwabessy dalam memoarnya.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Siwabessy kecil harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke sekolah. Karena itu Yonathan Siwabessy dan Obed Siwabessy, kedua kakaknya, sering bergantian menggendong kakak perempuannya, Mien Siwabessy, dan Siwabessy kecil untuk menempuh perjalanan jauh ke sekolah. Begitu juga dengan keempat adik perempuan dari pernikahan kedua ibunya dengan Yakub Leuwol, yaitu Lien, Mengky, Teddy dan Enny, semuanya memperoleh pendidikan yang baik.

Pada 1931, Siwabessy berhasil menyelesaikan pendidikannya di (MULO) (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Ambon. Kemudian Siwabessy menerima beasiswa untuk meneruskan pendidikan kedokteran ke NIAS Nederlandsch Indische Artsen School, Surabaya. Siwabessy muda memang sangat menonjol dalam bidang akademik. Tetapi pendidikan tinggi bagi banyak pemuda pada masa penjajahan tidak mungkin diikuti tanpa beasiswa.

Di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) Siwabessy banyak bersahabat dengan pemuda dari berbagai suku bangsa, antara lain Ibnu Sutowo, Rubiono Kertopati, Mohammad Imam di samping sahabat-sahabatnya dari Maluku seperti Jan Usmany, Karel Staa, Syuurt Latupeirissa, Chris Mailoa. Pergaulannya dengan teman-teman barunya itulah yang membuka cakrawala Siwabessy tentang Indonesia. Selain serius dalam studi, Siwabessy juga aktif dalam organisasi mahasiswa Maluku.

Di NIAS Nederlandsch Indische Artsen School inilah Siwabessy dipanggil dengan julukan Upuleru, yang dalam bahasa tana (tanah, asli) Maluku Tengah artinya “dewa” atau ”pelindung”. Sebutan ini terus dipakai oleh teman-temannya semasa perjuangan 1945. Itu sebabnya ketika Siwabessy menulis memoarnya yang diterbitkan oleh Gunung Agung Diarsipkan 2006-01-18 di Wayback Machine. pada 1979, disepakati judul memoar tersebut ”Upuleru”.

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir 1941 diberlakukan Keadaan Darurat Perang akibat ekspansi Jepang ke Asia Tenggara dan Pasifik. Pemerintah Hindia Belanda tiba-tiba sangat membutuhkan tenaga-tenaga dokter. Para mahasiswa NIAS Nederlandsch Indische Artsen School yang telah lulus ujian ”Semi Arts” (setara drs. med. atau sekarang Sarjana Kedokteran) dan telah menyelesaikan co-schaap (praktik kepaniteraan klinik) sebelum maju untuk ujian ”Arts” (dokter), dikerahkan memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sangat tergesa-gesa mereka diberangkatkan.

Siwabessy mendapat tugas istimewa di pusat pengeboran perusahaan minyak Belanda BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) di Cepu, Jawa Tengah. Di sana Siwabessy bahkan dipekerjakan sebagai seorang dokter penuh dengan fasilitas sangat memadai. Dr. Smit, direktur rumah sakit, memperlakukan Siwabessy sebagai kolega terhormat. Rupanya hal ini tidak terlalu disukai oleh Zuster den Helder, seorang Belanda berperawakan tinggi besar. Ia tidak bisa menerima bahwa seorang inlander berkulit hitam, berambut keriting dan berperawakan kecil menjadi pimpinannya. Setiap perintah Siwabessy selalu mendapatkan komentarnya sampai akhirnya timbul pertengkaran terbuka. Hanya dengan perantaraan Dr Smit saja maka persoalan ini dapat diatasi. Zuster den Helder diperingatkan bahwa Siwabessy adalah seorang dokter yang kompeten dan diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda maupun BPM. Sejak peristiwa itu Siwabessy bisa bekerja dengan tenang.

