More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Zainul Arifin Pohan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Zainul Arifin Pohan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Zainul Arifin Pohan

  • Basa Bali
  • English
  • Jawa
  • Bahasa Melayu
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah nama Batak Toba/Angkola, marganya adalah Pohan.
Zainul Arifin Pohan
Zainul Arifin sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-2
Masa jabatan
26 Juni 1960 – 13 Januari 1963
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Sartono
Pengganti
Arudji Kartawinata
Sebelum
Wakil Perdana Menteri Indonesia ke-9
Masa jabatan
1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955
Menjabat bersama Wongsonegoro
PresidenSoekarno
Perdana MenteriAli Sastroamidjojo
Sebelum
Pendahulu
Prawoto Mangkusasmito
Pengganti
Djanoe Ismadi
Harsono Tjokroaminoto
Informasi pribadi
Lahir(1909-09-02)2 September 1909
Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Hindia Belanda
Meninggal2 Maret 1963(1963-03-02) (umur 53)
Jakarta, Indonesia
  • Pahlawan Nasional Indonesia Edit nilai pada Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

K.H. Zainul Arifin (2 September 1909 – 2 Maret 1963) adalah seorang Panglima Hizbullah, Wwakil Perdana Menteri Indonesia, ketua DPR-GR, dan politikus Nahdlatul Ulama (NU). Penetapan sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No 35 Tahun 1963 bertanggal 4 Maret 1963.[1][2]

Riwayat hidup

[sunting | sunting sumber]

Masa Kanak-Kanak dan Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Zainul Arifin lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara,[3] sebagai anak tunggal dari pasangan Raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Barus Sultan Sahi Alam Pohan (ayah) dengan ibunya bangsawan asal Kotanopan, Mandailing Natal, Siti Baiyah br. Nasution. Ketika Zainul masih balita, kedua orang tuanya bercerai dan ia dibawa pindah oleh ibunya ke Kotanopan, kemudian ke Kerinci, Jambi.[4][5]

Di sana ia menyelesaikan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan sekolah menengah calon guru, Normal School. Selain itu, Arifin juga memperdalam pengetahuan agama di madrasah dan surau saat menjalani pelatihan seni bela diri Pencak Silat. Arifin juga seorang pecinta kesenian yang aktif dalam kegiatan seni sandiwara musikal Melayu, Stambul Bangsawan sebagai penyanyi dan pemain biola. Stambul Bangsawan merupakan awal perkembangan seni panggung sandiwara modern Indonesia. Dalam usia 16 tahun, Zainul merantau ke Batavia (Jakarta).[5]

Karier

[sunting | sunting sumber]

Dari Gemeente ke GP Ansor

[sunting | sunting sumber]

Berbekal ijazah HIS Arifin diterima bekerja di pemerintahan kotapraja kolonial (Gemeente) sebagai pegawai di Perusahaan Air Minum (PAM) di Pejompongan, Jakarta Pusat. Di sana ia sempat bekerja selama lima tahun, sebelum akhirnya terkena PHK saat resesi global yang bermula di AS dan berdampak hingga ke wilayah Hindia Belanda. Keluar dari gemeente, Arifin kemudian memilih bekerja sebagai guru sekolah dasar dan mendirikan pula balai pendidikan untuk orang dewasa, Perguruan Rakyat, di kawasan Meester Cornelis (Jatinegara). Zainul juga sering memberi bantuan hukum bagi masyarakat Betawi yang membutuhkan sebagai tenaga Pokrol Bambu, pengacara tanpa latar belakang pendidikan Hukum namun menguasai Bahasa Belanda. Selain itu ia pun aktif kembali dalam kegiatan seni sandiwara musikal tradisional Betawi yang berasal dari tradisi Melayu, Samrah.

Ia sempat mendirikan kelompok Samrah bernama Tonil Zainul. Dari kegiatan kesenian itu, ia berkenalan dan selanjutnya sangat akrab bersahabat dengan tokoh perfilman nasional, Djamaluddin Malik yang kala itu juga bergiat dalam kegiatan Samrah. Keduanya kemudian bergabung dengan Gerakan Pemuda Ansor yang ketika itu memang aktif merekrut tenaga-tenaga muda.

