More Info
KPOP Image Download
  • Top University
  • Top Anime
  • Home Design
  • Top Legend



  1. ENSIKLOPEDIA
  2. Wali Sanga - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wali Sanga - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wali Sanga

  • العربية
  • English
  • Español
  • Français
  • हिन्दी
  • 日本語
  • Jawa
  • Madhurâ
  • Basa Banyumasan
  • Bahasa Melayu
  • Nederlands
  • Polski
  • پنجابی
  • Sunda
  • اردو
  • 中文
Sunting pranala
  • Halaman
  • Pembicaraan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Perkakas
Tindakan
  • Baca
  • Sunting
  • Sunting sumber
  • Lihat riwayat
Umum
  • Pranala balik
  • Perubahan terkait
  • Pranala permanen
  • Informasi halaman
  • Kutip halaman ini
  • Lihat URL pendek
  • Unduh kode QR
Cetak/ekspor
  • Buat buku
  • Unduh versi PDF
  • Versi cetak
Dalam proyek lain
  • Wikimedia Commons
  • Butir di Wikidata
Tampilan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Walisongo)
Artikel ini ditulis menyerupai opini penulis Wikipedia mengenai suatu topik, alih-alih pendapat para ahli.. Bantulah menyuntingnya dengan menghapus bagian tersebut dan menuliskannya sesuai dengan gaya penulisan ensiklopedia.
Artikel ini membutuhkan perhatian dari ahli di bidang Indonesia. Alasannya ialah: Memerlukan peninjauan terperinci dan ringkasan teks yang terlalu panjang, sumbernya dipertanyakan, dan berpotensi spekulatif. Jika Anda adalah ahli yang dapat membantu, silakan perbaiki kualitas artikel ini. (March 2017)

Walisongo (lebih dikenal sebagai Wali Songo, bahasa Jawa: ꦮꦭꦶꦱꦔ; WALI SONGO, "Sembilan Wali" merupakan tokoh Islam yang dihormati di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, karena peran historis mereka dalam penyebaran agama Islam di Indonesia

Walisongo merupakan para pendakwah Islam yang hadir di Pulau Jawa sejak akhir abad 15 M hingga abad 16 M. Ada cukup banyak literatur yang membahas WALISONGO. Di antara paling populer adalah Babad Tanah Jawa, yang ditulis era Pakubuwana (abad 19 M), dan literatur yang jauh lebih tua, Kitab WaliSana yang bersumber pada literatur Kedatuan Giri(abad 16 M). Sementara pendekatan arkeologis dan filologis membuktikan Islam sudah datang di Pulau Jawa sejak abad 11 M, jauh sebelum era Walisongo.

Karya sastra Babad Tanah Jawa menyebut bahwa anggota Walisongo yang berdakwah di Pulau Jawa berjumlah sebanyak sembilan orang. Sebab, Songo berarti sembilan. Di antara anggota Walisongo yang berdakwah di Pulau Jawa pada abad 15 - 16 M versi Babad adalah; (1) Sunan Gresik Maulana Malik Ibrohim, (2) Sunan Ampel Raden Rahmat, (3) Sunan Bonang Makhdum Ibrohim, (4) Sunan Drajat Raden Qosim, (5) Sunan Kudus Ja'far Shodiq, (6) Sunan Kali Jaga Raden Said, (7) Sunan Muria Raden Umar Said, (8) Sunan GIri Raden Paku, (9) Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah.

Secara literatur, istilah Walisongo muncul pertamakali pada Babad Tanah Jawa. Pakem standar yang menyebut jumlah Wali ada sembilan orang, sumber paling tua adalah karya Babad Tanah Jawa di era Pakubuwana tersebut. Sebelum era sastra Babad Tanah Jawa (abad 19 M), tak ditemui istilah Walisongo, yang ada adalah Walisana.

Sementara literatur-literatur yang menginduk pada Babad Tanah Jawa seperti Babad Kartasura, Serat Ronggowarsito, Serat Centhini, Babad Bandawasa, Babad Pathi, Babad Ajisoko, Babad Brawijaya, Babad Trunojoyo, Babad Mataram dan Babad-babad lainnya, menginformasikan perihal tak jauh berbeda dari sumber utamanya, yaitu Babad Tanah Jawa (abad 19 M).

