More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Basuki Rahmat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Basuki Rahmat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Basuki Rahmat

  • Deutsch
  • English
  • Jawa
  • Madhurâ
  • Minangkabau
  • Bahasa Melayu
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini bukan mengenai Basuki Rochmat.
Raden
Basuki Rahmat
Menteri Dalam Negeri Indonesia ke-16
Masa jabatan
18 Maret 1966 – 9 Januari 1969
(ad-interim sampai 28 Maret 1966)
Presiden
  • Soekarno
  • Soeharto
Sebelum
Pendahulu
Soemarno Sosroatmodjo
Pengganti
Amir Machmud
Sebelum
Menteri Urusan Veteran dan Demobilisasi ke-6
Masa jabatan
24 Februari 1966 – 28 Maret 1966
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
M. Sarbini
Pengganti
M. Sarbini
Sebelum
Penjabat Gubernur DKI Jakarta
Masa jabatan
18 Maret 1966 – 28 April 1966
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Soemarno Sosroatmodjo
Pengganti
Ali Sadikin
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1921-11-04)4 November 1921
Tuban, Hindia Belanda
Meninggal9 Januari 1969(1969-01-09) (umur 47)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Karier militer
Pihak
  •  Kekaisaran Jepang (1943–1945)
  •  Indonesia (1945–1967)
Dinas/cabang
  • PETA (1943–1945)
  • TNI Angkatan Darat (1945–1967)
Masa dinas1943–1967
Pangkat Jenderal
NRP10050
SatuanInfanteri
  • Pahlawan Nasional Indonesia Edit nilai pada Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Jenderal TNI (Purn.) Raden Basuki Rahmat, juga dieja Basoeki Rachmat (4 November 1921 – 9 Januari 1969) adalah seorang jenderal Indonesia, Pahlawan Nasional, dan saksi penandatanganan dokumen Supersemar yang menyerahkan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto.

Ia lahir di Tuban, Jawa Timur, dan menjadi kebanggaan masyarakatnya. Namanya telah diabadikan sebagai nama jalan utama di hampir semua kota di Indonesia.

Awal Kehidupan

[sunting | sunting sumber]

Basuki Rahmat lahir pada tanggal 4 November 1921 di Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Keresidenan Rembang. Ayahnya, Raden Soedarsono Soemodihardjo, adalah asisten residen (Wedono) setempat. Ibunya, Soeratni, meninggal pada bulan Januari 1925 ketika Basuki memasuki usia empat tahun, Ketika berusia tujuh tahun, Basuki masuk sekolah dasar. Pada tahun 1932 ayahnya meninggal, sehingga berakibat terhentinya pendidikan Basuki. Dia dikirim untuk tinggal bersama adik ayahnya dan lulus dari SMP pada tahun 1939 serta dari SMA Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1942, ketika Jepang mulai menduduki Indonesia.[1]

Karier militer

[sunting | sunting sumber]
Basuki Rahmat

Pada tahun 1943, selama pendudukan Jepang di Indonesia, Basuki bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA), yang didirikan oleh tentara Jepang untuk melatih tentara tambahan dalam menghadapi invasi tentara Amerika Serikat ke Pulau Jawa. Di PETA, Basuki diangkat menjadi Komandan Kompi.

Dengan terjadinya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan oleh para pemimpin Nasionalis Soekarno dan Mohammad Hatta, Basuki, seperti kebanyakan pemuda lain bergabung ke kelompok milisi yang dipersiapkan untuk membentuk tentara Angkatan Darat Indonesia.

Pada tanggal 5 Oktober 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, dan di bulan yang sama Basuki mendaftar menjadi anggota TKR di kota Ngawi di provinsi asalnya Jawa Timur. Di sana ia ditempatkan di KODAM VII / Brawijaya (kemudian dikenal sebagai Wilayah Militer V/Brawijaya), komando militer bertanggung jawab atas keamanan provinsi Jawa Timur.

Dalam penugasan militernya, Basuki pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon di Ngawi (1945–1946), Komandan Batalyon di Ronggolawe (1946–1950), Komandan Resimen di Bojonegoro (1950–1953), Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium V/Brawijaya (1953–1956), dan Panglima Daerah Militer V/Brawijaya (1956).[2]

Pada bulan September 1956, Basuki dipindahkan ke Melbourne, Australia untuk bertugas sebagai atase militer di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Kemudian Basuki kembali lagi ke Indonesia pada bulan November tahun 1959 dan menjabat sebagai Asisten IV / Logistik di bawah Kepala Staf Angkatan Darat Abdul Haris Nasution.