Selama menjadi anggota GP Ansor inilah Arifin kemudian makin meningkatkan pengetahuan agama dan keterampilan berdakwahnya sebagai mubalig muda lewat pelatihan-pelatihan khas Ansor. Kepiawaian Zainul dalam berpidato, berdebat dan berdakwah ternyata menarik perhatian tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, organisasi induk Ansor, termasuk: Wahid Hasyim, Mahfudz Shiddiq, Muhammad Ilyas, dan Abdullah Ubaid. Hanya dalam beberapa tahun saja, Zainul Arifin sudah menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara dan berikutnya sebagai Ketua Majelis Konsul NU Batavia hingga datangnya tentara Jepang tahun 1942. Pada saat itu ia juga bekerja di Perusahaan Air Minum (PAM) pemerintah kotapraja (gemeente). Di kota ini ia juga sempat menjadi guru sekolah di daerah Jatinegara dan Bukit Duri Tanjakan.

Karier Militer

[sunting | sunting sumber]

Menjadi Panglima Hizbullah Masyumi

[sunting | sunting sumber]

Selama era pendudukan militer Jepang, Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.

Untuk menarik simpati warga hingga ke pedesaan, organisasi-organisasi Islam (utamanya NU) diberi kesempatan untuk lebih aktif terlibat dalam pemerintahan di bawah pendudukan militer Jepang. Zainul Arifin ditugaskan untuk membentuk model kepengurusan tonarigumi, cikal bakal Rukun Tetangga, di kawasan Jatinegara yang kemudian dibentuk hingga pelosok-pelosok desa di Pulau Jawa. Ketika Perang Asia Pasifik semakin memanas, Jepang mengizinkan dibentuknya laskar-laskar semi militer rakyat. Pemuda-pemuda Islam direkrut lewat jalur tonarigumi membentuk Hizbullah (Tentara Allah). Arifin dipercaya sebagai Panglima Hizbullah dengan tugas utama mengoordinasi pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusah, Bekasi, dekat Bogor. Dalam puncak kesibukan latihan perang guna mengantisipasi terjadinya Perang Asia Pasifik, Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.

Pasca-Proklamasi Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Zainul kemudian bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata. Selama masa revolusi, selain mengikuti sidang-sidang BP KNIP yang berpindah-pindah tempat karena kegawatan situasi, Arifin juga memimpin gerakan-gerakan gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama Agresi Militer I dan II.

Dalam memimpin Laskar Hizbullah, Zainul menggunakan jalur tonarigumi atau Rukun Tetangga yang dulu dibinanya hingga meliputi desa-desa terpencil di Jawa. Saat terjadi Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dan menawan Soekarno-Hatta. Dalam keadaan darurat, BP KNIP praktis tidak berfungsi. Arifin lantas terlibat sebagai anggota Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD), bagian dari Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Tugas utama Zainul melakukan konsolidasi atas badan-badan perjuangan yang melancarkan taktik gerilya di bawah komandan Jenderal Sudirman. Saat pemerintah melebur segenap pasukan bersenjata ke dalam satu wadah Tentara Nasional Indonesia, Zainul Arifin sempat dipercaya sebagai Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI. Namun akhirnya, ketika banyak mantan anggota laskar Hizbullah yang dinyatakan tidak bisa diterima menjadi anggota TNI karena tidak berpendidikan "modern" dan hanya lulusan Madrasah, ia memilih mengundurkan diri dan berkonsentrasi meneruskan perjuangan sipil di jalur politik.

Karier politik

[sunting | sunting sumber]
Zainul Arifin bersama Sukarno di Masjid Leningrad, Uni Soviet pada 1960

Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Sejak proklamasi kemerdekaan Zainul Arifin langsung duduk dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), cikal bakal lembaga legislatif MPR/DPR.

Wakil Partai Masyumi di DPRS

[sunting | sunting sumber]

Setelah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan RI akhir tahun 1949, Zainul Arifin kembali ke Parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS.[6]

Wakil Partai NU

[sunting | sunting sumber]

Kemudian menjadi wakil Partai NU ketika akhirnya partai yang dianggap representasi kiai tradisionalis ini memisahkan diri dari Masyumi pada tahun 1952.

Wakil Perdana Menteri (Waperdam) Kabinet Ali Sastroamijoyo I

[sunting | sunting sumber]

Zainul Arifin sebagai tokoh NU pertama menjabat sebagai waperdam tahun 1953–1955 kabinet Ali-Arifin - Kabinet Ali Sastroamidjojo I Zainul terlibat dalam badan eksekutif. Kabinet pada era Demokrasi Parlementer ini sukses menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.[6]

Dalam tahun 1955 itu pula Zainul berangkat haji untuk pertama dan terakhir kali ke Tanah Suci bersama Presiden Sukarno. Di sana ia dihadiahi sebilah pedang berlapis emas oleh Raja Arab Saudi, Raja Saud.