Jumlah Wali sebanyak sembilan orang yang dipakemkan Babad Tanah Jawa, berdampak negatif pada terjadinya kesalahan logika periodisasi. Misalnya, Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik digolongkan kedalam generasi Sunan Ampel. Padahal, Syekh Maulana Malik Ibrahim sudah wafat, bahkan ketika Sunan Ampel belum memulai gerakan dakwah (Sunyoto, 2012).

Banyak yang menyamakan tokoh Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik dengan Maulana Ibrahim Asmoroqondi Tuban (ayah Sunan Ampel). Padahal, keduanya dua tokoh yang berbeda. Keduanya juga hidup di zaman yang berbeda. Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik jauh lebih dulu datang ke Pulau Jawa, sebelum Maulana Ibrahim Asmoroqondi (ayah Sunan Ampel).

Ada cukup banyak Wali yang tidak terakomodir Babad Tanah Jawa. Namun memiliki jejak literatur dan arkeologis jelas. Seperti Fatimah binti Maimun (abad 11 M), Syekh Syamsuddin al Wasil (abad 12 M), Sultan Malik As-Shalih (abad 13 M), Syekh Maulana Malik Ibrahim (akhir abad 13 M), Syekh Jumadil Kubro (abad 14 M), Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi (akhir abad 14 M), Syekh Siti Jenar (abad 15 M), hingga Wali Tembayat (abad 16 M).

Dalam Kitab Walisana, literatur ilmiah yang jauh lebih tua dan lebih dipercaya dibanding sastra Babad Tanah Jawa, memberi informasi berbeda. Literatur yang ditulis pada awal abad 16 M tersebut tidak menyebut Walisongo, tapi Walisana. "Sana" merupakan bahasa Jawa kuno yang berarti tempat atau daerah. Walisana berarti Wali di suatu daerah.

Berdasar Kitab Walisana, jumlah Wali pada awal abad 16 M sebanyak delapan orang. Yaitu; (1) Sunan Ampel di Surabaya (2), Sunan Gunung Jati di Cirebon, (3) Sunan Ngudung di Jipang, (4) Sunan Giri di Gresik, (5) Sunan Bonang di Tuban, (6) Sunan Alim di Majagung, (7) Sunan Mahmud di Drajat, dan (8) Sunan Kali.

Istilah Walisana berkonsep Wali Wolu Siji Tinari. Setiap zaman dan era selalu memunculkan tokoh-tokoh yang berbeda, berbasis titik kewilayahan dakwahnya. Walisana tidak berbasis pakem nama seperti Babad Tanah Jawa, tapi berbasis kewilayahan dakwah. Dalam konsep Walisana, memungkinkan cukup banyak nama Wali di tiap kewilayahan dan zaman.

Arti Wali Sanga

[sunting | sunting sumber]
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali abad 15 - 16 M.

Ada sejumlah pendapat tentang makna Walisongo. Pendapat pertama mengatakan, Walisongo berarti Wali Sembilan. Sebab, Songo memiliki arti sembilan. Sumber paling tua yang mengutarakan argumentasi ini adalah sastra Babad Tanah Jawa yang ditulis pada abad 18 M oleh Pakubuwana.

Sementara pendapat kedua adalah Walisana. Sana di sini bukan Bahasa Arab "tsana", tapi Bahasa Jawa Kuno "Sana", yang memiliki makna tempat atau daerah atau wilayah. Walisana berarti Wali di suatu daerah. Walisana merupakan konsep "Wali Wolu Siji Tinari" yang merupakan konsep kuno dari Jawa. Argumen ini bersumber dari Kitab Walisana yang ditulis abad 16 M.

Sementara Konsep Walisanga atau Wali Sembilan dalam kosmologi Islam, sumber utamanya dapat dilacak pada konsep kewalian yang secara umum oleh kalangan penganut sufisme diyakini meliputi sembilan tingkat kewalian. Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Araby atau Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah memaparkan tentang sembilan tingkat kewalian dengan tugas masing-masing sesuai kewilayahan. Kesembilan tingkat kewalian itu:

1) Wali Aqthab atau Wali Quthub, yaitu pemimpin dan penguasa para wali di seluruh alam semesta.
2) Wali Aimmah, yaitu pembantu Wali Aqthab dan menggantikan kedudukannya jika wafat.
3) Wali Autad, yaitu wali penjaga empat penjuru mata angin.
4) Wali Abdal, yaitu wali penjaga tujuh musim.
5) Wali Nuqaba, yaitu wali penjaga hukum syariat.
6) Wali Nujaba, yang setiap masa berjumlah delapan orang.
7) Wali Hawariyyun, yaitu wali pembela kebenaran agama, baik pembelaan dalam bentuk argumentasi maupun senjata.
8) Wali Rajabiyyun, yaitu wali yang karomahnya muncul setiap bulan Rajab.
9) Wali Khatam, yaitu wali yang menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan umat Islam.[1]