Pada Maret 1942 tentara Jepang memasuki Indonesia sehingga timbullah kekacauan. Semua orang Eropa dan para dokter yang berdinas di BPM Cepu harus mengungsi ke Surabaya. Di kota itu Siwabessy bertemu dengan Dr. Sutjahyo, kawan lamanya di NIAS yang memegang kedudukan penting di Bagian Radiologi dan Bagian Paru-paru Rumah Sakit Simpang, Surabaya. Ia meminta bantuan Siwabessy untuk memimpin bagian radiologi. Keahlian Siwabessy pada bidang radiologi di kemudian hari juga terasah oleh para seniornya, Dr RM Notokworo dan Dr Abdulrachman Saleh.

"Sebetulnya beta tidak terlalu tertarik pada radiologi. Semasa mahasiswa beta lebih banyak tertarik pada bidang fisika, dan karena hubunganku dengan dr. Latumeten, kepala Rumah Sakit Jiwa Lawang, beta tertarik pula pada bidang psikiatri (ilmu jiwa klinis). Namun demi kelangsungan hidup, beta rela bekerja dalam bidang radiologi. Dengan demikian beta masuk ke bidang yang sama sekali baru bagiku. Tidak kuduga ketika itu, bahwa keputusan yang kuambil secara terpaksa ini akan menentukan jalan hidup kemudian, baik pada masa krisis pada pendudukan Jepang maupun dalam masa revolusi dan masa merdeka," tulis Siwabessy dalam memoarnya "Upuleru".

Bapak Atom Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Sementara itu atas informasi Dr. Aziz Saleh, Siwabessy mengetahui bahwa di Sekolah Tinggi Kedokteran Universitas Indonesia di Batavia akan diadakan ujian Arts. Siwabessy bersama beberapa rekan dari NIAS yang sudah lulus Semi Arts, segera berangkat ke Batavia. Siwabessy lulus sebagai dokter penuh pada 15 Desember 1942.

Setelah kemerdekaan RI, Siwabessy makin giat lagi dalam kegiatan organisasi kebangsaan dan pada tahun-tahun inilah ia dipertemukan dengan banyak tokoh penting nasional.

Pada 1949 dr. Leimena, Menteri kesehatan RI saat itu, merekomendasikan agar Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi. Sebelumnya dr. Johanes telah memberikan kepadanya brevet (surat tanda bukti keahlian) sebagai ahli radiologi. Dengan rekomendasi kedua dokter ini, Siwabessy berhasil mendapatkan beasiswa dari British Council untuk studi lanjutan di Universitas London. Termasuk study trip ke pusat radiologi dan pusat kedokteran nuklir berbagai kota di Inggris: Manchester, Leeds, Edinburgh dan Glasgow.

Hal-hal pokok yang dipelajari mencakup radiologi, radioterapi, dan pengetahuan dasar bidang atom. Lagi-lagi Siwabessy menonjol. Baru tiga bulan mengikuti studi, ia diangkat menjadi asisten. Ini berarti, Siwabessy dibebaskan dari tugas-tugas rutin perkuliahan seperti mahasiswa lain pada umumnya. Bahkan diberi kepercayaan memegang sebuah bangsal di Rumah Sakit Hammersmith, London. Tak hanya itu, seorang sekretaris Inggris juga ditugaskan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Suatu prestasi yang sangat luar biasa bagi seorang Asia pada saat itu.

Pengalaman penting lainnya selama berada di Inggris, ketika Siwabessy mempelajari sistem kesejahteraan di bidang kesehatan. Ide inilah yang ia kembangkan di Indonesia dengan nama Asuransi Kesehatan (Askes) saat menjabat Menteri Kesehatan.

Saat memperdalam bidang radiologi itu, Siwabessy banyak berkenalan dengan para ahli atom dari bidang terkait, seperti fisika nuklir, kimia, biologi, fisika-radiasi, kimia-radiasi, biologi radiasi, dan radioterapi. Selain itu Siwabessy juga melihat bahwa pengobatan kanker di London sudah banyak menggunakan hasil penemuan dan penyinaran atom. Hal-hal inilah banyak memberi wawasan baru yang kelak kemudian hari diterapkan di Indonesia. Karya Siwabessy kini juga terukir di Departemen Radioterapi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebuah rumah sakit berstandar internasional dengan peralatan sangat modern yang telah terbukti banyak menolong para penderita kanker—termasuk kaum papa sekalipun. Demikian juga pengobatan dengan tenaga nuklir yang ada di RSPAD Gatot Subroto, semuanya dirintis oleh Siwabessy.

