More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo

  • Deutsch
  • English
  • Français
  • 日本語
  • Jawa
  • Polski
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kartosuwiryo)
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo
Imam Negara Islam Indonesia
Masa jabatan
7 Agustus 1949 – 4 Juni 1962
Sebelum
Pendahulu
posisi dibentuk
Pengganti
posisi dihapuskan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1905-01-07)7 Januari 1905
Cepu, Hindia Belanda
Meninggal5 September 1962(1962-09-05) (umur 57)
Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia
Sebab kematianEksekusi dengan regu tembak
Suami/istriDewi Siti Kalsum
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (7 Januari 1905 – 5 September 1962) adalah seorang mistikus Islam Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 sampai 1962, dengan tujuan untuk menggulingkan ideologi sekuler Pancasila dan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) berdasarkan hukum syariah.

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Sekarmadji Maridjan adalah satu dari sepasang anak Kartosoewirjo, seorang mantri candu. Kartosoewirjo adalah salah satu dari 7 anak Kartodikromo, seorang lurah di Cepu. Salah satu adik Kartosoewirjo yang bernama Marco Kartodikromo adalah seorang penulis anti-Belanda berhaluan kiri. Ayah Kartodikromo sendiri adalah lurah Merak, Panolan, Cepu yang bernama Ronodikromo, yang masih keturunan Arya Penangsang, adipati Jipang di abad ke-16.

Pada tahun 1901, Belanda menetapkan politik etis (politik balas budi). Penerapan politik etis ini menyebabkan banyak sekolah modern yang dibuka untuk penduduk pribumi. Kartosoewirjo adalah salah seorang anak negeri yang berkesempatan mengenyam pendidikan modern ini. Hal ini disebabkan karena ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu.[1]

Pada umur 8 tahun, Kartosoewirjo masuk ke sekolah Inlandsche School der Tweede Klasse (ISTK). Sekolah ini menjadi sekolah nomor dua bagi kalangan bumiputera. Empat tahun kemudian, ia masuk ELS di Bojonegoro (sekolah untuk orang Eropa). Orang Indonesia yang berhasil masuk ELS adalah orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Di Bojonegoro, Kartosoewirjo mengenal guru rohaninya yang bernama Notodiharjo, seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran Muhammadiyah. Ia menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam meresponi ajaran-ajaran Islam.[2]

Setelah lulus dari ELS pada tahun 1923, Kartosoewirjo melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Kedokteran Nederlands-Indische Artsenschool. Pada masa ini, ia mengenal dan bergabung dengan organisasi Syarikat Islam yang dipimpin oleh H. O. S. Tjokroaminoto. Ia sempat tinggal di rumah Tjokroaminoto. Ia menjadi murid sekaligus sekretaris pribadi H. O. S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto sangat memengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi politik Kartosoewirjo. Ketertarikan Kartosoewirjo untuk mempelajari dunia politik semakin dirangsang oleh pamannya yang semakin memengaruhinya untuk semakin mendalami ilmu politik. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila nanti Kartosoewirjo tumbuh sebagai orang yang memiliki integritas keIslaman yang kuat dan kesadaran politik yang tinggi. Tahun 1927, Kartosoewirjo dikeluarkan dari Nederlands-Indische Artsenschool karena ia dianggap menjadi aktivis politik serta memiliki buku sosialis dan komunis.[2]

Karier

[sunting | sunting sumber]

Kartosoewirjo juga bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran harian Fadjar Asia. Ia membuat tulisan-tulisan yang berisi penentangan terhadap bangsawan Jawa (termasuk Sultan Solo) yang bekerja sama dengan Belanda. Dalam artikelnya tampak pandangan politiknya yang radikal. Ia juga menyerukan agar kaum buruh bangkit untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka, tanpa memelas. Ia juga sering mengkritik pihak nasionalis lewat artikelnya.[1]

Kariernya kemudian melejit saat ia menjadi sekretaris jenderal Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). PSII merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam. Kartosoewirjo kemudian bercita-cita untuk mendirikan negara Islam (Daulah Islamiyah). Di PSII ia menemukan jodohnya. Ia menikah dengan Umi Kalsum, anak seorang tokoh PSII di Malangbong. Ia kemudian keluar dari PSII dan mendirikan Komite Pembela Kebenaran Partai Sarekat Islam Indonesia (KPKPSII).