Basuki kembali ke KODAM VII/Brawijaya pada tahun 1960 dan menjabat sebagai Kepala Staf sebelum akhirnya menjadi Panglima pada tahun 1962.[2]

Pembunuhan Jenderal

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1965, terjadi banyak ketegangan politik di Indonesia, khususnya antara Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI, yang perlahan tetapi pasti mendapatkan pijakan dalam politik Indonesia, mereka siap menjadi partai politik yang paling kuat karena hubungan mereka dengan Presiden Soekarno. Pada bulan September tahun 1965, Basuki menjadi semakin waspada terhadap kegiatan PKI di Jawa Timur dan pergi ke Jakarta untuk melaporkan pengamatannya kepada Panglima Angkatan Darat, Ahmad Yani. Mereka bertemu di malam 30 September di mana Basuki melaporkan kepada Yani tentang peningkatan kegiatan PKI di di provinsinya. Yani memuji laporan Basuki tersebut dan mengajaknya untuk menemani Yani ke pertemuan dengan Presiden keesokan harinya untuk melaporkan tentang kegiatan PKI.[3]

Keesokan paginya pada tanggal 1 Oktober, Basuki dihubungi oleh Markas Besar Angkatan Darat dan diberitahu tentang penculikan para jenderal, termasuk Yani. Mendengar hal ini, Basuki bersama dengan seorang pembantunya masuk mobil dan berkendara di sekitar kota untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Saat ia sedang mengemudi, Basuki melihat pasukannya dari Jawa Timur, Batalion 530 menjaga Istana Kepresidenan dan terkejut mendapati bahwa mereka tidak memakai identitas apa pun.[3] Setelah mengamati mereka dari jarak dekat bersama ajudannya, Basuki segera kembali ke penginapannya, dan di sana ia diberitahu bahwa ia dibutuhkan di markas Kostrad.

Basuki pergi ke markas Kostrad dan mendapati bahwa Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto telah memutuskan untuk mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat dan mengendalikan situasi. Dari Soeharto, Basuki mengetahui bahwa sebuah gerakan yang menyebut diri mereka sebagai Gerakan September 30 telah menggunakan pasukan dari Batalion 530 untuk menempati titik-titik strategis di Jakarta. Soeharto kemudian memerintahkan Basuki untuk bernegosiasi dengan pasukan tersebut agar mereka menyerahkan diri sebelum pukul 6.00 atau Soeharto akan menindak pasukan tersebut. Basuki menemui pasukan tersebut dan diperlakukan dengan sangat hormat. Ia menyampaikan ultimatum Soeharto dan berhasil bernegosiasi dengan pasukan Batalion 530 sehingga pada pukul 16:00, Batalion 530 menyerahkan diri ke Kostrad.[3]

Siang harinya, Gerakan G30S membuat pengumuman tentang adanya Dewan Revolusi yang bermaksud melakukan makar. Di antara nama-nama yang disebut-sebut dalam dewan tersebut nama Basuki juga termasuk. Namun Basuki bukan satu-satunya Jendral yang namanya dimasukkan dalam dewan tersebut, karena banyak nama jendral anti-komunis seperti Umar Wirahadikusumah dan Amirmachmud yang juga terdaftar dalam dewan ini. Basuki dengan cepat menyangkal keterlibatannya dalam Dewan Revolusi.

Ternyata selama beberapa hari sebelumnya, tanpa sepengetahuan Basuki, diselenggarakan pertemuan antara Soekarno, Panglima Angkatan Udara Omar Dhani, Panglima Angkatan Laut RE Martadinata, dan Kapolri Sucipto Judodiharjo di Halim untuk menunjuk Panglima Angkatan Darat yang baru. Meskipun yang kemudian akan ditunjuk sebagai Panglima Angkatan Darat adalah Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudra, namun nama Basuki sempat dipertimbangkan. Namun Soekarno segera menghentikan gagasan penunjukkan Basuki tersebut dengan berkelakar bahwa Basuki biasanya akan jatuh sakit pada saat dibutuhkan.