Sekembalinya dari London, Siwabessy langsung dipercayai memegang berbagai tugas penting, antara lain: Guru Besar Luar Biasa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Konsultan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta; Direktur Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Ia juga mendirikan Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pada 1952 Amerika Serikat berhasil meledakkan bom hidrogen pertama berkode Ivy Mike di Atol Eniwetok, Kepulauan Marshall, Samudera Pasifik. Bagian dari rangkaian percobaan bom nuklir yang sudah dimulai sejak 1948 (berakhir 1958; total 43 percobaan) di kepulauan tersebut. Khawatir terhadap dampak percobaan bom nuklir tersebut bagi Indonesia, Presiden Sukarno menunjuk Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Siwabessy untuk mengatasi masalah ini. Pada 1954, dibentuklah Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom yang diketuai Siwabessy dengan para anggotanya terdiri dari elemen-elemen Angkatan Darat, Angkatan Udara, Badan Metereologi, (UI), Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan RSPAD Gatot Subroto.

Pada 1954 itu juga Siwabessy membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada di bawah Sekretariat Negara dan Siwabessy sebagai direkturnya. Selain itu negara juga memandang perlu agar didirikan fakultas yang mempelajari ilmu dasar di bidang fisika, kimia dan matematika untuk menghasilkan tanaga ahli. Lagi-lagi Siwabessy ditunjuk pemerintah untuk mewujudkannya. Sebagai pendiri Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia, Siwabessy ditunjuk sebagai Dekan FIPIA UI pertama (1963-1965).

Tahun 1962 Presiden Sukarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), berada langsung di bawah( presiden, dan Siwabessy sebagai Direktur Jenderal BATAN pertama. Pada 1965 ia diangkat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.

Atas jasa-jasanya yang sangat besar dalam memajukan tenaga atom di Indonesia, seperti membangun reaktor nuklir dan banyak penelitian penting lainnya, Siwabessy yang adalah juga Bapak Atom Indonesia, menerima Bintang Mahaputera III pada 1976. Namanya juga diabadikan oleh negara pada sebuah reaktor nuklir terbesar di Asia Tenggara berkekuatan 30 MW yaitu Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy, berlokasi di Serpong, Tangerang, Jawa Barat, yang diresmikan Presiden Soeharto pada 20 Agustus 1987.

Menteri Kesehatan

[sunting | sunting sumber]

Pada 1966 Siwabessy diangkat Presiden Soekarno menjadi Menteri Kesehatan. Tugas ini diembannya hingga 29 Maret 1978 semasa pemerintahan Presiden Soeharto. Selama masa jabatannya itu, Siwabessy merangkap sebagai Ketua Tim Dokter Pribadi Presiden. Pada masa itu banyak sekali program yang telah Siwabessy lakukan dalam lingkup kesehatan. Mulai dari program Keluarga Berencana (KB), Puskesmas, Askes, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), penanggulangan penyakit menular seperti malaria, TBC, cacingan, kolera, tifus, disentri, sampai dengan upaya penanggulangan penyakit kanker. Siwabessy sendiri tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Kanker Indonesia. Kerja keras ini tidak terlepas dari keluwesan diplomasi Siwabessy dengan para sahabatnya yang berada di luar negeri dan juga dengan berbagai organisasi internasional, antara lain badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti World Health Organization, UNICEF, United Nations Development Programme(UNDP), maupun lembaga-lembaga lainnya seperti United States Agency for International Development (USAID) dan Medicare (menyangkut perawatan kesehatan). Siwabessy juga tercatat sebagai pelopor kerjasama di bidang kesehatan dengan Amaerika Serikat. Lembaga-lembaga yang banyak memberikan bantuan teknis maupun keuangan. Untuk jasa-jasanya di bidang kesehatan, Siwabessy dianugerahi Bintang Mahaputera II pada tahun 1978.

Mengabdi hingga akhir hayat

[sunting | sunting sumber]
Makam G. A. Siwabessy di Taman Makam Pahlawan Kalibata

Selepas tugas sebagai anggota kabinet, Siwabessy diminta menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung yang bertugas sebagai Penasehat Presiden. Kepercayaan ini dijalani sejak 1978 sampai akhirnya Siwabessy meninggal di suatu malam yang tenang pada 11 November 1982, Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata.