Menurut Kartosoewirjo, PSII adalah partai yang berdiri di luar lembaga yang didirikan oleh Belanda. Oleh karena itu, ia menuntut suatu penerapan politik hijrah yang tidak mengenal kompromi. Menurutnya, PSII harus menolak segala bentuk kerja sama dengan Belanda tanpa mengenal kompromi dengan cara jihad. Ia mendasarkan segala tindakkan politiknya saat itu berdasarkan pembedahan dan tafsirannya sendiri terhadap Al-Qur’an. Ia tetap ngotot pada pendiriannya, walaupun berbagai rintangan menghadang, baik itu rintangan dari tubuh partai itu sendiri, rintangan dari tokoh nasionalis, maupun rintangan dari tekanan pemerintah Kolonial.[1]

Masa perang kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Pada masa perang kemerdekaan 1945-1949, Kartosoewirjo terlibat aktif tetapi sikap kerasnya membuatnya sering bertolak belakang dengan pemerintah, termasuk ketika ia menolak pemerintah pusat agar seluruh Divisi Siliwangi mundur ke Jawa Tengah. Perintah mundur itu merupakan konsekuensi dari Perjanjian Renville yang sangat mempersempit wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Karena semua perjanjian yang dibuat pemerintah Belanda menyengsarakan rakyat Indonesia, perjanjian-perjanjian semuanya hanya untuk mengelabui orang orang penting agar mereka taat kepada Hindia Belanda. Maka dari itu Kartosoewirjo menolak mentah mentah semua perjanjian yang diadakan oleh Belanda.

Kartosoewirjo juga menolak posisi menteri yang ditawarkan Amir Sjarifuddin yang saat itu menjabat Perdana Menteri. Pada waktu itu, Sugondo Djojopuspito, yang kenal baik dengan Kartosoewirjo dan Amir Sjarifuddin ketika peristiwa Sumpah Pemuda 1928 di Batavia, membujuk Kartosoewirjo: Wis to Mas, miliho menteri opo wae asal ojo Menteri Pertahanan utowo Menteri Dalam Negeri (Sudahlah Mas, pilih jadi menteri apa saja, tetapi jangan Menteri Pertahanan atau Menteri Dalam Negeri). Kartosoewirjo menjawab: Emoh, nek dasar negoro ora Islam (Tidak mau, kalau dasar negara bukan Islam).

Negara Islam Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Kekecewaannya terhadap pemerintah pusat semakin membulatkan tekadnya untuk membentuk Negara Islam Indonesia. Kartosoewirjo kemudian memproklamirkan NII pada 7 Agustus 1949. Tercatat beberapa daerah menyatakan menjadi bagian dari NII terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pemerintah Indonesia kemudian bereaksi dengan menjalankan operasi untuk menangkap Kartosoewirjo. Gerilya NII melawan pemerintah berlangsung lama. Pemberontakan Kartosoewirjo berakhir ketika aparat keamanan menangkapnya setelah melalui perburuan panjang di wilayah Gunung Rakutak di Jawa Barat pada 4 Juni 1962. Pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati Kartosoewirjo pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Keluarga

[sunting | sunting sumber]

SM. Kartosoewirjo menikah dengan Dewi Siti Kalsoem (1913-1998), yang merupakan puteri dari Ajengan Kartawisastra, ulama asal Malangbong, Garut dan Raden Roeboe Asijah. Dewi Siti Kalsoem adalah sepupu dari ibu kandung penyanyi Mulan Jameela. Pernikahan SM. Kartosoewirjo dan Dewi Siti Kalsoem dikaruniai 12 anak, di mana 3 anak terakhir lahir saat Kartosoewirjo bergerilya di hutan:

  • Tati, meninggal saat bayi.
  • Tjoekoep (1935-1951), meninggal karena tertembak di hutan.
  • Dodo M. Darda
  • Rohmat, meninggal pada usia 10 tahun
  • Sholeh, meninggal saat bayi.
  • Tahmid Rahmat Basoeki
  • Abdoellah, meninggal saat bayi.
  • Tjoetjoe, menderita kelumpuhan.
  • Danti
  • Ika Kartika
  • Komalasari
  • Sardjono (1957-2020)[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  • Negara Islam Indonesia