Setelah 1 Oktober, semua pihak menimpakan kesalahan kepada PKI dan di seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa, terjadi banyak yang dibentuk dengan tujuan untuk menumpas PKI. Sementara itu, Basuki kembali ke Jawa Timur untuk mengawasi gerakan anti-PKI di sana.

Pada tanggal 16 Oktober 1965, sebuah pawai besar diselenggarakan di Surabaya di mana Komando Aksi Bersama yang terdiri dari berbagai partai politik dibentuk.

Meskipun Basuki telah mendorong partai-partai politik untuk bergabung dengan Komando Aksi Bersama, Basuki tidak serta merta memerintahkan pasukannya untuk mengganyang PKI sebagaimana komandan-komando yang lain. Selama minggu-minggu pertama penumpasan PKI di seluruh negeri, tidak ada insiden apa pun di ibu kota Jawa Timur, Surabaya. Kurangnya komitmen untuk menumpas PKI ini dan dimasukkannya nama Basuki sebagai anggota Dewan Revolusi menyebabkan banyak orang yang curiga bahwa Basuki adalah simpatisan PKI. Beberapa stafnya harus memaksa Basuki terlebih dahulu sebelum akhirnya ia membekukan kegiatan-kegiatan pro-PKI di Surabaya dan Jawa Timur.[4]

Pada bulan November tahun 1965, Basuki dipindahkan ke Jakarta dan menjadi anggota staf Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat, dan menduduki jabatan sebagai Deputi Bidang Keuangan dan Hubungan Sipil. Basuki juga aktif sebagai anggota Panitia Sosial Politik (Panitia SosPol), sebuah think-tank politik Angkatan Darat yang dibentuk Soeharto setelah ia menjadi Komandan.[5]

Pada bulan Februari tahun 1966, dalam sebuah Reshuffle Kabinet, Basuki diangkat menjadi Menteri Urusan Veteran.

Supersemar

[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Supersemar

Pada tanggal 11 Maret 1966, Basuki menghadiri rapat kabinet yang pertama diadakan setelah Soekarno melakukan reshuffle kabinet di akhir bulan Februari di Istana Presiden. Pertemuan belum lama berlangsung ketika Soekarno tiba-tiba meninggalkan ruangan, setelah menerima catatan dari komandan pengawalnya. Ketika pertemuan itu selesai, Basuki dan Menteri Perindustrian, Mohammad Jusuf, pergi kelu dari Istana Presiden untuk bertemu dengan Amir Machmud, Komandan KODAM V / Jaya. Basuki kemudian diberitahu apa yang telah terjadi dan mendapat informasi bahwa Soekarno telah pergi ke Bogor naik helikopter karena tidak aman di Jakarta.

Jusuf menyarankan agar mereka bertiga pergi ke Bogor untuk memberikan dukungan moral bagi Sukarno. Dua jenderal tersebut setuju dan bersama-sama pergi ke Bogor setelah meminta izin dari Soeharto. Menurut Amir Machmud, Soeharto meminta ketiga jenderal tersebut untuk memberitahu Soekarno mengenai kesiapannya untuk memulihkan keamanan apabila Soekarno memerintahkannya.

Di Bogor, ketiga jendral tersebut bertemu dengan Soekarno yang tidak senang dengan situasi keamanan dan dengan penegasan Amir Machmud bahwa segalanya aman. Soekarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan-pilihan yang ada dengan Basuki, Jusuf, dan Amir Machmud sebelum akhirnya bertanya pada mereka bagaimana ia bisa mengendalikan situasi. Basuki dan Jusuf diam, tetapi Amir Machmud menyarankan agar Soekarno memberikan beberapa kewenangan dan bersama-sama memerintah Indonesia sehingga semuanya dapat diamankan. Pertemuan kemudian dibubarkan dan Soekarno mulai mempersiapkan Surat Keputusan Presiden. Waktu pengeluaran Surat Keputusan yang kemudian menjadi Supersemar akhirnya siap dan menunggu tanda tangan dari Soekarno. Soekarno ragu-ragu di detik-detik terakhir tetapi Jusuf dan dua jenderal serta orang-orang terdekat Soekarno dalam Kabinet yang juga telah tiba di Bogor mendorongnya untuk menandatangani. Soekarno akhirnya menandatangani surat itu. Sebagai jendral yang paling senior, Basuki dipercaya untuk membawa surat keputusan tersebut dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada Soeharto. Malam itu, tiga Jenderal segera pergi ke Markas Kostrad dan Basuki menyerahkan surat tersebut kepada Soeharto.