Nama para Wali Sanga

[sunting | sunting sumber]

Nama para Wali Sanga tersebut yaitu:

  • Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
  • Sunan Ampel atau Raden Rahmat
  • Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim

  • Sunan Drajat atau Raden Qasim Syarifuddin
  • Sunan Kudus atau Raden Ja'far Shadiq
  • Sunan Giri atau Joko Samudro atau Raden Paku atau Muhammad 'Ainul Yaqin atau Prabu Satmata

  • Sunan Kalijaga atau Raden Syahid
  • Sunan Muria atau Raden Umar Said
  • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Tokoh pendahulu Wali Sanga

[sunting | sunting sumber]
  • Syekh Jumadil Qubro
  • Syaikh Syamsuddin Al-wasil
  • Khaliqul Idrus
  • Syekh Nurjati
  • Qurotul Ain
  • Bentong
  • Ali Murtadho
  • Muhammad Nurul Yaqin
  • Fatimah binti Maimun

Asal-usul Wali Sanga

[sunting | sunting sumber]

Teori keturunan Hadramaut

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam buku Thariqah Menuju Kebahagiaan menyebut dan mendukung bahwa Wali Sanga adalah keturunan Hadramaut (Yaman). Namun, pendapat ini dirasa lemah karena mayoritas literatur ilmiah Delpher menyebut, orang-orang Hadramaut baru datang ke Pulau Jawa atas lisensi Belanda pada abad 19 M. Tepatnya periode Pasca Perang Jawa (1825-1830 M). Orang Hadramaut yang datang ke Pulau Jawa, bergelar Habib dan menampakkan "marga" di belakang namanya. Tradisi marga di belakang nama, menurut Agus Sunyoto (2012), hanya ada di Hadramaut, dan tidak ditemui pada tradisi para Sayyid yang berasal dari Hijaz maupun Maroko.

Pendapat bahwa Walisongo keturunan Sadah Maroko jauh lebih kuat. Baik secara literatur maupun tradisi. Mayoritas catatan dari abad 18 hingga 19 M, baik berupa naskah Babad ataupun Manuskrip, tak ada satupun yang menyebut kata Habib. Mayoritas menyebut kata Sayyid atau Makhdum. Penyebutan namanya pun tanpa disertai "marga" seperti umumnya tradisi Hadramaut. Agus Sunyoto menyebut, pada abad 14 M, para pemuka Islam dari Iran, Maroko, dan Uzbekistan, yang leluhurnya berasal dari Hijaz, sudah berdatangan ke Nusantara dalam rangka persebaran Islam. Mereka keluarga Hasan dan Husain. Ada yang berasal dari jalur Al Kazimi Al Husaini.[2]

Pandangan Walisongo berasal dari Hadramaut didukung oleh ulama besar NU KH Bisri Mustofa menulis kitab Tarikhul Auliya[3] Kitab itu berisi sejarah Islam di nusantara dan silsilah Walisongo yang berasal dari Yaman.[4] Hal ini dibuktikan dengan mazhab Islam di Yaman sama dengan di Indonesia dan berbeda dengan Maroko. Bahkan ritual yang dilakukan oleh anggota Nahdlatul Ulama seperti tahlilan, maulid, ziarah taqbil dan Haul berasal dari Yaman.[5][6] Praktik yang dilakukan secara rutin seperti Majelis Zikir (biasanya dengan membaca zikir atau wirid seperti Wird al-Latif atau Ratib oleh Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad setelah setiap waktu Subuh dan Magrib),[7] Tahlil (bentuk lain dari majelis zikir, tetapi biasanya dilakukan jika seseorang meninggal), membaca buku-buku Islam klasik [8] dan Ziarah adalah praktik tradisi Yaman.[9]

Teori keturunan Cina (Hui)

[sunting | sunting sumber]

Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Wali Sanga adalah keturunan Tionghoa Muslim.[10] Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Wali Sanga adalah keturunan Arab-Indonesia.

Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Wali Sanga berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.

Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan.[11]

Teori keturunan Dinasti Ayubiyah/Fatimiyah

[sunting | sunting sumber]

Teori lain adalah dinasti Ayubiyah/Fatimiyah. Teori ini khususnya bagi Walisongo di Jawa Timur. Hal ini diperkuat dengan keberadaan makam Fatimah binti Maimun yang kemungkinan merupakan nama seorang bangsawan dari dinasti Fatimiyah.

Teori Mekah

[sunting | sunting sumber]

Teori Mekah adalah teori yang dikemukakan oleh Buya Hamka. Buya Hamka dengan sangat detail menyebut Islam datang dari Hijaz. Dari negeri-negeri Islam seperti Maroko dan Uzbekistan yang leluhurnya berasal dari Hijaz (Makkah). Teori ini sekaligus mengkritisi teori Hadramaut. Teori Makkah memperkuat bahwa para Wali Songo berasal dari Iran, Maroko, Uzbekistan yang leluhurnya berasal dari Hijaz. Bahkan, Buya Hamka tak menyebut Yaman sebagai bagian dari asal-usul kedatangan Islam di Jawa.

Sumber tertulis tentang Wali Sanga

[sunting | sunting sumber]
  1. Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa tentang Wali Sanga, antara lain Serat Walisanga karya pujangga Surakarta pada abad 19 M, dan yang jauh lebih tua dari itu, adalah Kitab Wali Sana karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri. Selain lebih sezaman, Kitab Wali Sana karya Sunan Dalem jauh lebih logis daripada referensi yang ditulis era pujangga Surakarta.
  2. Kitab Tarikhul Aulia (1953) karya KH Bisri Mustofa Rembang, juga jadi referensi penting tentang Wali Songo. Sebab, dalam kitab ini, banyak nama-nama Wali yang tak disebutkan dalam literatur versi Pujangga Surakarta. Di antaranya, Sunan Mbejagung dan Sunan Jipang (Sunan Ngudung). Dua nama penting ini, tidak diakomodir dalam literatur versi pujangga Surakarta.
  3. Mantan Mufti Johor Habib `Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan di antaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut.
  4. Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Habib Ali bin Abu Bakar Sakran, 'Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Habib Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 135.
  2. ^ suluk abdul jalil, bagian 6, Agus Sunyoto
  3. ^ https://tebuireng.online/tarikhul-auliyakiai-bisri-musthofa-sejarah-wali-tanah-jawa/#:~:text=Salah%20satu%20karya%20Kiai%20Bisri,tanggal%2019%20November%201902%20Masehi.
  4. ^ https://www.scribd.com/document/412157659/Silsilah-Wali-Songo-Berdasar-Kitab-Tarikh-Al-Auliya-Karya-KH-Mustofa-Bisri
  5. ^ https://books.google.co.id/books?id=xlb5BrabQd8C&redir_esc=y
  6. ^ Azyumardi Azra; Wayne Hudson, ed. (2008). Islam Beyond Conflict: Indonesian Islam and Western Political Theory Law, ethics and governance. Ashgate Publishing, Ltd. hlm. 237. ISBN 978-0-7546-7092-6. Diakses tanggal August 29, 2014.
  7. ^ Abdillah, Aam (1998). Tradisi pembacaan ratibul Haddad di Bekasi: laporan penelitian. Bandung: Pusat Penelitian, IAIN Sunan Gunung Djati. hlm. 56. Diakses tanggal August 29, 2014.
  8. ^ "Tradisi Khatam Bukhari". Diakses tanggal August 29, 2014.
  9. ^ Turmudi, Endang (2006). Struggling for the Umma: Changing Leadership Roles of Kiai in Jombang, East Java. Islam in Southeast Asia Series. ANU E Press. hlm. 214. ISBN 978-1-920942-43-4. Diakses tanggal August 24, 2014.
  10. ^ Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. LkiS. hlm. xxvi + 302 hlm. ISBN 9799798451163.
  11. ^ Russell Jones, review on Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries written by H. J. de Graaf; Th. G. Th. Pigeaud; M. C. Ricklefs, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 50, No. 2. (1987), hlm. 423-424.