Wakil Ketua I DPR-RI & Majelis Konstituante

[sunting | sunting sumber]

Sekembalinya dari sana Zainul merupakan salah satu tokoh penting yang berhasil menempatkan partai NU ke dalam "tiga besar" pemenang Pemilu legislatif 1955, dimana jumlah kursi NU di DPR meningkat dari hanya 8 menjadi 45 kursi.

Pemilu pertama 1955 mengantar Zainul Arifin sebagai anggota Majelis Konstituante sekaligus wakil ketua I DPR RI sampai kedua lembaga dibubarkan Sukarno melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959. karena dipandang gagal merumuskan UUD baru.

Pasca Dekrit, Indonesia dinyatakan kembali ke UUD 1945 dan memasuki era Demokrasi Terpimpin. Pada masa itu terjadi pemusatan kekuasaan pada diri Presiden yang berkeras untuk menerapkan paham NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang menyudutkan partai-partai agama yang tidak ingin Partai Komunis Indonesia (PKI) berkembang di Indonesia.

Ketua DPR Gotong Royong (DPRGR)

[sunting | sunting sumber]

Memasuki era Demokrasi Terpimpin itu, Arifin bersedia mengetuai DPR Gotong Royong (DPRGR) sebagai upaya partai NU membendung kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) di parlemen.[6]

Meninggal

[sunting | sunting sumber]
Makam Zainul Arifin di TMP Kalibata, Jakarta

KH Zainul Arifin Tertembak

[sunting | sunting sumber]

Pada masa awal demokrasi terpimpin di Indonesia, terjadi beberapa percobaan pembunuhan Presden Soekarno dengan adanya peningkatan suhu politik saat itu

Masjid Baiturrahim, Istana Negara14 Mei 1962, saat salat Iduladha zainul sholat di shaff terdepan di samping kiri Presiden Sukarno dan Jenderal Abdul Haris Nasution di samping kanan Presiden Soekarno , Zainul tertembak peluru yang diarahkan seorang pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh presiden.[4]Penembakan dilakukan dari jarak kurang lebih 5-6 meter dan mengenai bahu kiri Zainul bahkan simpul dasinya terputus karena terkena peluru.[6][7]

Wafat

[sunting | sunting sumber]