Terdapat kontroversi mengenai peran Basuki dalam peristiwa Supersemar. Ada salah satu versi yang menyatakan bahwa ada empat jenderal yang pergi ke Bogor, di mana jendral yang keempat adalah Maraden Panggabean. Versi ini menyebutkan bahwa Basuki dan Panggabean menodongkan pistol ke Soekarno dan memaksanya untuk menandatangani Supersemar yang telah dipersiapkan dan dibawa oleh Jusuf dalam map berwarna merah muda.[6]

Pada tanggal 13 Maret, Soekarno memanggil Basuki, Jusuf, dan Amir Machmud. Soekarno marah karena Soeharto telah melarang PKI dan menyatakan kepada tiga jendral yang Supersemar tidak memuat perintah semacam itu. Soekarno kemudian memerintahkan agar Surat Keputusan tersebut ditunjukkan padanya untuk memeriksa isi Supersemar, tetapi salinan Surat Keputusan itu tidak pernah diketemukan kecuali salinan yang berada di tangan mantan Duta Besar Kuba, AM Hanafi.

Orde Baru

[sunting | sunting sumber]

Penyerahan Supersemar secara de facto memberi Soeharto kekuasaan eksekutif dan ia segera mulai membentuk Kabinet yang lebih menguntungkan baginya. Basuki menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sejak Kabinet pertama Soeharto pada bulan Maret 1966 hingga ketika Soeharto secara resmi menjadi presiden pada bulan Juni 1968.

Kematian

[sunting | sunting sumber]
Makam Basuki Rahmat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Basuki Rahmat meninggal pada tanggal 9 Januari 1969 ketika masih memegang jabatan sebagai Menteri Dalam Negeri. Posisinya digantikan oleh Amir Machmud.[1]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Setelah ia meninggal Pemda Jakarta mengubah nama Jalan Proklamasi (Depok Timur) yang terhubung ke Jalan Arif Rahman Hakim (Margonda) menjadi Jalan Basuki Rahmat, serta menamakan juga nama Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Jend. Basuki Rachmat di Kota Surabaya. TV Jakarta dan Depok pernah membuat film pendek mengenai riwayat hidupnya.