27 tahun setelah Siwabessy berpulang, Universitas Indonesia pada Juni 2009 memberikan menamai salah satu jalan di kompleks kampus itu di Depok, Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy sebagai salah satu begawan ilmu yang telah mengabdi bagi Universitas Indonesia dan Indonesia.

Catatan

[sunting | sunting sumber]
  • Sumber: "Upuleru", Memoar G.A. Siwabessy, Penerbit Gunung Agung, Tahun 1979.
Didahului oleh:
Satrio
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
1966–1978
Diteruskan oleh:
Suwardjono Surjaningrat
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan II (1973–1978)
Presiden: Soeharto | Wakil Presiden: Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Mendagri: Amir Machmud • Menlu: Adam Malik, Syarief Thayeb (Plt.) • Menhankam/Panglima ABRI: Maraden Panggabean • Menhak: Oemar Senoadji, Mochtar Kusumaatmadja • Menteri Penerangan: Mashuri Saleh, Sudharmono (Plt.) • Menperin: M. Jusuf • Mendag: Radius Prawiro • Menag: Abdul Mukti Ali • Menkeu: Ali Wardhana • Mentan: Thoyib Hadiwidjaja • Mentam: Mohammad Sadli • Menteri PUTL: Sutami • Menhub: Emil Salim • Mendikbud: Sumantri Brodjonegoro, Syarief Thayeb • Menkes: GA Siwabessy • Mensos: M. S. Mintaredja • Menakertranskop: Subroto • Menteri Ekuin/Kepala BAPPENAS: Widjojo Nitisastro • Menteri Kesra: Sunawar Sukowati • Menpan/Waket BAPPENAS: J. B. Sumarlin • Menteri Negara Riset: Sumitro Djojohadikusomo • Jaksa Agung: Ali Said • Gubernur Bank Indonesia: Rachmat Saleh • Pangkopkamtib: Sumitro, Soeharto, Sudomo (Plt.) • Mensesneg: Soedharmono
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan I (1968–1973)
Presiden: Soeharto
Mendagri: Basuki Rahmat, Amir Machmud • Menlu: Adam Malik • Menhankam/Panglima ABRI: Soeharto, Maraden Panggabean • Menhak: Oemar Senoadji • Menteri Penerangan: Boediardjo • Menkeu: Ali Wardhana • Mendag: Sumitro Djojohadikusomo • Mentan: Thoyib Hadiwidjaja • Menperin: M. Jusuf • Mentam: Sumantri Brodjonegoro • Menteri PUTL: Sutami • Menhub: Frans Seda • Mendikbud: Mashuri Saleh • Menkes: G.A. Siwabessy • Menag: Muhammad Dahlan, Abdul Mukti Ali • Menaker: Mursalin Daeng Mamangung, M. Sadli • Mentranskop: M. Sarbini, Subroto • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan, Idham Chalid (Plt.), M. S. Mintaredja • Menteri Ekuin: Sri Sultan Hamengkubuwono IX • Menteri Kesra: Idham Chalid • Menteri PPN/ Ketua BAPPENAS: Sunawar Sukowati, Widjojo Nitisastro • Menpenhukpemmen (dihapuskan sejak Reshuffle Kabinet pada 11 September 1971): M. S. Mintaredja • Menteri PPAN: Harsono Tjokroaminoto, Emil Salim • Jaksa Agung: Sugih Arto • Gubernur Bank Indonesia: Radius Prawiro • Pangkopkamtib: Maraden Panggabean, Sumitro • Mensesneg: Alamsyah Ratu Perwiranegara, Soedharmono
  • l
  • b
  • s
Kabinet Ampera II (1967–1968)
Pejabat Presiden: Soeharto
Menteri Ekuin: Sri Sultan Hamengkubuwono IX • Menteri Kesra: Idham Chalid • Mendagri: Basuki Rahmat • Menlu: Adam Malik • Menhankam/Panglima ABRI: Soeharto • Menhak: Oemar Senoadji • Menteri Penerangan: B.M. Diah • Mendikbud: Sanusi Hardjadinata • Menag: Muhammad Dahlan • Menkes: G.A. Siwabessy • Menaker: Awaluddin Djamin • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan • Menkeu: Frans Seda • Mendag: M. Jusuf • Mentan: Sutjipto • Menbun: Thoyib Hadiwidjaja • Menhub: Sutopo • Menteri Maritim: Jatidjan • Menteri PU: Sutami • Menperindariten: Ashari Danudirdjo • Menperinteksjin: Muhammad Sanusi • Mentam: Soemantri Brodjonegoro • Mentransvetbil: Sarbini Sumawinata
