Gunung Pulosari
| Gunung Pulosari | |
|---|---|
| Titik tertinggi | |
| Ketinggian | 1.347 m (4.416 kaki) |
| Koordinat | 6°20′31″S 105°58′41″E / 6.342083°S 105.977945°E |
| Geografi | |
Letak Gunung Pulosari di Provinsi Banten | |
| Letak | Pandeglang, Banten, Indonesia |
| Geologi | |
| Jenis gunung | Stratovolcano |
| Letusan terakhir | tidak diketahui |
| Pendakian | |
| Rute termudah | Cihunjuran, Kabupaten Pandeglang, Banten |
Gunung Pulosari adalah gunung berapi bertipe Stratovolcano yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten, Bagian Barat pulau Jawa Indonesia. Saat ini status gunung ini adalah gunung berapi yang mati karena tidak adanya aktivitas Letusan, tetapi masih terdapat aktivitas fumarol yang terjadi di dinding kaldera dengan kedalaman 300 meter.
Menurut Sajarah Banten, sesampai di Banten Girang, Sunan Gunung Jati dan putranya, Hasanuddin, mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat keramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banten Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja Demak. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut takhta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.[1]
Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca Caringin" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-resisten Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah Gunung Pulosari, dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa Shiwa Mahadewa, Durga, Batara Guru, Ganesha dan Brahma. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10.
Diperkirakan Gunung Pulosari adalah tempat keramat Kerajaan Sunda, yang pernah ada antara tahun 932 sampai 1579.
Hidrologi DAS
Mandalawangi berada di antara lereng-lereng pegunungan yang terdiri dari Gunung Pulosari, Gunung Parakasak, Gunung Karang, dan Gunung Aseupan, dimana semuanya berperan sebagai daerah tangkapan air utama dalam sistem hidrologi DAS Cibungur. Aliran permukaan dari lereng-lereng gunung ini membentuk hulu bagi sungai Ci Bungur yang bermuara ke Teluk Lada di Selat Sunda. Kawasan ini memiliki fungsi ekologis penting dalam menjaga ketersediaan air, mengendalikan banjir terutama di wilayah hilir serta mendukung keberlanjutan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) Cibungur.[2]
Referensi
- ^ Guillot, Claude; Nurhakim, Lukman; Wibisono, Sonny (1995). "La principauté de Banten Girang" [Kerajaan Banten Girang]. Archipel (dalam bahasa Prancis). 50: 13–24. doi:10.3406/arch.1995.3061. S2CID 162199028.
- ^ "Peta Interaktif SIGAP Kementerian LHK". Geoportal MenLHK. Diakses tanggal 2025-08-11.
Lihat pula
- Batu Bergores Cidaresi
- Cagar Alam Gunung Tukung Gede
- Cagar Alam Rawa Danau
- Hidrologi pegunungan
- Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
- Kerajaan Salakanagara
- Taman Nasional Ujung Kulon
- Situs Citaman
- Situs Sirit Gopar
Pranala luar
- Program Gunung Berapi Global
- "Gunung Pulosari dan Proses Islamisasi di Banten". Banten News. 2018-11-13. Diakses tanggal 2024-04-26.