Tanda kehormatan
  • Pahlawan Nasional (SK Presiden RI No. 1/TK/1969) - 9 Januari 1969
  •  Indonesia[7]
    • Bintang Republik Indonesia Adipradana – Keppres No.072/TK/TH.1995, Tanggal 7 Agustus 1995[8]
    • Bintang Mahaputera Utama – 1969
    • Satyalancana Pepera – 1977[9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Djamaluddin, Dasman (1998). Basoeki Rachmat dan Supersemar. Jakarta: Grasindo. ISBN 979-669-189-2.
  2. ^ a b Bachtiar, Harsja W. (1998). Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Jakarta: Djambatan. ISBN 979428100X. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  3. ^ a b c Hughes, John (2002). The End of Sukarno: A Coup That Misfired A Purge That Ran Wild. Singapore: Archipelago Press. hlm. 44. ISBN 981-4068-65-9.
  4. ^ "Report from East Java". Cornell University Library (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 23 September 2016.
  5. ^ Vatikiotis, Michael R.J. (2004). "The military and democracy in Indonesia". The Military and Democracy in Asia and the Pacific (PDF) (dalam bahasa Inggris). Australian National University E Press. ISBN 9781920942007. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ "Panggabean Bantah Menodong Bung Karno". Harian Suara Pembaruan. Indonesia Daily News Online. 28 Agustus 2018. Diarsipkan dari asli tanggal 2012-09-09. Diakses tanggal 2021-06-01.
  7. ^ "Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). Sekretariat Negara Republik Indonesia. Diakses tanggal 2021-01-20.
  8. ^ "Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia Tahun 1959 - Sekarang" (PDF). www.setneg.go.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2024.
  9. ^ Departemen Dalam Negeri, Indonesia (1976). Mimbar. Indonesia: Departemen Dalam Negeri. hlm. 29. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • l
  • b
  • s
Kabinet Pembangunan I (1968–1973)
Presiden: Soeharto
Mendagri: Basuki Rahmat, Amir Machmud • Menlu: Adam Malik • Menhankam/Panglima ABRI: Soeharto, Maraden Panggabean • Menhak: Oemar Senoadji • Menteri Penerangan: Boediardjo • Menkeu: Ali Wardhana • Mendag: Sumitro Djojohadikusomo • Mentan: Thoyib Hadiwidjaja • Menperin: M. Jusuf • Mentam: Sumantri Brodjonegoro • Menteri PUTL: Sutami • Menhub: Frans Seda • Mendikbud: Mashuri Saleh • Menkes: G.A. Siwabessy • Menag: Muhammad Dahlan, Abdul Mukti Ali • Menaker: Mursalin Daeng Mamangung, M. Sadli • Mentranskop: M. Sarbini, Subroto • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan, Idham Chalid (Plt.), M. S. Mintaredja • Menteri Ekuin: Sri Sultan Hamengkubuwono IX • Menteri Kesra: Idham Chalid • Menteri PPN/ Ketua BAPPENAS: Sunawar Sukowati, Widjojo Nitisastro • Menpenhukpemmen (dihapuskan sejak Reshuffle Kabinet pada 11 September 1971): M. S. Mintaredja • Menteri PPAN: Harsono Tjokroaminoto, Emil Salim • Jaksa Agung: Sugih Arto • Gubernur Bank Indonesia: Radius Prawiro • Pangkopkamtib: Maraden Panggabean, Sumitro • Mensesneg: Alamsyah Ratu Perwiranegara, Soedharmono
  • l
  • b
  • s
Kabinet Ampera II (1967–1968)
Pejabat Presiden: Soeharto
Menteri Ekuin: Sri Sultan Hamengkubuwono IX • Menteri Kesra: Idham Chalid • Mendagri: Basuki Rahmat • Menlu: Adam Malik • Menhankam/Panglima ABRI: Soeharto • Menhak: Oemar Senoadji • Menteri Penerangan: B.M. Diah • Mendikbud: Sanusi Hardjadinata • Menag: Muhammad Dahlan • Menkes: G.A. Siwabessy • Menaker: Awaluddin Djamin • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan • Menkeu: Frans Seda • Mendag: M. Jusuf • Mentan: Sutjipto • Menbun: Thoyib Hadiwidjaja • Menhub: Sutopo • Menteri Maritim: Jatidjan • Menteri PU: Sutami • Menperindariten: Ashari Danudirdjo • Menperinteksjin: Muhammad Sanusi • Mentam: Soemantri Brodjonegoro • Mentransvetbil: Sarbini Sumawinata
  • l
  • b
  • s
Kabinet Ampera I (1966–1967)
Presiden: Soekarno, Soeharto (Plt.)
  • Ketua Preskab: Soeharto
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Hankam: Soeharto
  • Menpangad: Soeharto
  • Menpangla: Muljadi
  • Menpangud: Rusmin Nurjadin
  • Menpangpol: Sutjipto Judodihardjo
  • Menvetdem: Sarbini Sumawinata
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Politik: Adam Malik
  • Menlu: Adam Malik
  • Mendagri: Basuki Rahmat
  • Menhak: Oemar Senoadji
  • Menteri Penerangan: B.M. Diah
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Kesra: Idham Chalid
  • Mendikbud: Sarino Mangunpranoto
  • Menag: Sjaifuddin Zuchri
  • Mensos: Albert Mangaratua Tambunan
  • Menkes: G.A. Siwabessy
  • Menaker: Awaluddin Djamin
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Ekonomi dan Keuangan: Hamengkubuwono IX