Zainul Arifin wafat pada tanggal 2 Maret 1963 setelah menderita luka bekas tembakan di bahunya selama sepuluh bulan. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.[8][6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pahlawan Nasional". sumutprov.go.id. Diakses tanggal 2024-12-17.
  2. ^ "Zainul Arifin - Ensiklopedia". esi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-12-17.
  3. ^ "H. Zainul Arifin - NU (Nahdlatul Ulama) - Profil Anggota". Konstituante.Net. Diakses tanggal 2024-12-19.
  4. ^ a b Media, Kompas Cyber (2021-05-07). "KH Zainul Arifin Pohan: Kehidupan, Karir, dan Panglima Hizbullah". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-11-11.
  5. ^ a b "Mengenal KH Zainul Arifin, Tokoh Pejuang dan Politik Indonesia Keturunan Raja Barus". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19.
  6. ^ a b c d e "Kisah KH Zainul Arifin yang Tertembak saat Salat Bersama Bung Karno". SINDOnews Nasional. Diakses tanggal 2024-12-17.
  7. ^ "Peristiwa Idul Adha Berdarah Tahun 1962, KH Zainul Arifin Tertembak Peluru pada Rakaat Kedua". NU Online. Diakses tanggal 2024-12-23.
  8. ^ Wulandari, T., S. S. (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. hlm 32. Indonesia: Sub Direktorat Sejarah, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendral Kebudayaan.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • (Indonesia) Biodata pada Kepustakaan Presiden RI[pranala nonaktif permanen]
  • (Indonesia) Buku : Biografi KH. Zainul Arifin : Berdzikir Menyiasati Angin Helmy, Ario (2009). Biografi K.H. Zainul Arifin: berdzikir menyiasati angin. Pucuk Pimpinan Lajnah Taklif wan Nasyr, NU. ISBN 6029581503. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • (Indonesia) Buku : K.H. Zainul Arifin. Siahaan., EK (1984). K.H. Zainul Arifin. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi : Indonesia. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • (Indonesia) Buku : Pahlawan-Pahlawan Bangsa Yang Terlupakan. Prasetya, Johan (2014). Pahlawan-pahlawan bangsa yang terlupakan. Yogyakarta: Saufa. ISBN 978-602-255-637-4. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  • (Indonesia) Jurnal : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi; KH. ZAINUL ARIFIN POHAN SEBAGAI PANGLIMA SANTRI DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.
  • l
  • b
  • s
Indonesia Pahlawan Nasional Indonesia
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Jamin Ginting  · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Mas Isman · Muhammad Yasin · Syam'un · Soedirman · Soekanto Tjokrodiatmodjo · Soeprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin  · Yos Sudarso · Djatikoesoemo · Moestopo
Kemerdekaan
Agustinus Adisoetjipto · Abdulrachman Saleh · Adisumarmo Wiryokusumo · Andi Djemma · Ario Soerjo · Bagindo Azizchan · Bernhard Wilhelm Lapian · Halim Perdanakusuma · Ignatius Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Muhammad Mangundiprojo · Robert Wolter Mongisidi · Sam Ratulangi · Soepeno · Sutomo (Bung Tomo) · Tahi Bonar Simatupang
Revolusi
Ahmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Donald Izaac Panjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiyono Mangunwiyoto · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo
Pergerakan
Abdurrahman Baswedan · Maria Walanda Maramis · dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo
Sastra
Abdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
Seni
Ismail Marzuki · Usmar Ismail
Pendidikan
Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Ki Sarmidi Mangunsarkoro · Rubini Natawisastra · Sardjito · Soeharto Sastrosoeyoso
Integrasi
Pajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak
Pers
M. Tabrani · Roehana Koeddoes · Tirto Adhi Soerjo
Pembangunan
Moestopo · Pangeran Mohammad Noor · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes
Agama
As'ad Samsul Arifin · Abdul Chalim · Abdul Wahab Hasbullah  · Ahmad Dahlan · Ahmad Hanafiah · Ahmad Sanusi · Albertus Soegijapranata · Bagoes Hadikoesoemo · Fakhruddin · Haji Abdul Malik Karim Amrullah · Hasyim Asy'ari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Lafran Pane · Mas Mansoer · Masjkur · Mohammad Natsir · Muhammad Zainuddin Abdul Madjid  · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati · Wahid Hasjim
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Saifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s
Indonesia Wakil Perdana Menteri Indonesia
Era Perjuangan Kemerdekaan
  • A.K. Gani (1947–48)
  • Setjadjit Soegondo (1947–48)
  • Sjamsoedin (1947–48)
  • Wondoamiseno (1947–48)
  • Syafruddin Prawiranegara (1949)
  • Abdoel Hakim (1950)
Era Demokrasi Parlementer
  • Hamengkubowono IX (1950–51)
  • Soewirjo (1951–52)
  • Prawoto Mangkoesasmito (1952–53)
  • Wongsonegoro (1953–55)
  • Zainul Arifin (1953–55)
  • Djanoe Ismadi (1955–56)
  • Harsono Tjokroaminoto (1955–56)
  • Mohamad Roem (1956–57)
  • Idham Chalid (1956–59)
  • Hardi (1957–59)
  • Johannes Leimena (1957–59)
Era Demokrasi Terpimpin
Wakil Menteri Pertama
  • Johannes Leimena (1960–63)
  • Soebandrio (1962–63)
  • Saharjo (1962–63)
  • A.H. Nasution (1962–63)
  • Suprajogi (1962–63)
  • Notohamiprodjo (1962–63)
  • Muljadi Djojomartono (1962–63)
  • Mohammad Yamin (1962–63)
Wakil Perdana Menteri
  • Johannes Leimena (1963–66)
  • Soebandrio (1963–66)
  • Chaerul Saleh (1963–66)
  • Hamengkubowono IX (1966)
  • Adam Malik (1966)
  • Idham Chalid (1966)
  • Roeslan Abdulgani (1966)
  • Soeharto (1966)

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Pohan, Zainul Arifin" mengabaikan kunci pengurutan baku "Arifin, Zainul" sebelumnya.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zainul_Arifin_Pohan&oldid=27369382"
Kategori:
  • Kelahiran 1909
  • Kematian 1963
  • Meninggal usia 53
  • Pahlawan nasional Indonesia
  • Meninggal usia 54
  • Tokoh Batak
  • Marga Pohan
  • Tokoh Sumatera Utara
  • Tokoh Nahdlatul Ulama
  • Politikus Indonesia
  • Politikus Partai Nadhlatul Ulama
  • Wakil Perdana Menteri Indonesia
  • Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
  • Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
  • Anggota DPR RI 1956–1959
  • Anggota Konstituante Republik Indonesia
  • Hizbullah
Kategori tersembunyi:
  • Halaman dengan argumen ganda di pemanggilan templat
  • CS1 sumber berbahasa Inggris (en)
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 2 September
  • Tanggal kematian 2 Maret
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juni 2025
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif
  • Artikel dengan pranala luar nonaktif permanen
  • Pemeliharaan CS1: Status URL

Best Rank
More Recommended Articles