Pusat Inspirasi

[sunting | sunting sumber]
  • Sembilan Wali (Wali Sanga) (Film tahun 1985 produksi Soraya Intercine Films)
  • Wali Sanga (Serial televisi tahun 2003 produksi Genta Buana Paramita)
  • Kisah Sembilan Wali (Serial televisi tahun 2013 produksi Genta Buana Paramita)
  • Kisah 9 Wali (Serial televisi tahun 2015 produksi Genta Buana Paramita)

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]
  • Muhammadiyah
  • Nahdlatul Ulama
  • Islam Nusantara

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
  • l
  • b
  • s
Wali Sanga
Generasi pertama
  • Maulana Ahmad Jumadil Kubra
  • Maulana Ali Akbar
  • Maulana Aliyuddin
  • Maulana Hasanuddin
  • Maulana Ishaq
  • Maulana Muhammad Al-Maghribi
  • Maulana Malik Ibrahim
  • Maulana Malik Israil
  • Subakir
Generasi kedua
  • Sunan Ampel
  • Sunan Gunung Jati
  • Sunan Kudus
Generasi ketiga
  • Sunan Bonang
  • Sunan Drajat
  • Sunan Giri
  • Sunan Kalijaga
Generasi keempat
  • Fatahillah
  • Raden Patah
Generasi kelima
  • Sunan Muria
  • Sunan Pandanaran
  • l
  • b
  • s
Islam di Indonesia
Cabang lainnya
  • Ahmadiyyah
  • Kejawen
  • Pembagian lama
    • Abangan
    • Priyayi
    • Santri
Tokoh utama
Era klasik
  • Hamzah Fansuri
  • Yusuf Al-Makassari
  • Malikussaleh
  • Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi
  • Padri
    • Tuanku Imam Bonjol
    • Tuanku Rao
    • Tuanku Tambusai
  • Walisongo
    • Sunan Ampel
    • Sunan Bonang
    • Sunan Drajat
    • Sunan Giri
    • Sunan Gunung Jati
    • Maulana Malik Ibrahim
    • Sunan Kalijaga
    • Sunan Kudus
    • Sunan Muria
  • Abdurrauf as-Singkili
  • Ali Mughayat Syah
  • Tuanku Nan Tuo
  • Burhanuddin Ulakan
  • Usman bin Yahya
Era Kebangkitan
Nasional
  • Abdullah Ahmad
  • Abdul Karim Amrullah
  • Hasyim Asy'ari
  • Muhammad As'ad al-Bugisi
  • Ahmad Dahlan
  • Abbas Abdullah
  • Tahir bin Jalaluddin
  • Muhammad Djamil Djambek
  • Idrus bin Salim al-Jufri
  • Hasan Ma'shum
  • Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
  • Mas Mansoer
  • Ahmad Khatib al-Minangkabawi
  • Haji Misbach
  • Sulaiman ar-Rasuli
  • Rasuna Said
  • Tjokroaminoto
Pasca-
kemerdekaan
  • Mukti Ali
  • Ulil Abshar Abdalla
  • Abdul Malik Karim Amrullah
  • Firanda Andirja
  • Syech bin Abdul Qodir Assegaf
  • Azyumardi Azra
  • Abu Bakar Ba'asyir
  • Khalid Basalamah
  • Syafiq Riza Basalamah
  • Idham Chalid
  • Djohan Effendi
  • A.R. Fachruddin
  • Abdullah Gymnastiar
  • Wahid Hasyim
  • Adi Hidayat
  • Afifi Fauzi Abbas
  • Rhoma Irama
  • Ali Jaber
  • Yazid bin Abdul Qadir Jawas
  • Kartosoewirjo
  • Ahmad Syafii Maarif
  • Yahya Zainul Maarif
  • Nurcholish Madjid
  • Sahal Mahfudh
  • Munzir Al-Musawa
  • Hasyim Muzadi
  • Zainuddin MZ
  • Harun Nasution
  • Bachtiar Nasir
  • Mohammad Natsir
  • Ahmad Bahauddin Nursalim
  • Amien Rais
  • Idrus Ramli
  • Ahmad Muhtadi Dimyathi
  • Muhammad Rizieq Shihab
  • Quraish Shihab
  • Ma'ruf Amin
  • Said Aqil Siradj
  • Abdul Somad
  • Din Syamsuddin
  • Ahmad Wahib
  • Abdurrahman Wahid
  • Muhammad Luthfi bin Yahya
  • Muammar Z.A.
  • Maimun Zubair
Organisasi
Negara
  • Kementerian Agama Republik Indonesia
    • Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
    • Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
    • Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
  • Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
Masyarakat sipil
  • Alkhairaat
  • Lembaga Dakwah Kampus
  • Hidayatullah
  • Hizbut Tahrir Indonesia
  • Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
  • Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
  • Majelis Mujahidin Indonesia
  • Majelis Ulama Indonesia