  • l
  • b
  • s
Kabinet Ampera I (1966–1967)
Presiden: Soekarno, Soeharto (Plt.)
  • Ketua Preskab: Soeharto
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Hankam: Soeharto
  • Menpangad: Soeharto
  • Menpangla: Muljadi
  • Menpangud: Rusmin Nurjadin
  • Menpangpol: Sutjipto Judodihardjo
  • Menvetdem: Sarbini Sumawinata
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Politik: Adam Malik
  • Menlu: Adam Malik
  • Mendagri: Basuki Rahmat
  • Menhak: Oemar Senoadji
  • Menteri Penerangan: B.M. Diah
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Kesra: Idham Chalid
  • Mendikbud: Sarino Mangunpranoto
  • Menag: Sjaifuddin Zuchri
  • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan
  • Menkes: G.A. Siwabessy
  • Menaker: Awaluddin Djamin
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Ekonomi dan Keuangan: Hamengkubuwono IX
  • Menteri Perdagangan: Ashari Danudirdjo
  • Menkeu: Frans Seda
  • Menhub: Sutopo
  • Menteri Maritim: Jatidjan
  • Mentan: Sutjipto
  • Menhut: P.C. Harjasudirdja
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Industri dan Pembangunan: Sanusi Hardjadinata
  • Menperin R&T: M. Jusuf
  • Menperin T&K: Muhammad Sanusi
  • Mentam: Slamet Bratanata
  • Menteri PU: Sutami
  • l
  • b
  • s
Menteri Kesehatan Indonesia
Kementerian Kesehatan
  • Boentaran Martoatmodjo
  • Darma Setiawan
  • J. Leimena
  • Soekiman Wirjosandjojo
  • Surono
  • Johannes Leimena
  • Sutopo
  • Johannes Leimena
  • Ferdinand Lumban Tobing
  • Lie Kiat Teng
  • Johannes Leimena
  • Hadrianus Sinaga
  • Abdul Azis Saleh
  • Satrio
  • G.A. Siwabessy
  • Suwardjono Surjaningrat
  • Adhyatma
  • Sujudi
  • Faried Anfasa Moeloek
  • Achmad Sujudi
  • Siti Fadilah Supari
  • Endang Rahayu Sedyaningsih
  • Ali Ghufron Mukti
  • Nafsiah Mboi
  • Nila Djuwita Anfasa Moeloek
  • Terawan Agus Putranto
  • Budi Gunadi Sadikin
  • Miring: Pelaksana tugas
  • Kategori
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=G._A._Siwabessy&oldid=27582371"
Kategori:
  • Kelahiran 1914
  • Kematian 1982
  • Meninggal usia 68
  • Ilmuwan Indonesia
  • Dosen Indonesia
  • Dosen Universitas Indonesia
  • Dokter Indonesia
  • Profesor Indonesia
  • Tokoh Maluku
  • Tokoh dari Maluku Tengah
  • Tokoh dari Saparua
  • Politikus Indonesia
  • Menteri Indonesia
  • Menteri Kesehatan Indonesia
  • Tokoh Orde Baru
  • Tokoh Orde Lama
  • Penerima Bintang Mahaputera
  • Alumni Universitas Indonesia
  • Matarumah Siwabessy
  • Tokoh Kristen Indonesia
Kategori tersembunyi:
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Pages using infobox officeholder with unknown parameters
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 19 Agustus
  • Tanggal kematian 11 November
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025
  • Templat webarchive tautan wayback

Best Rank
More Recommended Articles