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Chaidar, Al. 1999. Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S. M. Kartosoewirjo. Jakarta. Darul Falah.
  2. ^ a b Dengel, Holk H., 1995. Darul Islam dan S. M. Kartosoewirjo. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
  3. ^ Mar’ie, Haidar. "Wasiat Almarhum Sardjono: Ingin Meninggal Saat Membaca Al Qu'ran". beritainspiratif.com. Berita Inspiratif. Diakses tanggal 21 Mei 2023.
  • l
  • b
  • s
Islam di Indonesia
Cabang lainnya
  • Ahmadiyyah
  • Kejawen
  • Pembagian lama
    • Abangan
    • Priyayi
    • Santri
Tokoh utama
Era klasik
  • Hamzah Fansuri
  • Yusuf Al-Makassari
  • Malikussaleh
  • Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi
  • Padri
    • Tuanku Imam Bonjol
    • Tuanku Rao
    • Tuanku Tambusai
  • Walisongo
    • Sunan Ampel
    • Sunan Bonang
    • Sunan Drajat
    • Sunan Giri
    • Sunan Gunung Jati
    • Maulana Malik Ibrahim
    • Sunan Kalijaga
    • Sunan Kudus
    • Sunan Muria
  • Abdurrauf as-Singkili
  • Ali Mughayat Syah
  • Tuanku Nan Tuo
  • Burhanuddin Ulakan
  • Usman bin Yahya
Era Kebangkitan
Nasional
  • Abdullah Ahmad
  • Abdul Karim Amrullah
  • Hasyim Asy'ari
  • Muhammad As'ad al-Bugisi
  • Ahmad Dahlan
  • Abbas Abdullah
  • Tahir bin Jalaluddin
  • Muhammad Djamil Djambek
  • Idrus bin Salim al-Jufri
  • Hasan Ma'shum
  • Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
  • Mas Mansoer
  • Ahmad Khatib al-Minangkabawi
  • Haji Misbach
  • Sulaiman ar-Rasuli
  • Rasuna Said
  • Tjokroaminoto
Pasca-
kemerdekaan
  • Mukti Ali
  • Ulil Abshar Abdalla
  • Abdul Malik Karim Amrullah
  • Firanda Andirja
  • Syech bin Abdul Qodir Assegaf
  • Azyumardi Azra
  • Abu Bakar Ba'asyir
  • Khalid Basalamah
  • Syafiq Riza Basalamah
  • Idham Chalid
  • Djohan Effendi
  • A.R. Fachruddin
  • Abdullah Gymnastiar
  • Wahid Hasyim
  • Adi Hidayat
  • Afifi Fauzi Abbas
  • Rhoma Irama
  • Ali Jaber
  • Yazid bin Abdul Qadir Jawas
  • Kartosoewirjo
  • Ahmad Syafii Maarif
  • Yahya Zainul Maarif
  • Nurcholish Madjid
  • Sahal Mahfudh
  • Munzir Al-Musawa
  • Hasyim Muzadi
  • Zainuddin MZ
  • Harun Nasution
  • Bachtiar Nasir
  • Mohammad Natsir
  • Ahmad Bahauddin Nursalim
  • Amien Rais
  • Idrus Ramli
  • Ahmad Muhtadi Dimyathi
  • Muhammad Rizieq Shihab
  • Quraish Shihab
  • Ma'ruf Amin
  • Said Aqil Siradj
  • Abdul Somad
  • Din Syamsuddin
  • Ahmad Wahib
  • Abdurrahman Wahid
  • Muhammad Luthfi bin Yahya
  • Muammar Z.A.
  • Maimun Zubair
Organisasi
Negara
  • Kementerian Agama Republik Indonesia
    • Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
    • Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
    • Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
  • Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
Masyarakat sipil
  • Alkhairaat
  • Lembaga Dakwah Kampus
  • Hidayatullah
  • Hizbut Tahrir Indonesia
  • Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
  • Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
  • Majelis Mujahidin Indonesia
  • Majelis Ulama Indonesia
  • Al-Irsyad Al-Islamiyyah
  • Front Pembela Islam
  • Jaringan Islam Liberal
  • Majelis Rasulullah
  • Muhammadiyah
    • Aisyiyah
  • Himpunan Mahasiswa Islam
  • Nahdlatul Ulama
    • Gerakan Pemuda Ansor
  • Nahdlatul Wathan
  • Perhimpunan Al-Irsyad
  • PERSIS
  • Persatuan Tarbiyah Islamiyah
  • Rabithah Alawiyah