  • Al-Irsyad Al-Islamiyyah
  • Front Pembela Islam
  • Jaringan Islam Liberal
  • Majelis Rasulullah
  • Muhammadiyah
    • Aisyiyah
  • Himpunan Mahasiswa Islam
  • Nahdlatul Ulama
    • Gerakan Pemuda Ansor
  • Nahdlatul Wathan
  • Perhimpunan Al-Irsyad
  • PERSIS
  • Persatuan Tarbiyah Islamiyah
  • Rabithah Alawiyah
  • Sarekat Islam
  • Sumatera Thawalib
Partai politik
  • Partai Bulan Bintang
  • Partai Sarekat Islam Indonesia
  • Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
  • Partai Masyumi
  • Partai Kebangkitan Bangsa
  • Partai Amanat Nasional
  • Partai Matahari Bangsa
  • Persatuan Muslim Indonesia
  • Partai Keadilan Sejahtera
  • Partai Kebangkitan Nasional Ulama
  • Partai Persatuan Pembangunan
Laskar
  • Banser
  • Darul Islam
  • Jamaah Ansharut Tauhid
  • Jamaah Islamiyah
  • KOKAM
  • Laskar Jihad
  • Mujahidin Indonesia Timur
Sejarah
Pra-
kemerdekaan
  • Penyebaran Islam di Nusantara
  • Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh
  • Wali Sanga
  • Negeri Islam di Indonesia
    • Kesultanan Aceh
    • Kesultanan Bolango
    • Kesultanan Demak
    • Kesultanan Gorontalo
    • Kesultanan Gowa
    • Kesultanan Malaka
    • Kesultanan Mataram
    • Kesultanan Samudera Pasai
    • Kesultanan Ternate
    • Kesultanan Tidore
    • Kesultanan Yogyakarta
  • Perang Padri
Pasca-
kemerdekaan
  • Piagam Jakarta
  • Petisi 50
  • Peristiwa Tanjung Priok
  • Pemberontakan di Aceh
  • Kerusuhan Kepulauan Maluku
  • Kerusuhan Poso
  • Fatwa tentang Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme Agama
  • November 2016 / Desember 2016 / Aksi 112
Daerah
Sumatra
  • Aceh
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Kepulauan Riau
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Riau
  • Sumatera Barat
  • Sumatera Selatan
  • Sumatera Utara
Jawa
  • Banten
  • Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Yogyakarta
Nusa Tenggara
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
Kalimantan
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Utara
Sulawesi
  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Utara
Maluku
  • Maluku
  • Maluku Utara
Papua
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat Daya
  • Papua Pegunungan
  • Papua Selatan
  • Papua Tengah
Kebudayaan
  • Adat
  • Arsitektur
    • Bedug
    • Tajug
  • Pakaian
    • Peci
    • Sarung
  • Lebaran
  • Masjid
    • Masjid Istiqlal
  • Musabaqah Tilawatil Quran
  • Saman
  • Sekaten
  • Slametan
  • Tabligh Akbar
  • Tabuik
  • Tausiyah
  • "Tombo Ati"
  • Yaqowiyu
Pendidikan
  • Iqro
  • Jamiat Kheir
  • Kitab kuning
  • Kyai
  • LIPIA
  • Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
  • Pesantren
    • Pondok Pesantren Walibarokah Kediri
    • Pondok Modern Darussalam Gontor
  • Surau
Gerakan
  • Islam Nusantara
  • Jamaah Tabligh
  • Jemaah Tarbiyah
  • Modernisme Islam
  • Islam tradisionalis
  • Salafi
  • Syiah
Lainnya
  • Al-Munir
  • Babad Tanah Jawi
  • Hukum jinayat di Aceh
  • Sajarah Banten
  • Tafsir Al-Mishbah
  • Masjid di Indonesia
  • Sejarah Indonesia
  • Pahlawan Nasional Indonesia
  • Portal Islam
  • Portal Indonesia
  • Portal Sejarah
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wali_Sanga&oldid=27588613"
Kategori:
  • Artikel yang membutuhkan perhatian ahli March 2017
  • Semua artikel yang membutuhkan perhatian ahli
  • Wali Sanga
  • Tokoh penyebar Islam di Indonesia
  • Sejarah Nusantara
  • Sejarah Islam di Indonesia
  • Pendakwah muslim
Kategori tersembunyi:
  • Artikel yang membutuhkan perubahan gaya penulisan
  • Articles with invalid date parameter in template
  • Artikel mengandung bahasa Jawa

Best Rank
More Recommended Articles