  • Menteri Perdagangan: Ashari Danudirdjo
  • Menkeu: Frans Seda
  • Menhub: Sutopo
  • Menteri Maritim: Jatidjan
  • Mentan: Sutjipto
  • Menhut: P.C. Harjasudirdja
  • Kementerian di bawah Menteri Utama Industri dan Pembangunan: Sanusi Hardjadinata
  • Menperin R&T: M. Jusuf
  • Menperin T&K: Muhammad Sanusi
  • Mentam: Slamet Bratanata
  • Menteri PU: Sutami
  • l
  • b
  • s
Indonesia Pahlawan Nasional Indonesia
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Jamin Ginting  · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Mas Isman · Muhammad Yasin · Syam'un · Soedirman · Soekanto Tjokrodiatmodjo · Soeprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin  · Yos Sudarso · Djatikoesoemo · Moestopo
Kemerdekaan
Agustinus Adisoetjipto · Abdulrachman Saleh · Adisumarmo Wiryokusumo · Andi Djemma · Ario Soerjo · Bagindo Azizchan · Bernhard Wilhelm Lapian · Halim Perdanakusuma · Ignatius Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Muhammad Mangundiprojo · Robert Wolter Mongisidi · Sam Ratulangi · Soepeno · Sutomo (Bung Tomo) · Tahi Bonar Simatupang
Revolusi
Ahmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Donald Izaac Panjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiyono Mangunwiyoto · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo
Pergerakan
Abdurrahman Baswedan · Maria Walanda Maramis · dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo
Sastra
Abdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
Seni
Ismail Marzuki · Usmar Ismail
Pendidikan
Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Ki Sarmidi Mangunsarkoro · Rubini Natawisastra · Sardjito · Soeharto Sastrosoeyoso
Integrasi
Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak
Pers
M. Tabrani · Roehana Koeddoes · Tirto Adhi Soerjo
Pembangunan
Moestopo · Pangeran Mohammad Noor · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes
Agama
As'ad Samsul Arifin · Abdul Chalim · Abdul Wahab Hasbullah  · Ahmad Dahlan · Ahmad Hanafiah · Ahmad Sanusi · Albertus Soegijapranata · Bagoes Hadikoesoemo · Fakhruddin · Haji Abdul Malik Karim Amrullah · Hasyim Asy'ari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Lafran Pane · Mas Mansoer · Masjkur · Mohammad Natsir · Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati · Wahid Hasjim
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Saifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s
Menteri Dalam Negeri Indonesia
Kementerian Dalam Negeri
  • Wiranatakusumah V
  • Sutan Sjahrir
  • Sudarsono Mangoenadikoesoemo
  • Mohamad Roem
  • Wondoamiseno
  • Mohamad Roem
  • Soekiman Wirjosandjojo
  • Teuku Muhammad Hasan (Darurat)
  • Soekiman Wirjosandjojo (Darurat)
  • Wongsonegoro
  • Ida Anak Agung Gde Agung (RIS)
  • Soesanto Tirtoprodjo
  • Assaat
  • Iskak Tjokroadisurjo
  • Mohamad Roem
  • Hazairin
  • Zainul Arifin (ad-interim)
  • R. Sunarjo
  • Soeroso (ad-interim)
  • R. Sunarjo
  • Sanusi Hardjadinata
  • Ipik Gandamana
  • Soemarno Sosroatmodjo
  • Basuki Rahmat
  • Amir Machmud
  • Soedharmono
  • Soepardjo Rustam
  • Rudini
  • Yogie Suardi Memet
  • R. Hartono
  • Syarwan Hamid
  • Feisal Tanjung (ad-interim)
  • Soerjadi Soedirdja
  • Hari Sabarno
  • Mohammad Ma'ruf
  • Widodo Adi Sutjipto (ad-interim)
  • Mardiyanto
  • Gamawan Fauzi
  • Tjahjo Kumolo
  • Tito Karnavian
  • Category Kategori
  • List-Class article Daftar
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Basuki_Rahmat&oldid=27813444"
Kategori:
  • Kelahiran 1921
  • Kematian 1969
  • Meninggal usia 47
  • Pahlawan nasional Indonesia
  • Pejuang kemerdekaan Indonesia
  • Tokoh TNI
  • Tokoh militer Indonesia
  • Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
  • Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh Ngawi
  • Tokoh Jawa Timur
  • Tokoh Tuban
  • Tokoh dari Tuban
  • Tokoh Angkatan 45
  • Politikus Indonesia
  • Menteri Indonesia
  • Menteri Dalam Negeri Indonesia
  • Tokoh Orde Baru
  • Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana
  • Penerima Bintang Mahaputera Utama
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • Pemeliharaan CS1: Status URL
  • Galat CS1: URL pengarsipan
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Galat CS1: parameter tidak didukung
  • Articles with hatnote templates targeting a nonexistent page
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 4 November
  • Tanggal kematian 9 Januari
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi September 2025

Best Rank
More Recommended Articles