  • Sarekat Islam
  • Sumatera Thawalib
Partai politik
  • Partai Bulan Bintang
  • Partai Sarekat Islam Indonesia
  • Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
  • Partai Masyumi
  • Partai Kebangkitan Bangsa
  • Partai Amanat Nasional
  • Partai Matahari Bangsa
  • Persatuan Muslim Indonesia
  • Partai Keadilan Sejahtera
  • Partai Kebangkitan Nasional Ulama
  • Partai Persatuan Pembangunan
Laskar
  • Banser
  • Darul Islam
  • Jamaah Ansharut Tauhid
  • Jamaah Islamiyah
  • KOKAM
  • Laskar Jihad
  • Mujahidin Indonesia Timur
Sejarah
Pra-
kemerdekaan
  • Penyebaran Islam di Nusantara
  • Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh
  • Wali Sanga
  • Negeri Islam di Indonesia
    • Kesultanan Aceh
    • Kesultanan Bolango
    • Kesultanan Demak
    • Kesultanan Gorontalo
    • Kesultanan Gowa
    • Kesultanan Malaka
    • Kesultanan Mataram
    • Kesultanan Samudera Pasai
    • Kesultanan Ternate
    • Kesultanan Tidore
    • Kesultanan Yogyakarta
  • Perang Padri
Pasca-
kemerdekaan
  • Piagam Jakarta
  • Petisi 50
  • Peristiwa Tanjung Priok
  • Pemberontakan di Aceh
  • Kerusuhan Kepulauan Maluku
  • Kerusuhan Poso
  • Fatwa tentang Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme Agama
  • November 2016 / Desember 2016 / Aksi 112
Daerah
Sumatra
  • Aceh
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Kepulauan Riau
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Riau
  • Sumatera Barat
  • Sumatera Selatan
  • Sumatera Utara
Jawa
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Yogyakarta
Nusa Tenggara
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
Kalimantan
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
Sulawesi
  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Utara
Maluku
  • Maluku
  • Maluku Utara
Papua
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan
  • Papua Selatan
  • Papua Tengah
Kebudayaan
  • Adat
  • Arsitektur
    • Bedug
    • Tajug
  • Pakaian
    • Peci
    • Sarung
  • Lebaran
  • Masjid
    • Masjid Istiqlal
  • Musabaqah Tilawatil Quran
  • Saman
  • Sekaten
  • Slametan
  • Tabligh Akbar
  • Tabuik
  • Tausiyah
  • "Tombo Ati"
  • Yaqowiyu
Pendidikan
  • Iqro
  • Jamiat Kheir
  • Kitab kuning
  • Kyai
  • LIPIA
  • Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
  • Pesantren
    • Pondok Pesantren Walibarokah Kediri
    • Pondok Modern Darussalam Gontor
  • Surau
Gerakan
  • Islam Nusantara
  • Jamaah Tabligh
  • Jemaah Tarbiyah
  • Modernisme Islam
  • Islam tradisionalis
  • Salafi
  • Syiah
Lainnya
  • Al-Munir
  • Babad Tanah Jawi
  • Hukum jinayat di Aceh
  • Sajarah Banten
  • Tafsir Al-Mishbah
  • Masjid di Indonesia
  • Sejarah Indonesia
  • Pahlawan Nasional Indonesia
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sekarmadji_Maridjan_Kartosoewirjo&oldid=27547421"
Kategori:
  • Kelahiran 1905
  • Kematian 1962
  • Meninggal usia 57
  • Tokoh Jawa
  • Tokoh Jawa Tengah
  • Tokoh Blora
  • Tokoh Islam Indonesia
  • Tokoh Indonesia yang dieksekusi
  • Pemberontak Indonesia
  • Negara Islam Indonesia
Kategori tersembunyi:
  • Pages using the JsonConfig extension
  • Artikel biografi dengan tabel penghargaan
  • Semua orang yang sudah meninggal
  • Tanggal kelahiran 7 Januari
  • Tanggal kematian 5 September
  • Artikel dengan templat lahirmati
  • Semua artikel biografi
  • Artikel biografi Juli 2025

Best Rank
More Recommended Articles